XL. | Landas

35 10 2
                                    

Setelah minuman mereka tandas, Fiore membawa Ann ke arah pantai. Keramaian kota Redcrosse terpusat di pelataran panggung-panggung yang ada di sana, mulai dari acara musik hingga kontes selancar atau memancing.

Di kota Nelayan, mereka juga mengadakan kontes yang sama untuk menarik perhatian wisatawan. Biasanya, ikan-ikan yang ditangkap akan segera dimasak. Para tentara akan membantu wisatawan dari proses mempersiapkan ikan hingga memasaknya. Kegiatan yang dilaksanakan terbilang cukup tenang walau ramai, berbeda dengan pemandangan yang sekarang Ann lihat.

Walau tidak bisa dibilang kacau, suasana dan keseruan acara yang tengah berlangsung di Redcrosse sangat jelas di udara. Semua tampak senang menjadi bagian acara. Ada juga mereka yang tampak baru pertama kali datang dan dengan mudahnya terhanyut suasana, ikut bertepuk tangan atau bersenandung mendengar alunan musik. Bar dan restoran yang ada di dekat pantai yang kemarin mereka lihat lesu sekarang seperti telah menemukan nyawanya. Minuman dan makanan terus mengalir dari konter, orang-orang berlalu-lalang untuk membeli minuman atau sekedar menepi karena bagian dekat panggung penuh dengan orang.

Di kota Nelayan, seusai acara memasak ikan, mereka akan menutup segala acara di petang hari. Para tentara akan sibuk bersih-bersih. Ann juga akan menjadi salah satu yang diminta kakaknya untuk membantu, dengan iming-iming apa saja karena banyak sekali yang meninggalkan sampah di sembarang tempat di bibir pantai.

Melihat keramaian ini, juga mengingat deskripsi acara yang membagi festival menjadi siang dan malam, riuh-rendah ini masih akan terus berlanjut.

"Kamu tidak suka keramaian seperti ini?" Fiore tiba-tiba bertanya. Mereka tengah berdiri di bawah barisan pohon rimbun.

Ann menggelengkan kepala. "Aku hanya bingung mereka kepanasan atau tidak."

"Pertanyaan yang bodoh, tapi baiklah, kuladeni," Fiore berdecak. "Aku gerah melihatmu kebingungan mengenai hal bodoh."

"Baik, kita sebaiknya pergi ke tempat yang lebih teduh."

Fiore mungkin sudah sebal, ia tidak berargumen lagi dan kembali menarik tangan Ann dari pantai yang perlahan dipenuhi orang. Ann memang belum lama ada di Redcrosse untuk mengingat baik-baik arah jalan, tapi Ann berpikir kalau Fiore akan mengajaknya ke undakan tangga dekat tempat ibadah. Tempat tinggi yang memiliki banyak pohon memang lebih sejuk. Di sana juga lebih banyak yang menjual pernak-pernik ketimbang makanan dan minuman, sehingga di area itu cenderung tidak terlalu ramai.

Berbeda dengan saat mereka ada di Caelia, Ann dan Fiore lebih tenang, lebih diam. Situasi memang cukup menegangkan dan membuat Ann kehilangan kata-kata, malas untuk berpikir dalam membuat guyonan. Fiore lebih lembut, entah karena sudah terbiasa dengan tingkah laku Ann atau sesuai dengan kata-katanya, ia juga menyayangkan apa yang terjadi pada Hana.

Ah, kenapa Ann yang senantiasa tak acuh tidak bisa berhenti memikirkannya?

Membelah keramaian, mereka sampai di undakan tangga menuju tempat ibadah yang dipenuhi konter-konter yang menjajakan pernak-pernik buatan tangan. Gelang manik-manik, kalung dari pahatan kayu, gemerlap batu-batuan, ada juga yang menjual tas tangan dan topi rajut jerami. Dibandingkan pantai, memang daerah ini cenderung lebih sepi.

Ann mengerjap melihat pedagang aksesoris yang mereka lewati saat menuju arah tempat terbuka. Sesuatu terlintas di benaknya, kata-kata kakaknya yang ia dengar sambil lalu ketika penduduk Kota Nelayan tengah mengelilingi api unggun selepas festival kota.

"Fiore."

"Apa? Kamu mau bilang kalau di sini panas juga?"

"Berhenti."

Fiore mengiyakan, walau dengan kening berkerut.

Mereka ada di depan pedagang aksesoris yang menjajakan barang-barangnya dengan rak jaring-jaring yang dipasang tinggi. Rak-rak itu disusun menyerupai lorong-lorong kecil tegak lurus dengan meja utama sehingga siapa saja yang hendak melihat-lihat bisa berkeliling sambil menawar harga ke penjual yang ada di balik meja kasir.

Sama sepertinya, Fiore turut melirik ke arah sisi atas rak tempat beberapa topeng yang terbuat dari plastik hingga keramik dengan ornamen berwarna cerah yang menarik mata. Tapi, Ann lebih terfokus untuk mencari sesuatu lain, membiarkan Fiore diam di sana.

"Fiore."

"Apa lagi, sih?"

Sebuah kalung berpendar emas dengan kupu-kupu kecil di pusatnya. Ann mengalungkannya ke gadis berambut pirang yang tertegun. Tanpa menawar, Ann membayar kalung itu dan menolak ketika sang penjual bilang ada diskon untuk anak-anak Dresden. Fiore masih saja melongo, menatap Ann dengan mata membulat.

"... Hah?"

"Hadiah, karena kamu sudah membantuku menulis surat," Ann berujar. "Kata kakakku, paling tidak aku harus menunjukkan rasa terima kasih."

Fiore masih saja statis. Tangannya mulai bermain dengan simbol kupu-kupu di sana, alih-alih benda itu tidak nyata.

"Apa, kamu tidak suka?" tanya Ann.

"Bukan itu," Fiore mencoba. "Ini ... maaf, aku tidak pernah menerima hadiah dari siapapun sebelumnya."

"Oh," itukah alasan wajahnya merona merah sekarang? Ann tidak paham. "Aku juga belum pernah memberikan hadiah ke siapapun sebelumnya."

Pada akhirnya, Fiore menghela nafas panjang dan berbalik. Ia berkacak pinggang dan berjalan mendahului Ann.

"Baiklah, kuterima," balasnya, tanpa menoleh ke belakang. "Jadi, surat seperti apa yang mau kamu tulis?"

Mereka terus berjalan hingga mencapai lahan terbuka dan Ann baru menyadari sesuatu.

Tunggu, apakah Fiore sebenarnya ... malu?

Poison TravelerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang