XVII. | Pelaporan Sementara

36 14 0
                                    

Kelompok Barat melaporkan apa yang mereka temukan pada Kelompok Timur ketika mereka mencapai barak sementara. Instruktur Bathory turut dengan mereka kira-kira setengah jam kemudian dan diskusi semakin menghangat.

Situasi kota cenderung kondusif menurut pengakuan mayoritas penduduk kota, namun ada hal-hal tertentu yang patut menjadi sorotan.

Kelompok Barat menemukan bahwa para pemburu yang kerap menggunakan akses hutan mengeluhkan kabut yang terlalu tebal. Permintaan bantuan seperti fog vision dan pemeriksaan leyline sihir di sekitar hutan sudah diberlakukan. Untuk leyline sihir, mereka belum tahu hasilnya dari pihak kota karena itu adalah informasi yang cukup sensitif.

Kelompok Timur mendapati air bersih yang digunakan dari reservoir utama kota terlalu tawar untuk pengairan ladang. Hasil-hasil panen terdampak besar oleh air tawar ini. Para peladang mengakali tawarnya air dengan membuat saringan tertentu secara swadaya. Permintaan untuk pemeriksaan sumber air juga sudah dilakukan.

Kelompok Timur membawa sebotol sampel air yang telah diperiksa oleh Hilde sebelumnya. Menurut Hilde, ada kontaminasi sihir terjadi di molekul-molekul air tersebut.

"Kurang lebih sumber masalahnya sama ya," Instruktur Bathory yang mendengarkan laporan mereka menyimpulkan. "Hutan itu."

Kabut yang tebal dan sungai dengan air sangat tawar. Mengingat hutan yang tidak lagi ditinggali, campur tangan manusia yang sengaja melakukan sabotase tampak hampir tidak mungkin.

"Apa ada laporan sebelumnya pada Dresden sebelum kami menemukan hal-hal ini, Instruktur?"

"Sebelumnya tidak ada laporan masuk, kemungkinan karena status AWA mereka menyembunyikan banyak hal dari kita yang merupakan tamu." pungkas Instruktur Bathory. "Atau, masalah ini sudah disebut sebagai sesuatu yang umum bagi warga sekitar kota."

"Instruktur, apa anda bisa memeriksa struktur leyline?" pinta Fiore. "Saya yakin akan butuh waktu lama bila kita memintanya dari pemerintah kota."

"Bisa saja, tapi kita perlu datang ke tempat agar tidak dicurigai orang-orang di kota," ungkap sang guru. "Besok kita akan segera menuju hutan."

"Yes ma'am."



Malam itu, Kelas Sembilan bersama dengan anggota Kelas Tiga dan Enam yang hadir makan di barak utama. Instruktur Bathory menghubungi pihak sekolah, sehingga sang guru meminta makanan untuknya diantar ke dalam ruang pertemuan. Karena Instruktur Bathory bilang diperbolehkan bagi mereka untuk membagi informasi lengkap dengan anggota Kelas Tiga dan Enam, Kelas Sembilan pun memberikan garis besar masalah yang mereka hadapi saat ini, ditemani sepiring kari hangat atas usulan mayoritas suara.

"Sumber air kota Barrows bukan saja dari sungai yang berasal dari hutan itu, 'kan? Kenapa bisa sampai airnya tetap tawar?" imbuh Blair setelah mendengarkan penjelasan ulang yang disampaikan Val.

"Kupikir ada gangguan yang besar dari hutan, sangat besar hingga walaupun airnya sudah tercampur di hulu sungai, keberadaan rasa tawar itu tetap ada." Hilde yang katanya memindai air itu sebelum diberikan kepada Instruktur Bathory menjawab.

"Sihirmu hebat, Hilde! Kamu bisa mengetahui perubahan tingkat molekul dan sel!" puji Hana. "Eh, tapi molekul dan sel itu apa ya?"

Gloria menepuk dahinya, "Ah, ada yang mau menjelaskan ke Hana? Yang mudah dimengerti."

Hilde datang menuju kursi Hana, membawa dua gelas untuk Hana pegang. Hilde berlutut di depan Hana yang memerhatikan lamat-lamat apa yang akan pemilik rambut hitam itu lakukan.

"Jadi, Hana," Cincin Peri milik Hilde berpendar. Dengan menggunakan satu jari, ia menunjuk masing-masing gelas, kemudian perlahan ia mengeluarkan dua buah gelembung air. "Ini namanya molekul air. Memang dari sini terlihat cuma satu, tapi di dalamnya ada satuan-satuan kecil yang berkumpul, itu dinamakan sel. Sel sangatlah kecil jadi maaf aku tidak bisa menarik 'sel' untuk kamu lihat."

Hana mengangguk-angguk. Hilde menggabungkan dua gelembung itu menjadi satu.

"Lalu artinya gelembung satu ini juga adalah molekul?"

"Benar."

Seisi meja makan itu bertepuk tangan, takjub melihat Hilde yang menjelaskan dan Hana yang (di luar dugaan) segera tanggap.

"Kira-kira apa yang menunggu kita di hutan itu?" imbuh Eris. "Apa mungkin makhluk mistis bisa menyebabkan gangguan leyline seperti itu?"

Fiore mengibaskan tangan, "Walau aku merasa adanya makhluk mistis menarik, mereka hampir tidak bisa memengaruhi leyline," semua mata segera menuju Fiore. Fiore berdehem. "Yang bisa memanfaatkan leyline hanyalah manusia, atau, ada artefak sihir di hutan itu yang mengganggu keseimbangan ekosistem."

Alicia menaikkan tangan, "Oke stop, aku mulai tidak paham dari artefak. Bisa jelaskan sedikit, Prof. Fiore?"

"Aku bukan gurumu!" sambut Fiore geram, ia menurunkan sendoknya. "Artefak itu, misal suatu barang peninggalan kerajaan tertentu atau peradaban kuno tapi masih memiliki efek sihir."

"Peninggalan, oh," sela Karen. "Jadi tebakanmu, ada sebuah benda di Mansion lama Leanan yang menyebabkan fenomena ini?"

Fiore mengangguk. "Sekedar tebakan, kecuali ada orang yang sengaja melakukan itu, untuk alasan yang tidak diketahui."

Ann mendengarkan pembicaraan yang semakin ramai itu dengan setengah terantuk. Ia pun memejamkan mata, membuka untuk melihat Lucia di seberang mejanya tengah merapikan piring-piring mereka yang sudah selesai makan.

"Bisa kamu membantuku, Ann?"

Ann menurunkan bahunya, bersandar lebih dalam ke kursinya, tapi ia tidak menyuarakan penolakan.


Lucia mengajaknya mencuci piring di belakang, Ann hanya mengelap alat-alat makan itu hingga kering, sementara Lucia sibuk membersihkan segalanya.

Pertama kali Ann melihat Lucia melepas sarung tangannya, dan ia cukup terkejut melihat bahwa tangan gadis lembut keturunan bangsawan itu terlihat kasar. Ibu jari tangan kanannya terdapat kapalan yang tampaknya sudah lama, namun memerah karena luka baru. Bahkan, Lucia tampak terbiasa dengan kegiatan mencuci piring, dia tidak bertanya-tanya atau tampak kebingungan. Hasil cucinya pun kesat dan mengkilap.

"Seaneh itukah saya bisa mencuci piring?" Lucia tertawa kecil, Ann mengalihkan matanya.

"Err, ya, mungkin? Habisnya kamu 'kan anak bangsawan."

"Hmm, jadi bangsawan tidak sepantasnya mengerjakan tugas dapur, begitu?"

Ann tergagu, Lucia tak pelak tertawa lepas.

"Tidak apa-apa, mungkin saya adalah sebuah anomali bangsawan." ucapnya sambil dia mengeringkan tangannya. Ia mengenakan lagi dengan cepat kedua sarung tangannya.

"Luka-luka itu dari mana?" Ann mendadak bertanya.

"Luka-luka yang jelek, bukan?"

"Ah, bukan-"

"Tidak sakit kok. Saya sudah terbiasa."

Ann mengulum bibirnya, enggan.

"Ann, apa yang menurutmu lebih baik; menjadi support yang baik atau menjadi garda terdepan?"

Ann Knightley pun mengernyitkan dahi. Pertanyaan yang sungguh acak, mendadak.

"Aku lebih suka menjadi pengikut."

Lucia terkekeh, "Jawaban yang sangat kamu."

"Oh, ya?"

"Saya pikir kamu akan menjawab berbeda untuk pertanyaan retorika, tapi ya, saya rasa itulah kamu."

Lucia maju beberapa langkah, menatap lurus ruang makan sementara yang masih riuh ramai dengan perbincangan spekulasi. Mata hitam itu menerawang, tampak melihat jauh, jauh sekali menembus segalanya - ruang dan waktu.

"Ya, menjadi diri sendiri adalah yang terbaik," gumam Lucia pelan. "Lebih baik seperti itu."

Ann melipat kedua tangannya di dada, menyandar di sisi konter cuci yang sudah mereka bersihkan, menunggu. Lucia menarik nafas panjang sebelum senyum kecilnya kembali, ia kemudian membuka tangannya ke arah Ann.

"Ayo kembali?"

"... Ya."

Apa sebenarnya maksud pertanyaan barusan? [ ]

Poison TravelerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang