XLI. | Lantang

25 10 2
                                    

Di pagi hari tanggal 19 Agustus, kereta milik Sekolah Militer Dresden meninggalkan Redcrosse.

Seperti yang Ann duga, perjalan kereta itu menjadi perjalanan pulang paling sepi. Kelas Sembilan dibiarkan menguasai daerah gerbong makan, entah kenapa, dan mereka menerima saja kebaikan anak-anak Kelas Tiga dan Enam itu dalam sunyi.

Suara yang ada hanya berasal dari dapur: Muriel, Val, dan Alicia tampak sibuk membuat sesuatu. Kebanyakan mereka hanya duduk diam di kursi yang ada. Bahkan, Blair yang memeriksa luka beberapa teman mereka melakukannya tanpa suara. Ann menyaksikan bagaimana Blair mengganti perban Gloria di depannya, lalu memeriksa reaksi tangan Eris setelah diberikan salep penyembuh. 

“Sakit?” tanya Ann pada Gloria yang tampaknya masih harus menutup mata karena luka gores di dekat matanya.

“Tidak terlalu,” jawabnya. “Blair bilang lukanya agak lama kering karena ada sihir di dalamnya, walau Fiore sudah menyembuhkannya.”

Ann sontak melirik ke arah Fiore yang ada di dekat konter dapur, ia duduk bersebelahan dengan Lucia yang sedang memerhatikan tiga orang di dapur.

“Harusnya besok aku sudah tidak perlu perban lagi, ya ‘kan, Chevalier?”

“Ya, asal kamu cukup tidur.” Blair membalas. “Aku yakin kemarin kamu kurang tidur.”

“O-Oh!? Kamu benar-benar cenayang ya?”

“Cuma kebetulan melihatmu di gerbong Warden!” alis sang alkemis naik sempurna. Gloria tampak tidak ingin berargumen jadi ia sekedar tertawa. 

Ann merasakan tatapan tajam dari sisi meja lain, tapi ia tidak perlu menoleh untuk tahu siapa yang melirik ke arah mejanya dan Gloria. Lirikan mata Karen Ray Spriggan seperti bisa menembus lempeng besi. Gloria tampak menyadari itu dan menarik pandangannya dari Blair dan Ann.

“Ann, suruh dia cepat tidur malam ini, ya?” pekik Blair setelah itu. “Jangan sampai kamu ketiduran duluan sebelum melihatnya tidur!”

“Ya, ya.” jawab Ann ringan.

Gerbong makan pun sunyi kembali selain suara perkakas dapur. Muriel terlihat sudah selesai menyiapkan sesuatu dan Val membantu membawakan alas gelas dan nampan. Sebelas mug berwarna putih dihidangkan di atas konter, uap berbau manis mengepul nikmat dari ujung gelas.

Alicia yang duluan berbicara, “Susu cokelat hangat!”

“Di tengah musim panas!?” Fiore yang duluan menyela.

“Sudah, sudah, Fio. Kalian tampak butuh sesuatu yang manis,” Muriel menjeda. “Silakan diambil.”

Ann mengambil dua mug, salah satunya untuk Gloria. Alicia mengambilkan satu untuk Blair yang masih mengamati tangan Eris, sementara Hilde mengambil untuk Eris. Muriel mengantarkan mug untuk Karen yang sibuk dengan Cincin Peri-nya. Kemudian dia duduk dengan Karen di sisi meja terjauh dari konter.

“Omong-omong, kalian ingat kalau bulan depan adalah bulan ujian tengah semester, ‘kan?”

Setengah dari mereka tersedak (termasuk Ann) mendengar obrolan dari sang ketua kelas, yang kini menelengkan kepalanya serasa tak berdosa. “Oh, jadi mayoritas dari kalian lupa, baiklah. Aku hanya sekedar mengingatkan.”

“Sayap Peri, kamu nggak bisa cari bahan lain kah, ketua!?” sahut Alicia lantang dari mejanya. Sementara, Muriel dan Lucia tertawa saja.

“Ujian tengah semester itu apa ya?” tanya Ann pada Gloria.

Gloria tercenung, “Kamu tidak baca buklet sekolah?”

“Baca, tapi mungkin aku tidak terlalu tertarik menghafal kalender akademis.”

Pemilik rambut merah itu seperti ingin menepuk kepalanya sendiri, ia hanya menggeleng sekali, “Intinya ujian tertulis mengenai materi yang sudah kita pelajari selama ini. Lalu seingatku ada ujian khusus untuk tiap kelas.”

“Ujian khusus?”

Ia menghela nafas panjang, “Sekarang aku mulai bertanya-tanya apa saja yang masuk di dalam kepalamu selama jam pelajaran, Ann.”

Ujian tengah semester berbeda dengan ujian semester. Tidak ada tes mengenai pertarungan di ujian tengah semester, tapi akan ada ujian khusus yang berbeda bagi masing-masing kelas. Gloria membuka Cincin Peri-nya dan menunjukkan diagram yang bisa Ann simpulkan sebagai perbedaan antara Kelas Tiga, Enam, dan Sembilan. Kelas Sembilan nantinya akan membuat laporan kelas mengenai Ekskursi Daerah yang telah mereka lakukan sampai saat ini.

Gloria sejenak menerawang. “Ah, tapi, apa Hana masih bisa datang untuk ujian ya?”

“Soal itu,” celetuk Val. “Kudengar dari Instruktur Bathory dan Instruktur Faye, Hana kemungkinan bisa pulih paling lambat sebulan. Ia mungkin akan dirawat seminggu di Redcrosse dan menjalani rawat jalan di Folia setelahnya.”

Blair memekik, “Kenapa kamu tidak beritahu itu dari tadi, ketua kelas!? Itu info penting!”

“Maaf, aku agak lebih kaget melihat kalian melupakan ujian yang sudah di depan mata, jadi-”

“Ketua kelas!”

Kelas mereka memang aneh, tapi paling tidak, itu bisa membuat mereka lega dan sedikit tertawa.

Hana akan pulih. Berat di hati mereka akan berlalu. Dan, ia punya surat untuk dikirimkan pada sang kakak.

“Ann?”

“Hm?”

“Tumben kamu tiba-tiba diam,” ucap Gloria. “Ada apa?”

“Bukan hal penting.”

“Kalau kamu bingung mau belajar apa, sebaiknya kamu mulai belajar dari sekarang.” kekehnya.

“Bukan itu.”

Surat untuk sang kakak - Ann harus fokus pada itu sebelum yang lainnya. 

Ia butuh jawaban.

Poison TravelerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang