Intermission 008: Sini dan Kini

35 12 0
                                    

Fiore selalu merasa Kelas Sembilan diisi oleh para pengacau terseleksi yang ribut bukan main

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fiore selalu merasa Kelas Sembilan diisi oleh para pengacau terseleksi yang ribut bukan main.

Memang, mereka semua benar-benar terpilih; melihat dari level kekuatan dan adaptasi cepat mereka baik di kelas maupun di lapangan, juga bagaimana mereka menjadi bagian Kelas Sembilan dengan segala intrik-intriknya yang unik. Memang, mereka adalah anak-anak yang datang karena beasiswa atau skor mumpuni di tes masuk, bukan sekedar siswi ecek-ecek yang merupakan hasil asal pungut.

Akan tetapi, tetap saja kalau mereka berkumpul dalam keadaan santai seperti saat mereka tengah istirahat di kelas, atau pulang dan pergi pada acara Ekskursi Daerah, segala kegaduhan seperti bercampur menjadi satu.

Pertama: Hana yang tidak bisa diam akan menjelajah ke seluruh gerbong, bertanya pada semua orang, sebelum akhirnya kembali ke gerbong makan untuk mengganggu Fiore yang tengah menikmati teh susu gubahan Muriel, yang kebetulan juga adalah teman sekamarnya di asrama.

"Teh susu lagi, Fio? Memangnya seenak itu?"

Fiore tidak pernah menahan decaknya. Hana juga masih akan senyum-senyum saja. Muriel di balik konter hanya nyengir menunggu. Gadis berbadan besar itu selalu tahu kapan saatnya diam - terutama diam kalau Hana sedang aktif mengganggu orang lain.

"Kalau tidak percaya, coba saja."

"Oke, aku mau satu, ya, Riel!"

Mereka baru saja kembali dari Barrows setelah acara penutupan. Kereta berangkat dari Barrows di malam hari yang cukup dingin untuk ukuran musim panas. Mereka akan sampai kembali di Dresden saat malam, kalau menghitung dari waktu keberangkatan, dan mereka menghabiskan waktu lagi di kereta sambil ... ya, kata Instruktur akan ada kelas di atas kereta lagi seperti pada waktu keberangkatan.

Rasanya berjalan-jalan di kota membuatnya kembali rileks melihat-lihat Hari Tabur Bunga dan turut berkontribusi, tapi begitu ia kembali ke barak dan kini duduk menikmati waktu senggang, rasanya stress sudah kembali menusuk ubun-ubun.

Dan parahnya, Hana akan memilih duduk bersamanya di depan konter, tidak memilih bangku lainnya yang jelas-jelas kosong. Ritual minum teh paginya sejenak menjadi hambar, Hana pasti terus-terusan memerhatikannya selayak koloni bakteri di dalam cawan petri (tidak, untungnya kadet tentara tidak belajar biologi, Fiore sudah muak dengan hal itu di rumah).

Hana Albertine entah kenapa selalu memanggil nama orang dengan singkat. Ketika ia tahu sebuah nama, ia akan membuat nama panggilan baru. Mungkin nama-nama itu mudah diingat atau lebih mudah diucapkan baginya, Fiore tidak tahu. Atau itu hanya kebiasaan Hana, dengan tidak bermaksud menghina sebuah nama, untuk bisa dekat dengan orang lain.

Kalau dipikir-pikir lagi, Fiore hampir lupa ketika Hana memperkenalkan diri di awal masuk kelas sebagai 'mantan tentara anak-anak Spriggan'. Gelagatnya sama sekali tidak mencerminkan tentara yang sigap, terutama kalau Hana sudah menyeringai lebar dengan mata bersinar dengan rasa keingintahuan. Walau begitu, memang sifat cekatannya tidak bisa dipungkiri. Bila Instruktur menyuruh anggota Kelas Sembilan mengangkat senjata, Hana-lah yang akan maju paling cepat; serasa kapak panjang yang dia punya itu seberat kapas.

Poison TravelerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang