Intermission 016: Desa Wisata Redcrosse

37 10 0
                                    

Desa Wisata Redcrosse, sebuah desa yang terletak agak jauh dari Redcrosse yang memiliki situs-situs sejarah yang telah diremajakan untuk menjadi kiblat sejarah nasional, kini merupakan tujuan mereka sebagai tim kedua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Desa Wisata Redcrosse, sebuah desa yang terletak agak jauh dari Redcrosse yang memiliki situs-situs sejarah yang telah diremajakan untuk menjadi kiblat sejarah nasional, kini merupakan tujuan mereka sebagai tim kedua.

Merawat jejak sejarah, terutama memiliki situs-situs preservasi dan penelitian mungkin adalah salah satu hal yang Karen hormati, walau sulit sekali menghormati Angia dan keserakahan mereka yang Karen pelajari dan alami. Sekarang memang Karen adalah bagian dari Angia, Spriggan di namanya tak lebih hanya sebatas pajagan. Apalagi statusnya sebagai 'duta kedamaian'. Ia tidak merasa bisa menjadi bagian dari benua yang cukup hipokrit ini menurutnya, tidak akan pernah.

Redcrosse adalah kota yang cukup ramah bagi Karen, walau sengat mataharinya cukup membuat gentar karena kota itu berada dekat dengan laut. Spriggan yang dikepung laut tidak terik seperti Redcrosse. Pulau itu terasa teduh baginya hampir setiap saat, atau mungkin dia yang sudah terlalu lama tinggal di Spriggan. Spriggan punya banyak pohon, walau beberapa bagian pulau sudah dijadikan oleh Perusahaan Wiseman sebagai hanggar dan landasan pacu. Spriggan juga punya sebuah danau yang terletak jauh di dalam satu-satunya hutan belantara di sana, sebuah oase yang rumornya adalah tempat mandi para Peri di masa lampau.

Tidak akan ada habisnya bila Karen membandingkan salah satu daratan Angia dengan Spriggan. Lagipula, Karen punya sesuatu yang menjadi titik fokusnya sekarang: pemecahan kelompok kecil dari Kelas Sembilan.

Pembagian kelompok ini terus menuai sangsi di benak Karen semenjak pertama kali diumumkan. Ia memutuskan untuk tidak membawa topik itu sampai mereka berjalan menuju Desa Wisata yang dimaksud.

"Karen, Karen," Muriel melambai tepat di depannya. "Susu milikmu tidak diminum?"

Mereka tengah berhenti sejenak di salah satu saung yang tidak digunakan di tengah-tengah tanah lapang hijau yang sebagiannya berpasir. Mungkin tempat nelayan beristirahat sejenak dari sinar matahari, jalan itu dekat sekali dengan bibir pantai yang memiliki ombak tenang. Debur air sesekali terdengar di area karang yang agak jauh dari tempat mereka duduk, memecah keheningan.

Instruktur Bathory tengah mengangkat telepon dari seseorang di Cincin Peri-nya. Ia sengaja menjauh dari saung agar pembicaraannya dengan orang di seberang panggilan tidak terdengar. Karen menebak kalau itu adalah salah satu Instruktur di barak sementara, kemungkinan besar adalah Instruktur Lysander. Mereka berdua tampak kritis membahas mengenai artefak. Karen tidak terlalu memperhatikan gerak-gerik mereka, namun pastinya kedua instruktur telah menemukan makna di balik artefak tersebut dan menganggapnya berbahaya.

"Karen~"

"Iya, Muriel, akan kuminum," ucap Karen. "Tumben kamu ... agak ribut. Blair saja bisa diam."

"Aku mendengarmu dengan sangat jelas, Nona Spriggan," hardik Blair yang duduk tepat di seberangnya. Ia melipat tangannya. "Aku sedang berpikir kalau kelompok pertama akan baik-baik saja."

Karen memutar bola matanya sejenak, "Ada Gloria di sana, juga Hana. Eris sepertinya bisa menjaga mereka semua," ia menghela nafas melihat lirikan penuh arti dari Blair. Teman sekamarnya itu berubah sedikit perilakunya setelah mempersilahkan Gloria menjenguknya di kamar mereka. Karen membuang muka. "Mereka juga yang paling dekat dengan kota utama."

Poison TravelerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang