LXVI. | Melarikan Diri

19 6 4
                                    

Warden Hitam mendarat, membuat beberapa tentara besi yang mengepung Kelas Sembilan menghindar mendadak. Ann dan Eris berhambur dari kokpit dengan senjata mereka masing-masing siaga, mereka mengikuti kelas yang terpecah dua untuk menyiasati penyerangan di sebelah utara dan selatan.

"Beri kami waktu sebentar lagi!" Instruktur Bathory melayangkan perintah. Sepertinya lingkaran sihir itu masih belum siap untuk mereka semua.

Tidak ada pilihan selain memukul mundur tentara besi ini.

Ia mengerling sejenak mengamati Warden hitam yang tidak merespon, kemungkinan Fiore sudah terlalu lelah untuk ikut menjadi pasukan pelindung, Ann kemudian mengarahkan fokusnya ke musuh di hadapan mata.

Ann melihat sekeliling mereka, empat lawan dari utara dan empat dari selatan, semua mengenakan helm dan zirah besi tanpa mereka bisa tahu mereka tercuci otak sempurna atau tidak. Ann merasa ia tidak bisa menggunakan apa yang membuat Jenderal sadar tadi, ia tidak habis pikir bisa membuat si Jenderal sadarkan diri.

Di sebelah selatan tempat Ann, pengguna sihir mendominasi: Hilde, Karen, dan Val. Hilde menjadi yang paling depan sebagai tameng sekaligus mengembalikan serangan berupa tombak dan panah, menunggu Karen menyerang dengan bola api atau Val melayangkan granat. Ann melompat maju mengikuti Hilde, mencoba melucuti pengguna pedang yang mulai memukul Hilde mundur.

"Ann Knightley!? Kamu bukannya-"

"Tadi sudah disembuhkan Fiore sedikit. Yang penting kita melawan tentara besi dulu!"

Tentara besi berbeda dengan peleton kecil yang jadi lawan mereka saat melarikan diri. Mereka dilatih di bawah Jenderal Besar, mereka pasti lebih berpengalaman dan hati-hati. Terlihat dari pola serangan dan bagaimana mereka bergerak teratur, mereka mungkin sudah memikirkan rencana untuk melumpuhkan anak-anak seperti mereka. Dicuci otak sekali pun, naluri bertarung mereka sudah terasah sempurna walau tanpa aba-aba komando utama.

"Karen."

"Apa?"

"Arahkan apimu. Yang besar. Ke tengah."

"Mundur kalian!"

Tentara besi itu menghindar, namun salah satu dari mereka tertangkap di penjara api yang dikeluarkan Karen. Tentu zirah itu tidak sampai meleleh karena dengan segera si target menjauh. Tiga tentara besi lainnya mengarahkan serangan ke Hilde lagi. Hilde mengumpan mereka menjauhi Ann, mengeluarkan ayunan besar agar senjata mereka tidak mendekati jarak aman Hilde.

Hilde dapat dibilang sangat lincah. Pedangnya yang tipis membuatnya bisa melakukan manuver-manuver berbahaya dalam keadaan terpojok. Butuh beberapa saat sebelum Karen bisa mengeluarkan serangan besar lagi, dan granat Val tidak efektif di sini karena bisa saja Hilde dan Ann ikut terkena dampaknya.

"Ketua kelas, coba bidik kepala mereka."

"Eh? Tidak tembus?"

"Kurasa zirah itu tebal sekali, kecuali kamu pakai sihir serius," ucap Ann. "Pokoknya jangan sampai aku atau Hilde terpojok."

"Oke!"

Ann menarik perhatian satu dari tiga yang mengikuti Hilde, si tentara yang menggunakan pedang bertubuh lebar layaknya shamsir milik bandit. Tombak mungkin bukan tandingan terbaik pedang, tapi Ann bisa mengakalinya dengan mengontrol timing. Untungnya, tentara besi ini tidak secepat Jenderal Besar, serangannya juga tidak brutal. Ann tapi harus memikirkan soal punggungnya yang belum sembuh benar, serangan tertentu tidak bisa ia hindari.

Si tentara menebas kuat-kuat tombak Ann, Ann tetap mencoba mendorong hingga mata tombaknya menyentuh bagian torso baju besi itu. Pedang itu dipakai tentara besi untuk menolak tombak, Ann pun mundur ke arah Val dan Karen. Seperti dugaan Ann, si tentara mengambil momentum ini untuk menuju ke arah Ann.

Poison TravelerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang