Intermission 023: Mesin Pembunuh dan Sang Tentara Kecil

24 9 3
                                    

Malam itu berjalan cukup panjang dan lama, sesuatu hal yang Lucia rasa sebagai baru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam itu berjalan cukup panjang dan lama, sesuatu hal yang Lucia rasa sebagai baru.

.

Sebelum berada di Folia dan mengalami kehidupan sekolah selayaknya gadis-gadis lain yang kerap ia dengar, ia merasa malam-malamnya kurang berharga. Selepas menghadapi tragedi yang membuatnya menjadi pewaris terakhir ilmu pedang Leanan, ia terus berlatih, siang dan malam, seperti biasa ia lakukan selama masih di rumah. Berlatih membuatnya melupakan kesedihan, melupakan rasa hampa yang menderanya setelah kehilangan rumah dan segala yang dikenalinya. Keluarga asuhnya tidak terlalu mengekang pilihan Lucia, sebuah hal yang ia syukuri. Namun, di saat-saat gelap itu, Lucia tidak punya keinginan lebih untuk terus hidup dan bertahan hidup.

Hingga suatu hari, keluarga asuhnya memperkenalkannya pada sihir sederhana dan kesempatan untuk bersekolah di Sekolah Militer Dresden. Lucia merasa ia sangat berhutang budi pada keluarga asuhnya dan hendak membalasnya setelah ia bisa lulus dan masuk dalam militer Angia.

Lucia Florence menanggalkan nama Leanan dan menyembunyikan pedangnya, menjadi seorang sepolos mungkin yang tengah mempelajari sihir, hingga jalannya kembali ke mansion lama yang sudah ia tinggalkan.

Lucia ingat bagaimana ia menyukai lukisan peri yang merupakan salah satu bentuk warisan milik keluarganya secara turun-temurun sejak zaman pertama kali keluarga bangsawan Leanan ada. Lucia ingat saat-saat ibunya memberikan pedang untuknya saat ia menguasai 'Satu'. Lucia ingat bagaimana ia menghabiskan waktu berhari-hari di serambi latihan milik keluarganya atas bentuk hukuman dari sang ayah akibat dia tidak bisa menguasai 'Dua' tepat waktu.

Hari-hari pelik dan ingatan-ingatan manis itu tidak akan kembali, namun kini, ia yakin bahwa peri pelindung keluarga Leanan mengarahkannya ke jalan yang ia tidak sangka-sangka.

Kini ia, Lucia Florence Leanan, adalah bagian Kelas Sembilan, sebuah kelas berisi orang-orang urakan dengan latar belakang masing-masing, 'rumah' yang menerima sosoknya yang hanya tahu mengenai pedang dan cara membunuh orang.

.

Seusai makan malam, Lucia mendorong kursi roda Hana kembali ke kamar. Hana bilang ia kangen sekali dengan kamar mereka yang kelewat rapi. Mereka berdua memang seperti kutub yang berlainan, tapi mereka bisa dibilang memiliki kamar paling rapi yang bahkan dipuji oleh Val dan Matron Thalia.

Kamar itu penuh oleh empat orang selain ia dan Hana. Karena tidak banyak kursi, Lucia dan Fiore memilih duduk di kasur, sementara Matron mengambil salah satu kursi dan mereka duduk menghadap ke arah ibu asrama. Matron Thalia kemudian menjelaskan soal kondisi Hana pada Lucia, Blair, Val, dan Fiore mendengarkan.

Hana belum pulih total dan masih harus menjalani terapi rutin yang akan dilaksanakan sekali seminggu. Saat terapi, Hana akan didampingi Matron Thalia ke Rumah Sakit Folia. Matron Thalia juga bertindak sebagai penyembuh bagi Hana, namun ia ingin Blair, dengan ilmu obat dan alkemisnya, membuatkan penghilang rasa sakit. Blair menyanggupi dan akan menyiapkan obat itu sesuai permintaan Matron dalam waktu dekat.

Poison TravelerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang