Intermission 003: Nilakandi

58 14 5
                                    

Sihir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sihir. Konsep yang mulai ditinggalkan namun hidup berdampingan dengan pertumbuhan teknologi di Angia.

Pengamat peradaban di Angia bilang, sihir lama-kelamaan akan ditinggalkan dengan kemudahan teknologi, seperti yang terjadi pada benua Kaldera yang sempurna mengadopsi ilmu pengetahuan dan maju dibandingkan benua-benua lain.

Akan tetapi, sebuah asimilasi antara teknologi dan sihir tercipta di Angia dalam berbagai bentuk, salah satunya adalah Cincin Peri. 

Alih-alih tidak mengabaikan akar mereka sebagai kontinen yang ada karena ditemukan oleh Para Peri yang kemudian berdampingan dengan manusia memberi kehidupan di Angia, sihir tidak pernah lepas seutuhnya, menjadi komplemen teknologi.

Walau demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa tetap ada bagian yang terlupakan, sengaja dilupakan, memilih mengasingkan diri, atau semata-mata dihapus paksa agar tidak diingat oleh siapa pun yang masih hidup.

Pagi itu, Fiore terbangun dari tidurnya dengan mimpi yang sama: kepala desa yang mengumpulkan warga desa yang bisa dihitung dengan jari, dan kepala desa yang mewariskan busur panahnya pada Fiore. Kepala desa dan warga-warga desa itu lalu mengucapkan salam perpisahan mereka dan melepas Fiore pergi.

Matahari belum sempurna menyinari dunia, masih malu-malu terselubung gelung awan. Musim panas, akan tetapi, sudah mendarah daging di jalan-jalan Kota Folia, dengan keringnya rerumput dan banyak tanaman yang butuh banyak air bahkan di pagi hari.

Ia tidak biasa bangun begitu awal, tapi mimpi barusan membuatnya enggan tidur lagi. Lagipula, teman sekamarnya sudah bangun lebih awal seperti biasa. Sesekali menikmati sarapan tanpa perlu merasa asing di keramaian mungkin bisa menaikkan mood-nya.

Fiore merapikan rambutnya dengan kepang sempurna, lalu mencari catatan mata pelajaran kemarin yang sempat ia baca sebelum tidur, dan menemukan cadangan dawai panahnya yang belum ia bereskan berserak di atas meja.

Busur perak besar itu digantungnya pada rak tepat di atas meja, itu ide teman sekamarnya ketika ia bingung menaruh busur yang begitu besar. Saking besarnya busur itu, nyaris separuh tinggi badannya, orang-orang menatapnya lucu. Fiore ingat sekali saat ia pertama kali datang ke Folia untuk mengikuti tes masuk Akademi Militer Dresden. Ada yang berbisik mengejeknya seperti bocah yang memboyong mainan kebesaran.

Tentu, selepas itu Fiore tertawa puas dalam hati melihat mereka bergidik melihat namanya ada sebagai nomor satu di tes masuk sekolah. Dia si nomor satu. Gelar yang membuat dirinya terkesan angkuh dan jauh. 

Setelah itu, Fiore mengira akan ada lagi yang mengejeknya, tetapi tidak pernah ada yang menyindir soal busur panahnya. Memang, Ann mengejek soal tingginya, tapi pemilik rambut coklat pengguna tombak itu sekalipun tidak meremehkannya.

Fiore mengangkat busurnya dengan berdiri di atas kursi, memeriksa tiga dawai yang kurang biasa ada pada busur panah umumnya. Bisa saja dawai itu dipetiknya dan ia mulai bernyanyi, karena memang itu salah satu fungsi senjata itu sebenarnya di desa tempatnya berasal.

Poison TravelerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang