XXVI. | Mengendarai Warden

24 10 0
                                    

Hari itu, tidak lagi ada anak Kelas Sembilan yang terjatuh parah ketika mengendarai Warden. Entah dikarenakan mereka yang terbiasa cepat belajar karena pembuatan barak sebulan yang lalu, atau memang Gloria dan Instruktur Lysander sangat baik dan telaten dalam mengajarkan.

Gloria bahkan membuka sesi khusus di asrama kalau ada yang butuh tanya-tanya, kamar mereka jadi tempat persinggahan Val paling sering. Eris menjadi orang kedua tersering dan kemudian diikuti Alicia-Hilde.

Dalam waktu seminggu latihan berturut-turut, semua sudah bisa mengendalikan segala jenis Warden, baik itu tipe standar Oberon maupun tipe berat Lysander. Mereka mulai terbiasa dengan tombol-tombol kontrol dan tidak lagi salah membedakan antara kiri dan kanan ketika menjalankan Warden. Mereka juga mulai terbiasa dengan sengatan panas matahari di bulan Agustus, selayaknya rumput-rumput hijau yang mereka pijaki setiap menuju lapangan tanah merah untuk mengikuti latihan Warden.

Instruktur Lysander memberi mereka kesempatan satu kali lagi di hari Jumat minggu kedua di bulan Agustus untuk melakukan review seluruh Warden sebelum memastikan tipe yang akan mereka pilih untuk dipakai satu tahun kedepan. Memang tidak semua kegiatan militer memerlukan Warden, tapi pengelompokan ini dimaksudkan agar para murid dapat fokus dan mendalami satu tipe saja. Sekolah akan mendatangkan tipe-tipe sesuai permintaan terbanyak untuk cadangan di sekolah untuk digunakan sewaktu-waktu.

"Jadi kamu mau pilih yang mana, Ann?"

Ann mengerjap ketika Gloria menemuinya setelah ia selesai menaiki empat Warden yang ada. Ann kemudian mengalihkan gilirannya ke Val yang tampak sudah menunggu.

Gloria menatap Ann dengan mata berbinar-binar, seperti sales yang pernah Ann lihat di sebuah pelataran toko Kota Nelayan yang terus-menerus menjajakan dagangannya tanpa kenal lelah.

"Kamu sendiri mau pilih yang mana?" Ann balas bertanya.

Gloria segera mengedarkan pandangan ke empat Warden. Warden Oberon tengah dicoba oleh Val, yang kali ini sudah tidak lagi terjerembab. Fiore tengah mencoba beberapa pergerakan dalam Titania-Alpha. Blair tengah mencoba saran Muriel di Lysander. Lucia masih mencoba kontrol efektif di dalam kokpit Demetrius bersama Instruktur Lysander.

"Mungkin Oberon? Ah, tapi aku bisa pakai yang mana saja sih," Gloria memberengut. "Yang lebih enak dipakai terbang itu yang ringan seperti Titania-Alpha. Yang enak untuk tombakku ya Oberon. Tapi Lysander berat dan tahan banting. Hah! Ternyata sulit memilih!"

"Benar, 'kan." tukas Ann singkat. "Aku kayaknya cenderung ke Oberon juga."

"Karena senjatamu?"

"Hmm mungkin? Luas kokpitnya sama-sama saja."

Tipe kontrol yang paling berbeda adalah milik Titania-Alpha, ketika Warden lain memiliki kemudi berupa dua tangkai besi. Titania-Alpha memiliki setang seperti sepeda, katanya untuk menyalurkan energi sihir lebih efisien bagi pengguna sihir utama.

"Karen dan Hana juga sudah biasa mengendarai Warden?"

Gloria sejenak tertegun, "Tidak juga. Cuma aku saja yang maniak."

"Oh, kamu sadar kalau kamu maniak."

"Aku hanya paham dengan apa yang kusukai dan tidak, Knightley~" mata Gloria menemukan Oberon lagi, kini sudah digilir ke Muriel yang menukarnya dengan Demetrius untuk Val kendarai berikutnya. "Toh mungkin karena aku lahir dikelilingi Warden jadinya aku suka Warden."

"Hah, kamu serius lahir di tengah-tengah Warden?"

Gloria mengernyit, "Kamu pura-pura nggak tahu kata kias ya."

Instruktur Lysander kembali mengingatkan mereka untuk mengisi kuesioner yang tersedia di meja hanggar sebelum pergi untuk memilih Warden mana yang akan mereka gunakan. Beberapa jelas berlama-lama agar tidak duluan menulis nama di sana, tapi ada juga yang seperti Blair yang segera menulis dan pergi setelah mencoba masing-masing Warden yang ada.

"Kamu bisa menerbangkan Warden, Gloria?"

"Oh tentu," ia sedikit membusungkan dada. "Tapi nggak bisa kukasih lihat sekarang, nanti Instruktur Lysander bertanduk."

"Kamu ada takutnya juga ke Instruktur Lysander."

"Hei, aku ini siswi baik-baik, tauk!"

Gloria menatap punggung Instruktur yang tengah sibuk mengarahkan Lucia dari interkomnya. Instruktur kelas Ekonomi yang ternyata adalah pemilik sebuah perusahaan Warden di benua dengan teknologi termaju se-Endia.

"Kenapa, ya, Instruktur Lysander mengajar Ekonomi?"

"Tanya saja." tukas Ann ringan.

"Saya bisa mendengar kalian berdua dari sini." sergah pemilik rambut coklat sebahu itu. Mereka berdua pun terkesiap, hendak kabur. "Itu pertanyaan umum, kok. Kepala Sekolah juga bertanya-tanya kenapa saya memilih mengampu kelas Ekonomi."

"Dan jawabannya?"

"Karena saya lebih suka Ekonomi ketimbang Teknik."

"Tapi anda masih mau mengajar kelas Warden, Instruktur?" Gloria menambah lagi.

"Karena di Angia tidak banyak yang tahu Warden?" ia menaikkan bahu. "Tidak mudah mendatangkan guru untuk mengajar di sekolah militer, saya hanya menjalankan perintah."

Jawaban yang terkesan berputar namun masuk akal, mungkin sama dengan ketertarikan Gloria terhadap mesin-mesin?

"Kalian mau pilih apa jadinya? Kalau bingung, kalian bisa tanya pada saya ... ah, kecuali kamu, Kadet Wiseman." Instruktur Lysander tersenyum kecil.

Gloria menggembungkan pipi. "Saya bingung juga, lho, Instruktur!"

"Minta datangkan saja mainanmu dari Spriggan." komentarnya. Ternyata memang mereka perlu menyendiri dulu baru mereka benar-benar bercanda satu sama lain.

"Biaya kargo mahal, lagipula ..." pembelaan Gloria terputus, alih-alih ia telah mengingat sesuatu yang harusnya tidak diucapkan. Pemilik rambut kemerahan itu menurunkan tangannya lunglai dan menghela nafas. "Saya akan pilih Oberon, kamu juga 'kan, Knightley?"

Instruktur Lysander menatap Gloria cukup lama, sebelum akhirnya ia ikut melirik ke arah Ann yang mulai disenggol oleh Gloria.

"Saya pilih Oberon juga." Ann tidak bisa mengelak.

"Baiklah, jangan lupa tulis nama kalian di kuesioner, ya?"

"Siap, Instruktur."

Jangan pikirkan rasa penasaranmu, Ann. Pikirkan saja Ekskursi Daerah bulan ini. Jangan mengendus sesuatu yang bukan urusanmu. [ ]

Poison TravelerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang