X. | Battle Royale, Pengguna Sihir

40 15 1
                                    

Secara teknis, siapa saja yang mengenakan Cincin Peri bisa disebut sebagai pengguna sihir. Pemilik Cincin dapat meminjam kekuatan alam, walau tidak semuanya bisa lihai dalam penggunaannya, sehingga dapat dibedakan bagi mereka yang menggunakan sihir untuk penyerangan, pertahanan dan penyembuhan, dengan mereka yang sekedar menggunakan sihir untuk mengamplifikasi kekuatan fisik yang sudah ada.

Kalau pengacak nama meminta pengguna sihir secara umum, sebelas diantara mereka masuk kedalamnya. Kalau pengacak nama meminta pengguna sihir utama di Kelas Sembilan, ada empat nama.

Fiore Angelica Alba memang menggunakan busur dan panah, tapi Ann tahu kemampuan sihir yang belum ditunjukkannya sangat luas. Fiore tidak berusaha menyombongkan diri, tidak juga di hadapan Lucia Florence. Lucia memiliki sedikit pengetahuan di berbagai hal, tetapi kemampuan sihirnya masih perlu banyak latihan. Benar-benar banyak latihan sampai ia bisa mengeluarkan frekuensi sihir yang kurang lebih mumpuni.

Alena Valerian adalah pengguna pistol, tapi menurut Instruktur Bathory, Val menggunakan elemen-elemen sihir untuk membantu laju peluru dan menyisipkan serangan elemen agar menimbulkan serangan yang cukup dahsyat. Kategori Val sebagai pengguna sihir merupakan contoh abu-abu dibandingkan pengguna senjata jarak dekat lainnya.

Lalu, nama keempat adalah Karen Ray Spriggan, atau Karen Astrolabe. Ann sangat mudah mengingat Astrolabe itu karena bentuknya yang tidak biasa; bulat dan tampak mengorbit pada inti, seperti mata laser Golem Penjaga. Seperti Fiore, ia belum menampakkan seluruh kemampuannya sebagai pengguna sihir.

"Tema duel ini adalah penggunaan sihir!" Instruktur Bathory menunggu kocokan nama. "Kelas Tiga, Sania Wondersmith!"

Gadis berkulit gelap dengan rambut pirang pucat maju ke tengah-tengah Arena. Ia menggenggam tongkat kayu hitam, tampak ragu-ragu mata merahnya berkeliling mendapati teman-temannya mengelu-elukan namanya.

Sementara, Lucia di samping Ann bergeming, mungkin menahan nafasnya. Ann mengerti kalau dia tidak mau jadi beban bagi Kelas Sembilan. Lagi, kalau memang namanya terpilih, semua harus berlaku adil.

"Kelas Sembilan," riuh rendah terkikis sempurna. "Karen Ray Spriggan!"

Gadis berambut perak yang duduk di undakan tengah pun berdiri, Astrolabe miliknya yang semula diam di pangkuannya kini telah melayang di atas telapak tangannya, berputar searah jarum jam, alih-alih menghipnotis hanya dengan melihat perputaran statis itu.

"Karen."

Gloria memanggil nama itu dengan suara lembut. Karen segera menoleh.

"Tidak apa-apa?"

Karen segera menjawab. "Tidak apa-apa."

Gloria kembali duduk, lebih diam dari saat awal ia berbicara entah dengan Muriel atau Alicia. Ann mengerjap melihat transisi sikap Gloria.

"Kalian duduk di atas sekali, ngapain?"

Fiore datang dan duduk di samping Lucia, yang tak henti-hentinya menghela nafas penuh kelegaan.

"Aku malas duduk dekat-dekat, tidak tahu kalau Lucia," balas Ann. "Kamu ngapain? Kesini karena nggak kelihatan di bawah sana."

Fiore menggeram, tapi tidak langsung menjawab. Matanya langsung menatap kedua petarung di bawah sana, Astrolabe melawan tongkat.

Sihir bisa saja digunakan untuk pertarungan jarak dekat, tapi efeknya akan berbahaya apalagi kalau seorang pengguna sihir tidak bisa memperkirakan sebab dan akibat yang terjadi. Baik Karen maupun Sania menjaga jarak cukup jauh. Sania menaikkan tongkatnya ke udara, seperti menggertak, tapi Karen diam dengan Astrolabe miliknya berputar di atas telapak tangan dengan tenang.

Seingat Ann, Karen menggunakan sihir api ketika melawan Golem Penjaga. Laser yang dibuatnya bahkan bisa menembus kaca dan melubangi badan robot, sesuai dengan tangkapan layar saat masa evaluasi.

Fiore dan Lucia memerhatikan lamat-lamat karena hampir satu menit dari tiga menit waktu yang ada para petarung habiskan untuk tidak melakukan apa-apa, seakan mereka menunggu siapa saja menyerang lebih dahulu.

Tanpa mantra yang terucap, Karen melempar bola api ke arah Sania, yang segera ditangkis dengan percikan es. Api itu segera menguap, tidak meninggalkan bekas, sementara titik-titik air jatuh karena es yang meleleh.

Karen tampak menarik nafas panjang, sebelum ia menggunakan genangan air itu untuk menjerat kaki Sania.

"Sihir jauh. Pintar," Fiore menyanggah. "Tapi, ada yang aneh."

"Aneh?" Lucia segera bertanya.

Sania melepaskan diri dari genangan, segera berlari berputar dengan Karen sebagai sumbu. Dengan tongkatnya, ia tampak melukis bilah es dari udara, mencoba melayangkannya ke arah pemilik rambut perak itu. Karen tidak mengelak, malah ia menggunakan telapak tangan kirinya untuk menggenggam es tersebut, air mukanya tidak berubah banyak ketika ia menolak es itu kembali ke pemiliknya. Sania mencairkan bongkahan es itu dalam satu ayunan lembut tongkat, kemudian membuat beberapa bongkahan-bongkahan baru.

Tidak satu kali pun Karen menghindar, hanya mengembalikan bongkahan es, atau menggunakan api sebagai tameng.

"Karen, sihirnya berenergi tinggi, dia bisa saja mengalahkan Sania dalam semenit."

Lucia terperanjat, "Eh?"

"Dia sama sekali tidak menyerang, dia mengincar seri."

Alicia muncul dari undakan bawah, "E-Eh? Kenapa dia mengincar seri?"

"Tenang, Alicia, bukan maksudku Karen membiarkan kemenanganmu sia-sia, cuma ..."

Ann mendapati Fiore melirik ke arah Gloria sejenak, lalu kembali ke Karen. Gloria benar-benar jadi pendiam, seperti menahan nafas selama Karen memainkan Sania dalam adu sihir yang terlihat seimbang. Alicia tampak memahami apa maksud Fiore, namun si pemilik rambut kehijauan itu sekedar mengangguk.

"... aku tidak tahu, mungkin Karen punya alasan sendiri." tukas Fiore sambil mengedikkan bahu.

Benar saja, tiga menit berakhir tanpa pemenang. Sania tampak ngos-ngosan sementara Karen bergeming cukup lama sebelum akhirnya Instruktur Faye membubarkan mereka berdua. Kedua belah pihak menatap Arena dengan sunyi, sementara Sania dan Karen kembali duduk di undakan. Karen duduk di samping Gloria, kembali memangku tangan.

"Tuh, sudah 'kan?"

Gloria menggelengkan kepala, ia mendecak. "Dasar."

Hanya mereka yang tahu apa maksudnya - baik keinginan seri juga maksud alur pertandingan tadi. Bukan bagi siapa pun di kelas untuk tahu, tidak juga Ann yang masa bodoh dengan semua ini.

Pertandingan terakhir akan jadi pertandingan penentuan. Atau malah, lebih baik seri agar tidak ada yang mendapat 'hukuman' yang sudah digadang-gadangkan. [ ]

Poison TravelerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang