XVI. | Kelompok Barat

35 14 4
                                    

Belum satu menit mereka berjalan dari barak sementara menuju ke arah kota, mereka harus menjaga Hana agar tidak ngeloyor pergi dari barisan. Si pirang pendek satu itu sangat pecicilan, tidak bisa diam dan tidak tahu kapan energinya akan habis. Kalau Blair masih tahu tata krama, Hana ini benar-benar lepas, seperti anak kecil yang disodorkan belasan mainan kesukaannya. Memang mereka masih di bawah umur dewasa, tapi melihat Hana yang hiperaktif, rasanya ada jurang tidak tampak antara generasi mereka berdua.

"Gimana kalau kita ikat saja dia?"

"Fiore, tenang." sambut Muriel, yang akhirnya menjadi orang yang terus menggenggam tangan Hana agar dia tidak buru-buru berlari pergi. Lucia turut di belakang Hana agar Hana tidak berputar dan lari.

Kelompok Barat, kiamat kecil bagi mereka yang mengetahui, terdiri dari Ann Knightley, Fiore Angelica Alba, Muriel, Eris Malvin, Hana Albertine dan Lucia Florence; tiga orang waras, satu orang malas dan satu bom waktu - bom waktu yang sulit dijaga tiga orang. Mereka baru saja berpisah dengan Kelompok Timur yang mengambil belokan ke kanan bawah dari pertigaan menuju Kota Barrows.

Berjalan kaki satu kilometer dari barak cukup untuk meregangkan tubuh selepas satu hari perjalanan kereta, mereka juga dapat melihat-lihat apakah di jalan sekitar kota terdapat gangguan tertentu atau tidak.

Ada monster-monster kecil binatang pengerat, slime, tapi tidak ada keanehan berarti.

Jalanan setapak berupa tanah berpasir itu tampak tidak dilalui oleh kendaraan apapun karena tidak ada jejak roda atau tapak kuda. Status AWA mungkin membuat para penduduk kota untuk lebih banyak di rumah dibandingkan melakukan kegiatan ke luar kota.

Sebuah penanda di pertigaan itu tampak baru dan mengkilap, terbuat dari besi yang di cat hitam dengan tulisan cetak yang jelas. Kanan, bertuliskan Reservoir, ke kiri, Pasar Rakyat, dan dari arah mereka datang ditulis Menuju Mansion Leanan.

"Oh? Jadi kalau kita lurus dari arah barak, ke hutan-hutan kering itu, kita akan ke Mansion yang disebut Val?" tanya Muriel.

"Sepertinya begitu," Eris melirik ke arah Lucia. "Apa kamu tahu tentang daerah sekitar sini? Fiore tampaknya bukan orang sini."

Lucia menoleh ke arah kota yang menjadi tujuan mereka. Ada sedikit keengganan di wajahnya. "Mungkin, kurang lebih."

"Kalian yang bertanya-tanya ya, aku ngekor saja."

"Ann." Muriel berseru, mengingatkannya dengan senyum dan aksentuasi nama yang tegas.


Arsitektur Kota Barrows tidak jauh berbeda dengan Kota Folia dengan jalanan paving block warna-warni sihirnya dan rumah-rumah dengan bangunan utama kayu dibandingkan beton, tapi terdapat banyak sekali undakan tangga kayu yang membuat kota terkesan bervolume, meningkat hingga terlihat sebuah rumah ibadah dan kantor walikota di level teratas.

Pasar Rakyat yang mereka masuki sudah berbentuk kios-kios kubik beton dengan jalanan rapat. Etalase mereka ada yang terbuka atau tertutup, dengan penanda kios berupa plang kayu tergantung di atas masing-masing kios. Di bagian depan toko terdapat pot berisi sebuket atau setangkai bunga berwarna putih. Pasar itu cukup ramai di pagi menuju siang, walau jalanan terasa lengang. Hana keburu menarik Muriel pergi menuju toko roti yang ada di sisi kiri mereka, sementara Fiore mengikuti mereka dengan geram sambil meneriaki Hana.

"Anyelir putih," Lucia berucap. "Bunga itu melambangkan kesedihan yang mendalam."

"Yang melambangkan kesedihan hanya anyelir?" tanya Ann.

"Anyelir adalah bunga yang populer di Leanan," jelas Lucia lagi. "Katanya dulu istri pemimpin Leanan yang terakhir sangat suka dengan anyelir."

"Kamu cukup banyak tahu banyak tentang Leanan juga ternyata," imbuh Eris. Lucia mengerjap. "Apa kamu tahu soal nasib sekolah berpedang yang dulu ada di sini?"

Poison TravelerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang