LXXX. | Masa Tenang

11 6 0
                                    

Ia terbangun di rumah sakit Caelia selatan di sebuah siang. Ruangan yang ditempatinya penuh dengan anak-anak kelas mereka, namun tirai di sekitar kasurnya tertutup sempurna. Suara-suara yang tidak bisa ia pilah itu perlahan menghilang satu demi satu. Ann menutup matanya lagi, mencoba untuk menunggu sampai seluruh inderanya berfungsi senormalnya. Ia mencoba melihat sekelilingnya menemukan kantong darah yang menyuplainya transfusi dan alat-alat lain di sekitar tubuhnya. Ada suara mesin di sampingnya, juga ia mengenakan alat bantu napas.

"Muriel mau minum apa? Nanti kubelikan." ucap sebuah suara di sebelah kanan tirainya. Ann memegangi kepalanya. Ia sama sekali tidak bisa bergerak dari kasur dan tidak bisa juga berbicara.

Muriel menolak tawaran itu, dan ia berkata. "Kamu belikan saja untuk Hana, Fio. Dokter bilang aku belum bisa minum sesuatu yang berpengawet."

"Begitu, tapi tanganmu tidak apa-apa, 'kan?"

"Hmm, kena otot sedikit sih, tapi mereka bilang aku perlu ikut terapi juga untuk pemulihan jadi mungkin aku tidak bisa langsung kembali dan memasak."

Ann terus mendengarkan mereka, sedikit perasaan bersalah terbersit di benaknya, menghujam dadanya. Perasaan yang mungkin di awal tahun ajaran akan menjadi sesuatu yang berusaha ia lupakan. Lagi, Ann tahu sekarang kalau perasaan yang dimilikinya sekarang merupakan sebuah titipan, sebuah keajaiban penciptaan. Homunculus buatan tidak seharusnya memiliki perasaan.

"Lagian kita juga masih perlu di sini, bukan? Masih banyak pihak Caelia yang datang dan pergi ..." Fiore mendecak. "Tapi ya gapapa sih, jadinya kita bisa bergantian menjaga mereka yang dirawat."

"Alicia ke mana, Fio?"

"Tadi kayaknya dia check-up. Untung dia bisa menghindari patah tulang, yah tiga jahitan di dua lengan sih. Dia gila juga kalau sudah serius."

"Untung kamu masih bisa berjalan sendiri ya, Fio, aku tidak bisa mengangkatmu~"

"Riel, sudahlah."

Mereka berdua tertawa lepas sebentar, sebelum sunyi kembali menjelang. Sepertinya di kamar itu ada Alicia, Muriel dan Ann yang dirawat. Mereka juga tampaknya tahu Ann lama belum sadar sejak kejadian itu.

"Kita yang jadinya terdampak parah, ya ... dan Karen."

"Karen ..." Muriel tertegun. "Aku kira semua energi sihir akan dengan mudah kembali dengan istirahat, ternyata Karen bukan tipe itu?"

Fiore tertegun sejenak, "Hmm, maaf, Riel. Aku tidak bisa memberitahukan itu padamu."

"Ah, tidak apa-apa~" Muriel berujar dengan nada lembut seperti biasa. "Semua punya rahasia mereka sendiri, bukan? Tidak baik kalau kita memaksa bila mereka sendiri tidak mau mengungkapkannya."

Sunyi mengisi ruangan, hanya derit kursi yang tampak diduduki Fiore dan Muriel yang memandang ke arah jendela yang terbuka. Suara pintu digeser tampak terdengar dari sebelah kiri, ada seorang datang dengan bantuan tongkat jalan.

"Fiore~ tolong aku~" Alicia melambaikan tangan.

"Alicia? Bukannya tadi kamu sama Hilde dan Eris?" Fiore segera mendekati sosok Alicia yang menyandarkan diri di pintu masuk. Fiore membantunya hingga ia kembali ke kasurnya yang terletak di seberang tempat tidur Muriel.

"Mereka dipanggil untuk interogasi lagi. Benar-benar tidak ada habisnya seperti saat pertarungan waktu itu~" jawab si periang itu. "Yang hampir tidak terluka dimintai keterangan terus, dan sepertinya Jenderal Besar segera bergerak dengan Caelia untuk mitigasi."

"Oh, apa benar kata Instruktur Bathory, alat yang dibuat tim Diakon Yuri di Norma berhasil digunakan untuk membungkam Kanselir?"

Ada suara decak keras yang tampaknya berasal dari Fiore. Ann mengerjap di tempat tidurnya. Suaranya tidak juga kembali, sudah berapa lama ia tidak sadarkan diri? Apa jangan-jangan setelah memakai seluruh kekuatannya itu, suaranya juga ikut hilang?

Poison TravelerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang