XXXI. | Lebur

23 10 0
                                    

Membantu persiapan panggung memang lebih menyenangkan bila didukung banyak orang. Mereka berempat tidak mampu untuk terus-menerus bolak-balik mengangkat kotak dan membantu memindahkan satu tiang ke titik lain, untungnya staf di sana memperbolehkan mereka untuk istirahat di tiap-tiap pemindahan partai besar.

Setelah beberapa jam, seluruh kotak dari drone pengangkut sudah selesai dipindahkan dan disusun sesuai tempat yang telah disediakan. Mereka pun mulai untuk membangun tenda-tenda di sisa area tersebut untuk kedai-kedai yang sudah memesan.

Mereka berempat kembali ke lambung bar penuh keringat, kali ini sang pria pemilik bar menyuguhi mereka dengan banyak sekali teko air.

"Gila!" pekik Alicia. Ia melonjorkan diri di atas meja. "Dan tidak ada anak Kelas Sembilan yang kemari! Mereka terjebak di mana sih?"

Gloria menaikkan Cincin Peri-nya, ia menekan pucuknya sekali untuk memperlihatkan peta besar Redcrosse melayang di antara mereka dalam bentuk tiga dimensi. Sebuah peringatan pemindaian ada di kaki peta, sebelum akhirnya muncul beberapa titik biru. Empat titik di area pantai, empat titik di area utama menuju ke balai kota. Empat titik di sekitar rumah ibadah. Eris memperhatikan peta dan mengangguk.

"Sepertinya mereka juga tidak seleluasa kita," simpul Eris. "Jam berapa sekarang, Gloria?"

"Baru jam 3, kita masih bisa ke rumah ibadah atau ke pusat kota lagi. Di sini sudah selesai, kata staf tadi."

"Di sini ada keran? Kayaknya aku perlu cuci muka dulu," ujar Alicia. "Ada yang mau ikut?"

Ann yang sedari tadi menempelkan wajahnya ke meja kayu mengangkat tangan. "Tapi aku malas."

"Oke, jangan malas Knightley! Ayo jalan!" Alicia mulai menariknya.

"Ehhh."


Pemilik bar menunjukkan keran yang biasa digunakan peselancar tepat di belakang bar. Di sana juga ada pancuran air menyerupai shower yang dikhususkan untuk membersihkan diri dari air laut.

Membasuh muka dalam keadaan panas juga tidak dibenarkan karena dapat memicu penurunan suhu tubuh yang drastis, jadi mereka sibuk berteduh dan mengipasi wajah sebelum menyekanya dengan air.

"Gelang tanganmu itu tahan air?"

"Iya, tapi aku tidak pernah menggunakannya kalau mandi."

"Kudengar itu bisa menimbulkan alarm?" tanya Ann.

"Asal jaraknya tidak sampai sepuluh meter, yang penting aku menaruhnya dekat tempatku mandi." ucap Alicia sambil memegang ban lengan besi yang selalu menyala itu. Tanda bahwa dirinya seorang kriminal.

Ann mengerjap, "Kriminal yang terlalu muda untuk hukumannya, ya."

"Oh, kamu mendengar saat kami ngobrol di gerbong?" Alicia menyeringai.

"Aku cuma dengar dari Fiore. Dia kadang tidak bisa berhenti mengoceh."

"Hee, jadi hubunganmu dengan si Pendek sudah baik sekarang."

Ann mengerutkan dahi, "Entahlah."

Setelah saling memanggil nama, hubungan mereka berdua perlahan memang berubah. Tidak ada lagi saling mengata-ngatai. Tidak ada lagi saling senda-gurau negatif. Cuma sekedar teman sekelas yang menimpali bila yang satu berbicara, atau membantu sekenanya.

Walau begitu, Ann masih saja merasa berhutang budi.

Entah bagaimana cara agar dia bisa membalasnya. Entah. Ia tidak biasa membalas budi baik seseorang, belum lagi orang itu bukan kakak tirinya. Ia juga tidak bisa bertanya ke kakak tirinya saat ini, surat membutuhkan waktu lama untuk sampai dan dibalas. Kakaknya juga tidak mungkin mengangkat telepon.

Apakah lebih baik dia bertanya?

"Alicia, kalau aku bertanya sesuatu, apakah kamu bakal jawab serius?"

"Apa dulu nih?" Alicia berpangku tangan, menunggu.

"Ini sederhana saja sih."


Jubah putih sangat mencolok di keramaian yang memiliki banyak warna sehingga Messenger memutuskan untuk menanggalkan segala penyamaran dan berbaur dengan pakaian sederhana. Menjadi salah satu staff adalah hal mudah, dikarenakan semua butuh bantuan tenaga untuk mendirikan tenda maupun sekedar mobilisasi barang.

Menjadi staff juga merupakan hal sederhana yang bisa dilakukannya seraya mengintai seluruh target dalam bukunya, terutama sang target utama.

"Jadi mereka akan ke arah reruntuhan besok?" telepati Rook melayang menuju dirinya.

"Kurang lebih. Aku yakin Penyihir Masyhur sudah menangkap sinyal bahwa ada artifak mencurigakan di salah satu reruntuhan, tapi hanya ada satu yang asli."

"Tapi tempat itu jadi ramai karena banyak Pencari Harta Karun, tidak apa-apa?"

"Bukan masalah, Pencari Harta Karun di sini terlalu bodoh, beda dengan di Kaldera. Pencari Harta Karun di sini cuma tahu benda itu bernilai uang," sergah Messenger cepat. "Kalau kita di Kaldera, trik ini tidak akan berhasil."

"Kupercayakan semua tipu-tipuan padamu, yang penting nanti kamu serahkan soal anak-anak itu padaku."

Messenger mendesis, "Jangan kasar-kasar, Rook. Kita di sini bukan untuk membunuh."

"Tapi bisa saja kan, mereka melawan terlalu hebat, lalu aku tak sengaja membunuh salah satu dari mereka."

Messenger hanya bisa mendecak. Ia bertolak dari kerumunan pantai dan kembali ke arah tengah kota, mencoba mencari Rook yang bersembunyi di sana dan memarahinya di tempat.

Sulit kadang berurusan dengan orang yang cuma tahu urusan otot. [ ]

Poison TravelerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang