Intermission 028: Harga Diri

20 7 5
                                    

Detik-detik ini sangat berharga, lagi Claudia Ars Bathory merasa ini adalah malam yang sangat panjang dan ingin segera semua ini berakhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Detik-detik ini sangat berharga, lagi Claudia Ars Bathory merasa ini adalah malam yang sangat panjang dan ingin segera semua ini berakhir.

Murid-muridnya, seperti kata Instruktur Lysander, bukan anak-anak kecil yang penakut dan harus dilindungi. Malah, mereka dengan beraninya memilih garis terdepan, menghadapi apa pun yang akan terjadi berikutnya dengan tegar. Mereka juga dengan antusias menyusun rencana, tidak pantang menyerah dengan kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi pada mereka.

Semua pasti selamat. Kita semua bisa melakukan ini. Kalimat itu melayang berulang-ulang dari mereka yang terus memberi harapan, terutama Muriel yang selalu menjadi penyemangat mereka bersebelas. Kalimat-kalimat itu, yang menurut Claudia sendiri adalah kata-kata kosong, menumbuhkan sesuatu dalam dirinya.

Hingga larut, mereka tampak masih memastikan bahwa perlengkapan mereka sudah sempurna dan rencana mereka akan berjalan sebagaimana mestinya. Claudia belum mendapat panggilan balik dari Dresden atau pun Instruktur Lysander, tetapi yang membuatnya keluar dari kereta itu adalah panggilan dari orang lain.

Pemilik rambut pirang yang tadi terlihat tergesa-gesa kini berdiri tegap memunggunginya di pelataran yang terletak beberapa ratus meter dari kereta Akademi Militer Dresden. Rambutnya yang semula diikat kini digerai. Ia tidak lagi mengenakan seragam Kota Suci, melainkan sebuah jubah berwarna putih dengan tundung untuk menutupi wajah dan kacamata yang dikenakannya.

"Peneliti sepertimu ternyata cocok juga jadi Diakon, Yuri."

"Claudia." pria itu mendengkus. "Mulut sinismu itu tidak berubah dari tahun ke tahun. Kita padahal dulu sama-sama ikut Sekolah Minggu Norma, lho."

"Itu rasanya sudah puluhan tahun yang lalu, deh."

"Sepuluh, Claudia, sepuluh. Kita belum setua itu!"

Yuri, sekarang salah satu Diakon kepercayaan Uskup Agung di Kota Suci, adalah salah satu dari dua teman kecil Claudia yang turut menjadi bagian dari kemiliteran Norma. Claudia dan Yuri juga turut pada serangan Spriggan yang menentukan akhir daerah itu hingga Spriggan menyerah dan menyetujui aneksasi. Walau berbeda dengan Claudia yang lebih banyak di garis terdepan sebagai seorang tentara penyerang, Yuri dengan ide-ide briliannya telah melewati banyak pertempuran sebagai seorang Komandan. Ia juga adalah peneliti dari grup minoritas peneliti Norma yang kini eksis sebagai bagian dari gabungan peneliti yang turut menyumbangkan tenaga dan pikiran mereka bagi Bluebeard dan Norma.

Mereka berdua sudah lama mengetahui ada sesuatu di balik Uskup Agung, sebuah rencana besar yang tidak bisa mereka ketahui walaupun telah menjadi bagian penting kemiliteran Norma sekalipun.

Tidak disangkanya, wacana untuk membuat pasukan yang pasti patuh dan menghimpun kekuatan dengan cara terlarang menjadi sebuah alat yang digunakan Kota Suci, tempat yang suci dan disucikan yang dianggap sebagai suaka dari Sylph sendiri.

Para peneliti internal Norma mulai menyelidiki lebih dalam soal Progenitor setelah Uskup Agung berbicara, namun Yuri berkata bahkan mereka tidak bisa menggali terlalu dalam tanpa mengorbankan posisi mereka di dalam tim peneliti besar Norma dan Bluebeard.

Poison TravelerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang