LXX. | Pulau Penjara Norma, bagian keempat

18 7 3
                                    

Instruktur Bathory membawa Ann ke ruangan lain setelah meminta izin Kepala Sipir. Ruangan itu dibandingkan ruangan C lebih kecil, hanya tersedia kursi, rak-rak kabinet tertutup yang tampaknya digunakan untuk loker para staf, dan sebuah meja melingkar. Instruktur Bathory menarik dua kursi dan meminta Ann untuk duduk di seberangnya.

"Saya dengar dari Eris dan juga mendengar ceritamu tadi soal Jenderal Besar Reinford," ucap Instruktur Bathory memulai. "Apa benar kamu melihat jelas Jenderal Besar tersadar? Apa ada hal tertentu yang bisa kamu deskripsikan?"

Ann mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi. Ia dilempar oleh Jenderal Besar dan terhempas hingga ada tulang punggungnya disebut Fiore 'patah'. Jenderal Besar lalu mengangkatnya, hendak mengakhiri hidup Ann dengan memutus jalur pernapasannya dan menghancurkan lehernya. Di luar dugaan, Jenderal Besar berhenti, melonggarkan pegangannya dan mengisyaratkan sebuah nama yang tidak Ann kira akan beliau sebutkan.

Di saat-saat kritis itu, Ann tidak mengingat sesuatu yang spesial atau janggal terjadi, ia hanya menunggu mati.

Apakah itu pemicunya? Keadaan yang mendekati kematian? Tidak, rasanya kalau itu adalah sebabnya, saat pertarungan di Redcrosse, mungkin ada sesuatu - sebuah fenomena - yang dirasakan dan disebut oleh Messenger atau berpengaruh ke kalung yang mereka ambil.

Ann mengingat sekelebat cahaya. Seberkas kilat. Ann tidak tahu darimana cahaya itu berasal, namun setelahnya sang Jenderal Besar tersadar.

Saat Ann menceritakan hal itu pada Instruktur Bathory, sang guru mengangguk-angguk. Sejurus kemudian, orang lain datang menemui mereka - Kepala Sipir Helga.

"Kalau boleh jujur, cerita kalian cukup ... sulit dipercaya," ucap Helga, ia menyandarkan punggungnya di dinding. "Soal perang yang diprakarsai oleh batu yang bernama Progenitor dan bocah ini juga Progenitor yang belum sadar akan kekuatan merusaknya? Tapi melihat luka-luka kalian dan ekspresi horor saat Alicia bercerita, kurasa aku bisa mengerti bahaya yang kalian hadapi."

Helga menarik sesuatu dari kantong seragamnya, sebatang rokok. Ia mengapit rokok itu di bibirnya dan menjentikkan jarinya sekali, rokok tersebut segera menyala.

"Guru? Ini klinik, lho?"

"Tenang saja, tenang saja, aku yang punya lapak, Claud," kekehnya. "Aku bukan gurumu lagi, bodoh."

Claudia mengedikkan bahu, ia kembali fokus ke Ann. "Maafkan dia, Knightley."

"Tidak apa-apa, saya tidak keberatan dengan asap rokok."

Helga mengisap dalam dan mengeluarkan asap ke arah langit-langit. "Penjara adalah institusi netral, aku tidak bisa memberi bantuan lebih dari memberi kalian atap untuk berlindung dan perawatan seadanya," ucapnya. "Bluebeard sejak dulu memang haus darah, mereka merencanakan perang dengan senjata tua yang dinamakan Progenitor? Hah! Rasanya aku sudah tidak heran lagi."

Ann melihat ke arah Kepala Sipir. Sepertinya beliau sudah kurang lebih diterangkan oleh Instruktur Bathory dan Alicia untuk mengetahui garis besar apa yang sudah terjadi. Dilihat dari ekspresinya yang tenang, bagaimana ia menyikapi peristiwa ini tidak berubah: ia tidak berpihak pada Bluebeard atau Norma, atau mendukung usaha mereka, beliau benar-benar ada di ranah netral.

"Tapi aku bisa bilang, anak-anakmu ini berani sekali menantang maut, Claud. Ajaranmu?"

"Sayangnya tidak, Kepala Sipir," balas Instruktur Bathory. "Mereka sendiri yang mengusulkan untuk ikut untuk mengetahui kebenaran."

Helga menarik rokok dari mulutnya, melangkah mendekat hingga ia berdiri di dekat kursi Instruktur Bathory dan Ann. Matanya melirik ke arah Ann.

"Jadi, bocah Progenitor, kamu melumpuhkan Sigiswald?"

"Tidak melumpuhkan," Ann membenarkan. "Cuma beliau entah kenapa sadar dari pengaruh Progenitor-nya Kanselir."

"Kamu sudah coba periksa sirkuit sihir bocah ini, Claud?"

"Sirkuit sihir ... oh," Instruktur Bathory mengerjap. Ia lalu memanggil Kitab Kejayaan Hampa ke tangannya. Buku sihir itu terbuka dengan sendirinya hingga terhenti pada sebuah halaman, ia membacanya sejenak. "Sirkuit sihir Knightley saat awal masuk Sekolah Militer dikategorikan dalam normal. Ia tidak aktif menggunakan sihir jadi sirkuit sihirnya bisa dibilang ada pada tahap dorman."

Helga mengapit kembali rokoknya, membalikkan badan ketika ia membuang asap panjang berikutnya. "Coba cek sekarang."

Instruktur Bathory menutup matanya. Ia menggunakan Kitab Kejayaan Hampa sebagai katalis, merapal sebuah mantra yang Ann tidak terlalu pahami. Buku itu mengeluarkan sinar kehijauan seiring seluruh bagian buku itu, dimulai dari halaman hingga ke punggung buku dan pelat logam di depannya bersinar. Kemudian, kedua tangan Ann berpendar terang, kemerahan seperti batu Progenitor, sebelum Instruktur Bathory membuka matanya.

Meratap Instruktur Bathory yang tidak yakin dari gelagatnya, Kepala Sipir angkat bicara.

"Bocah Progenitor, kamu ... sudah bisa menerima, 'kan kalau kamu itu bukan manusia?"

Ann menelan ludah.

Kenyataan bahwa dia tidak lebih dari sebuah 'benda' memang sudah diulang-ulang sejak ia mengetahui memori kakaknya dan mencocokkannya dengan memori yang diperlihatkan 'Nina'. Sejak ia melihat kaleidoskop memori Julia, 'Nina' tidak pernah lagi muncul.

Ann perlahan mengangguk, walau kenyataan itu adalah sesuatu yang pahit.

"Tuh, dia sudah paham sendiri, Claud. Tidak perlu kaget dan bingung begitu."

"Guru mengetahuinya dari cerita kami?"

"Yah, apalagi untuk mendeskripsikan bocah ini bila dia disamakan kekuatannya dengan batu?" Kepala Sipir mengedikkan bahu.

"Instruktur, apa yang anda temukan dari saya?"

"Sirkuit sihirmu sudah tidak ada, tapi ada cairan merah yang bukan darah yang mengalir sebagai gantinya, bersatu dengan darahmu." Instruktur Bathory berucap.

"Saya ... tidak punya sirkuit sihir?"

"Lebih tepatnya, sirkuit sihir hanya dimiliki oleh manusia normal," Instruktur Bathory menghela napas panjang. "Saya tidak mengerti mengapa Kitab Kejayaan Hampa awalnya memindai kamu memiliki sebuah sirkuit sihir. Bila pembacaan Kitab tidak berbohong, saya hanya bisa mengatakan bahwa sebuah hal terjadi yang membuat sirkuit sihirmu yang tadinya ada dalam bentuk 'padat' itu 'lebur' menjadi bentuk cairan."

Ann hanya bisa menunduk menatap kedua tangannya yang terbuka pasrah.

"Ilmu alkimia kuno menyebut cairan ini sebagai azoth. Kamu adalah tubuh yang diciptakan melalui alkimia, disebut juga sebagai homunculus."

Ah.

Sekarang semuanya menjadi jelas.

Ia bukan manusia, atau bisa dibuat ia adalah manusia buatan yang sengaja ada untuk Progenitor. Itu adalah konklusi yang bisa ia tarik.

Tapi, soal memorinya yang masih terasa kosong melompong ini, apa tidak ada cara untuk mengambilnya kembali?

"Kitab Kejayaan Hampa menemukan sesuatu yang aneh, sebuah anomali di azoth yang ada di dirimu, tapi itu bisa saya ekstraksi menggunakan sihir."

Ann menyanggupi untuk 'anomali' itu diekstraksi dari dirinya. Instruktur Bathory kembali menggunakan Kitab Kejayaan Hampa untuk melakukan sihirnya. Dalam hitungan sepersekian detik, ada sebuah konsentrasi energi di tangan Instruktur Bathory yang pada akhirnya memadat seperti sebuah kelereng berwarna merah.

"Ini ..." Instruktur Bathory mengangkat bola itu ke arah sumber cahaya, Kepala Sipir Helga turut memerhatikan. Bola itu tampak transparan ditimpa sinar datang. "Mata kaleidoskop? Kenapa bisa bentuk anomali-nya menjadi seperti ini?"

Ann mengerjap, "Instruktur, apa ... bola itu bisa dialirkan ke sebuah kaleidoskop dan dilihat dengan bantuan sihir?"

"Tentu saja, apa kamu tahu sesuatu tentang ini?"

"Saya merasa ... saya akan menemukan jawaban mengenai diri saya sendiri sebentar lagi."

Tapi, ia butuh satu orang. Satu orang untuk membantunya dan menuntunnya kembali: Fiore Angelica Alba.


Poison TravelerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang