LXXV. | Garis Depan, bagian pertama

15 7 2
                                    

Segalanya terasa berjalan begitu cepat, dari persiapan hingga keberangkatan. Malam yang terasa lama seperti seketika menguap, tidak ada lagi kantuk atau rasa sakit karena terluka sesaat adrenalin terpacu detik demi detik berlalu.

Kepala Sipir melepas mereka dengan senyum, sebuah kalimat penanda dan ucapan doa agar mereka berhasil terselip di sana, dan mereka pun melakukan teleportasi ke tempat tujuan dengan bantuan pihak penjara. Ketika mereka 'dijatuhkan' di tengah padang rumput yang menghampar dekat dengan hutan dan jauh dari wangi laut dan kebebasan, mereka semua segera berlari.

Lari dan terus berlari, apa yang mereka tuju adanya sekian kilometer lagi. Mereka tidak boleh telat. Tidak ada yang boleh tertinggal.

Berbeda dengan perjalanan di mana mereka bisa bersenda gurau dan tertawa karena topik tidak penting, yang ada di pikiran mereka masing-masing adalah bagaimana menjalankan rencana dan bagaimana cara untuk tidak mati.

Mereka memasuki hutan, berlari dalam baris teratur seperti yang biasa mereka praktikkan pada lari lapangan setelah apel pagi. Lari jauh dengan ritme sepadan dan kadang dibarengi mars adalah sesuatu yang biasa dilakukan tentara, apalagi di barak Kota Nelayan. Ann tidak hapal lagu apa yang mereka senandungkan setiap pagi, tapi ia tahu akan ada satu ungkapan yang sama mengakhiri setiap rutinitas itu lari bersama itu.

Semoga angin bertiup ke arah yang seharusnya, jargon khas Angia yang kini dimaknai berbeda oleh Ann.

Ratusan tahun berlalu setelah perang yang membuat para peri murka dan mengutuk manusia dengan 'racun' yang kemudian dimanfaatkan sesama manusia untuk merusak dan menumpahkan darah.

Apakah itu adalah arah kemana angin seharusnya bertiup?

Dan omong-omong soal Kota Nelayan, apakah kakak tirinya itu ditugaskan di garis depan? Sampai terakhir Ann masih di Dresden, tidak ada kabar dari kakaknya mengenai di mana ia ditugaskan sekarang. Mengingat sang kakak yang pernah menjadi ajudan batalion Bluebeard, rasanya lebih dari sekedar mungkin kalau dia ditugaskan di sana oleh pihak Caelia.

Mereka terus berlari hingga akhirnya hutan menipis, bermuara ke sebuah tanah lapang merah. Di sana, ada sebuah pesawat penjelajah berukuran sedang berwarna plat kehijauan dengan logo besar Dresden di tengah-tengah sumbunya tengah diparkir, seorang wanita berambut coklat menurunkan kacamata bulatnya dan menaikkan kedua tangannya melambai di udara, memberi isyarat untuk mereka mendekat secepat mungkin menuju pintu masuk yang terletak di ujung belakang pesawat.

"Semua sudah hadir?" Instruktur Lysander menatap mereka, ekspresinya yang biasa sedikit santai kini sempurna serius. Alisnya bertaut, melempar pandangan ke para anggota Kelas Sembilan yang memasuki pesawat itu.

Val segera menghitung kepala dan menaikkan ibu jarinya naik.

"Oke, kita lepas landas."

Awak-awak yang ada di kokpit segera menjalankan pesawat menjauhi area itu. Instruktur Lysander segera meminta Instruktur Bathory menjelaskan rencana yang akan mereka lakukan saat sampai ke tempat tujuan.

"Nekat sekali!" pekik Instruktur Lysander. "Tapi rasanya bukan kalian kalau nggak nekat. Dan ... onggok hitam apa yang kalian bawa tadi? Warden Titania Alpha? Kok kayaknya bukan ..."

Gloria segera mengangkat tangannya, "Itu Titania asli, Instruktur!"

"Hah? Kalian ... mencuri Titania yang ditaruh di Baldwin? Benar-benar gila!" ucapnya lagi sambil menggeleng-geleng. "Kalau bukan perang, itu sudah jadi kejahatan militer tingkat menengah, tauk."

Separuh kelas hanya nyengir-nyengir, sebelum akhirnya Instruktur Lysander berdehem. "Oke. Yang bisa kubawa di sini dari sekolah cuma tiga Warden, perbekalan berupa obat-obatan dan ration, lalu ada juga beberapa granat ..."

Val dengan cekatan mencatat dan meminta Blair dan Muriel untuk memisahkan obat-obatan dan ration ke beberapa tas. Val juga meminta Hana dan Eris memilah granat atau senjata yang bisa mereka pakai. Instruktur Lysander sekalian menjelaskan soal Warden yang ada bersamanya.

"Tipe Lysander, Titania-Alpha, dan Oberon ya ..." Gloria bertopang dagu, mulai berpikir cepat. "Muriel bisa membawa tipe Lysander. Oberon bisa kupakai. Lalu Titania-Alpha ..."

"Claud, kamu saja yang bawa Titania-Alpha," Instruktur Lysander menyahut. "Toh kalian sudah ada Titania asli yang dibawa ... siapa? Pokoknya, kalian tinggal membagi siapa yang ikut di kokpit nanti."

"Ikut di kokpit? Kita tidak meluncur dari pesawat menggunakan parasut?" tanya Alicia.

"Menghindari risiko serangan udara langsung," pungkas Instruktur Bathory. "Dengan Warden, kalian bisa bertahan dengan pelindungnya atau terbang menghindar, misal mereka menggunakan peluru kendali atau sihir pelontar."

Ann turut di samping Gloria, "Jadi dengan Warden, kita berusaha mencari pimpinan pasukan dari udara? Sebaiknya kita mendarat saja dan menyapu lewat jalur darat."

"Terbang terlalu lama juga masih cukup dini untuk kemampuan pilot kalian," Instruktur Lysander melirik ke arah Instruktur Bathory. "Ah, bukan maksudku menilai kepilotanmu, Claud. Kamu juga jangan ngide mau jadi umpan sendiri di udara, terlalu berbahaya."

Instruktur Bathory menghela napas panjang, "Baiklah."

"Obat akan kami bawa di masing-masing kokpit," jelas Val. "Dan kurasa kita harus membagi rata para pengguna sihir penyembuh."

Karen menaikkan tangannya, "Kalau begitu, saya akan melakukan pembagian. Yang sudah siap silakan masuk ke Warden sesuai posisinya."

Pemilik rambut perak itu lalu menulis di layar besar. Empat Warden dengan kemampuannya masing-masing itu diberi kode dan dicocokkan untuk mengampu tugas mereka semua dengan pembagian akhir sebagai berikut:

UNIT ALPHA - Lysander; tugas unit, formasi depan tanker.

Pilot: Muriel

Kokpit: Alicia, Hilde (penyembuh)

UNIT BRAVO - Titania; tugas unit, wingman formasi sayap kanan.

Pilot: Fiore

Kokpit: Ann, Blair (penyembuh)

UNIT CHARLIE - Oberon; tugas unit, formasi belakang, scout.

Pilot: Gloria

Kokpit: Eris, Hana, Lucia (penyembuh)

UNIT DELTA - Titania-Alpha - tugas unit, wingman formasi sayap kiri.

Pilot: Instruktur Bathory

Kokpit: Karen, Val (penyembuh)

Instruktur Lysander mengiyakan formasi ini, lalu beliau lanjut menjelaskan soal formasi. "Kita tidak tahu bagaimana keadaan lapangan, jadi saya memberikan formasi seimbang. Bagian belakang nanti akan memberitahu ke arah mana kalian akan mengudara. Adanya dua unit Titania memungkinkan kalian mengeluarkan serangan sihir jarak jauh, tapi pastikan kalian menggunakannya di saat yang tepat. Terlalu gegabah hanya akan membuat kalian kehabisan amunisi."

Nantinya setelah mereka berhasil mendarat, bila mereka belum juga menemukan 'pasukan' yang menjadi pimpinan, mereka diharuskan bergerak masing-masing ke arah berbeda. Tumpuan komunikasi akan ada pada scout, sementara tanker akan melindungi unit sayap. Unit scout dipilih berdasarkan kecepatan mereka apabila dibutuhkan salah satu di antara tiga anggota untuk turun dari Warden. Apabila salah satu unit yang berpencar kehilangan arah atau mengalami kerusakan, disarankan mereka untuk segera mencari atau mengabari unit scout.

Instruktur Lysander mengulangi kembali soal formasi dan peran mereka masing-masing baik secara tim maupun individu. Peran individu hanyalah sebuah gambaran dan dapat berubah tergantung dengan medan. Mereka yang disematkan peran 'penyembuh' memegang kendali pengobatan dan memakai tas persediaan yang sudah disiapkan. Sistem komunikasi mereka, gabungan antara Cincin Peri dan sistem bawaan pada Warden, kembali disetel dan diperiksa sebelum Warden sempurna dinyalakan.

"Apa kalian semua sudah paham?"

Mereka menjawab lantang dari alat komunikasi masing-masing.

Instruktur Lysander menutup diskusi itu dengan ungkapan Angia yang sama, dan sekitar lima menit lagi mereka akan sampai ke titik mula. Asap terlihat mengepul dari beberapa penjuru, pertarungan sudah lama dimulai.

"Semoga kalian berhasil dan dapat kembali dengan selamat."

Empat unit Warden itu pun segera lepas landas.

Poison TravelerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang