Intermission 015: Yang Tersisa

38 9 0
                                    

Zaman Para Peri telah usai, manusia pun perlahan lupa bahwa mereka punya hutang budi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zaman Para Peri telah usai, manusia pun perlahan lupa bahwa mereka punya hutang budi.

Mereka perlahan menghapus kenyataan bahwa darah harus dibayar dengan darah.

Telah Para Peri tinggalkan racun yang akan mengakar di dunia. Para Peri tidak akan kembali menarik kata-kata mereka lagi.


Rumah ibadah itu masih sepi pengunjung, walau di bawah sana telah ramai dengan orang-orang yang mempersiapkan kedai mereka. Sayup-sayup kebisingan itu jauh sehingga ia dapat memanfaatkan sunyi untuk berpikir.

Lebih tepatnya, mungkin bukan untuk berpikir mengenai apa yang sudah terjadi di masa lampau ketika prasasti itu dipahat, tetapi efek yang terjadi di masa sekarang. Terhadap tugas yang diembannya.

"Fiore?"

Hilde muncul dari undakan tangga, tatapannya datar lagi kosong.

Kelompok tiga yang datang ke kota Redcrosse pergi lebih awal dibandingkan yang lain karena jarak kota yang dekat. Val dan Alicia sedang mengadakan survey singkat pada para penduduk di kedai yang ada di sekitar rumah ibadah, mengisi kuesioner yang disediakan dari Pak Wali Provinsi Cain. Fiore sudah mengira kalau Hilde akan datang ke rumah ibadah itu, tapi tidak sesudah dirinya datang.

Artinya, Hilde ingin mengatakan sesuatu padanya. Empat mata.

"Kamu ada perlu denganku, Hilde?" tanya Fiore segera.

Hilde pun menggeleng, walau tatapannya tetap sama: lurus, sejenak terasa tajam.

"Biar kuubah pertanyaannya," Fiore berdehem. Kini ia menghadap sempurna ke arah Hilde, membalas tatapan mata itu dengan berani. "Apa yang Misionaris Norma inginkan dariku?"

"Aneh, sudah lama aku tidak mendengar nama itu," Hilde mengerjap. "Kalau dibilang apakah Misionaris Norma ingin sesuatu darimu, sebenarnya tidak ada."

Hilde melangkah mendekati prasasti. Ukiran berupa petikan naskah dari Kitab Kejayaan Hampa yang terkenal seantero Angia ada di sana. Lambang kupu-kupu merah yang telah punah ada di ujung bawah sebelah kanan, pertanda bagi mereka yang mengetahui. Pengingat bagi mereka yang mencoba melupakan.

Juga sebuah tamparan bagi mereka yang lalai dari tugas.

Di depannya, tiga langkah ke utara, telah bersimpuh seorang Norma di depan prasasti sejarah nan suci. Bukan seorang Norma biasa. Hildegard Norma adalah simbol hidup yang mengemban cita-cita Norma di kurun waktu ini, seorang yang terlahir sebagai Misionaris.

Misionaris Norma tidak pernah bersembunyi lagi selalu bergerak dalam bayangan. Pedang suci yang ada di pinggangnya adalah sebuah simbol yang diketahui oleh orang-orang tertentu, seperti pewaris tahta Bluebeard, seorang yang mungkin lama tinggal di Norma, atau orang-orang di desa tempat Fiore tinggal. Misionaris Norma memiliki tugas yang hanya akan dilepas dari mereka bila mereka mati, mereka berdua sama dalam hal tersebut.

Poison TravelerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang