Intermission 033: Titania

13 6 2
                                    

Fiore mendatangi lantai bawah tanah tempat Warden yang digunakannya diperbaiki, tapi tentu ia tidak sendiri sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fiore mendatangi lantai bawah tanah tempat Warden yang digunakannya diperbaiki, tapi tentu ia tidak sendiri sekarang. Gloria seperti bom waktu, ia sedari tadi melonjak-lonjak kesenangan sambil bergumam sendiri yang Fiore bisa dengar tapi ia tidak mau dengar. Kalau sudah seperti ini, Gloria sama parahnya dengan Hana, atau malah lebih parah dari Hana tapi levelnya intelektual.

Sebenarnya, Gloria sudah ingin melihat-lihat Warden Titania sejak kemarin, tapi Karen menghentikannya dan memaksanya istirahat. Karen pernah bilang pada Fiore kalau Gloria hidup dikelilingi Warden dan dia sangat menyukai Warden - entah kenapa penjelasan itu terasa seperti 'kurang' mendeskripsikan Gloria yang sangat berapi-api. Seperti anak kecil yang sudah menemukan mainannya. Gloria Wiseman tidak lagi terlihat layaknya nona kaya yang digambarkan dengan aset perusahaan yang melimpah ruah dan nama harum Wiseman yang melanglang buana di seluruh kontinen.

"Mana Warden itu? Mana?"

"Sabar, Gloria. Sepertinya mereka menaruhnya di belakang - ah, iya, yang hitam itu."

Gloria sontak berlari tanpa Fiore, Fiore hanya bisa menghela napas panjang.

Warden hitam mengilat itu adalah 'Titania', Warden yang katanya dibawa dari Spriggan ke Angia semata-mata untuk menjadi hiasan di upacara adat. Semua orang tahu tidak ada yang bisa mengontrol Warden itu kecuali keturunan Titania, sesuatu yang membuat Fiore awalnya sangsi.

Ide untuk menggunakan Warden hitam muncul tiba-tiba saat ia mendengar Ann menjadi tameng untuk menghentikan Jenderal Besar. Fiore tidak berharap banyak besi tua yang katanya sudah lama tidak digunakan sejak Para Peri tidak lagi ada di Angia masih berfungsi. Fiore sendiri juga tidak terlalu mampu menggunakan Warden, terlihat dari skornya di pelajaran mengenai Warden yang rendah.

Segalanya berubah saat Fiore memasuki kokpit itu. Sebuah perasaan familier ada pada dirinya, seakan ia tengah berada di Desa Yang Tersembunyi, bersama para Tetua belajar mengontrol energi garis ley. Ada sesuatu yang membuat Fiore tergerak, tangannya dengan mudah mengakses papan kontrol yang terlihat jauh lebih futuristik dibandingkan Warden generasi sekarang. 'Teknologi' yang telah lama dilupakan itu sirna bersama dengan Para Peri yang angkat kaki dari tanah manusia. Eris saat itu sama dengannya, takjub melihatnya mengoperasikan Warden hitam layaknya perpanjangan dari tangan dan kakinya.

Fiore mengamati Gloria yang matanya bersinar, ia memeriksa bagian-bagian yang bisa diperiksa dengan teliti, masih terus bergumam panjang lebar yang Fiore harap tidak bisa didengarnya.

"Memangnya kamu di Spriggan tidak pernah melihat Warden ini sebelumnya?" Fiore bersandar pada pintu.

"Ah, daerah di sekitar Warden ini dianggap daerah suci yang tidak boleh sembarangan dilewati," jawab Gloria. Dia masih asyik melihat panel demi panel. "Yang boleh memasuki daerah itu hanya keluarga Karen, tapi Karen jarang bisa keluar rumah jadi mungkin ia juga tidak tertarik ke daerah itu."

"Hee, kamu memangnya penurut?"

Gloria menyeringai, "Ah, anggap saja aku pernah menyusup sekali dan langsung dikejar polisi lokal ..."

Fiore menanggapinya dengan ekspresi datar, "Sudah kuduga."

"Ini ... kamu benar-benar bisa pakainya, Fio? Kelihatannya sangat rumit." Gloria mulai bermain di beberapa tombol memeriksa fungsinya.

Fiore pun duduk di kursi yang ada di kokpit. "Mau kucoba kunyalakan?"

"Sangat boleh!"

"Haha, kamu ini, kalau sudah sama Warden jadi kayak ..."

"Hm?"

"Lupakan, lupakan."

Fiore membentangkan tangan kanannya, menunggu sensor membalas dan seluruh lampu-lampu penanda di dalam kokpit menyala satu-persatu. Papan kendali transparan muncul di depan Fiore, lalu sebuah layar yang terhubung dengan mata pun muncul.

AUTENTIKASI BERHASIL: [TITANIA] TELAH AKTIF.

Ada efek getar terasa di sekitar mereka, menandakan Warden ini 'berdiri' dari posisi nonaktifnya.

Gloria memekik disampingnya, kedua tangannya mengepal kuat, "Ohhh!"

"Oh, maaf tapi kamu tidak bisa menekan apa-apa di sini, Gloria, tidak apa-apa?"

"Tidak masalah, tidak masalah!" ucapnya. "Jelas memang ini spesial untukmu!"

Fiore tersenyum, "Kukira kamu akan merajuk melihat Warden ini hanya bisa aku pakai, aku yang kurang bisa menggunakan Warden."

"Tidak begitu, Fio," sergah Gloria. Ia melipat tangannya. "Ini adalah teknologi yang hilang, lalu diaplikasikan pada Titania model Alpha, bisa melihat aslinya saja sudah sangat mencengangkan, apalagi melihatnya digunakan!"

Fiore menanggapi antusiasme Gloria dengan anggukan cepat. Gloria lalu bertanya soal senjata yang digunakan si Warden. Fiore hanya sempat menggunakan semacam 'penembak' yang menggunakan energi sihir dan mampu mengeluarkan sihir elemen dengan sempurna, berbeda dengan senjata fisik berupa tongkat atau pedang. Gloria tampak mencatat untuk dirinya sendiri, lalu ia terus bertanya soal kegunaan tombol-tombol secara sporadis. Toh tidak akan ada yang terjadi kecuali Fiore yang menekan tombol itu jadi Fiore membiarkannya.

"Menurutmu, bagusan Titania ini atau Titania Alpha?"

"Aku suka segala jenis Warden!" sambut Gloria cepat. "Masing-masing tipe memiliki keunggulannya sendiri, jadi tidak ada yang bisa kubilang lebih bagus atau lebih jelek."

"Begitu ..."

"Titania ini sepertinya memang khusus untuk pengguna sihir sekalibermu, ya. Keluaran energinya lebih sempurna. Lalu bisa juga menembakkan elemen tanpa perlu adanya filter dan energi sihir lebih-"

"Sebentar, Gloria, jangan terlalu teknis, aku nggak paham." Fiore mendecak.

Gloria memang berbeda dengan 'bangsawan' dan 'orang kaya' kebanyakan. Kelas mereka memang tidak banyak diisi bangsawan jadi tidak ada ketimpangan sosial, atau memang bisa dibilang kelas mereka bangsawannya terlalu unik: Val yang hobinya pistol, Karen yang menganggap namanya sekedar status, Lucia yang bangsawan cara bicaranya saja tapi orangnya terlalu rendah hati, Eris yang bukan cuma sekedar putri tapi juga calon ratu yang terlalu asyik berpedang, dan Gloria yang bukan kepalang kalau sudah ketemu Warden.

"... Ada apa, Fio?"

"Ngg, nggak apa-apa, kok. Cuma mendadak kepikiran kalau kelas kita ini ... sebuah keajaiban."

"Keajaiban, ya ..."

Gloria menekan-nekan tombol lagi, ia terdiam sejenak.

"Fio, bagaimana pendapatmu soal Karen?"

Fiore mematikan kendali mesin, menghemat energinya sebelum berangkat nanti. "Ada apa, tiba-tiba?"

"Apa dia memaksakan diri, atau ..." Gloria tidak menatapnya. "Ada sesuatu yang tidak ingin ia beritahukan padaku?"

Pemilik rambut pirang itu tertegun, "Kamu perasa sekali, Gloria."

"Habisnya, aku ... masih nggak nyangka bisa sekolah bareng Karen. Dia dulu sama sekali nggak bisa keluar rumah, lho. Seperti dalam kedipan mata, ada sesuatu yang besar terjadi tanpa aku ketahui, padahal aku selalu ada di sampingnya," ucapnya dibarengi tawa kering. "Rasanya seperti, setelah ini rencana yang Karen punya akan berjalan dengan sempurna dan semestinya."

"Maaf, aku tidak tahu apa yang kamu maksud, tapi ..." Fiore segera membalas. "Karen tidak bilang apa-apa padaku."

Gloria akhirnya menoleh ke arahnya, "Baguslah," ia lalu menepuk kedua tangannya. "Oke, sebaiknya kita fokus dulu untuk keluar dari kondisi ini, ya!"

Fiore menatap Gloria lurus, ada rasa enggan dalam dirinya, namun Fiore segera menggelengkan kepala, membuang jauh-jauh pikiran itu.

"Benar," balas Fiore. "Ide Ann terlalu gila, tapi sepertinya kita bisa menghentikan pasukan itu asal kita terus bersama."

Gloria meminta Fiore untuk tos, sebelum mereka kembali ke lantai atas untuk briefing terakhir sebelum waktu keberangkatan.

Poison TravelerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang