XLVIII. | Belajar Kelompok, bagian kedua

22 9 3
                                    

Seminggu sebelum waktu ujian tengah semester berlangsung terasa sangat panjang dan lama, terutama dengan intensitas waktu belajar yang menurut Ann tidak manusiawi (oke, sebenarnya manusiawi, tapi Val sangat, sangat keras).

Val sama sekali tidak membiarkan ada waktu belajar yang sudah ditetapkan terbuang percuma, dan mereka sangat dianjurkan belajar sendiri di waktu-waktu selain jam belajar kelompok mereka.

Malam itu adalah malam pelajaran Aplikasi Sihir. Blair membuka buku dengan enggan di atas meja makan, membaca satu paragraf sambil mengunyah orak-arik telur. Ann menatap gadis di hadapannya itu dengan tawa kering tanda solidaritas.

"Tenang, Chevalier. Aku juga benci pelajaran itu."

"Iya, 'kan? Tapi ketua kelas lebih menyeramkan ketimbang dapat D atau E." Blair menyuap makanannya penuh semangat, ia membaca halaman yang ia buka dengan kerut dan kedut di pelipis hingga akhirnya ia membalik halaman. "Alkemis sepertiku tidak perlu sihir."

"Aku dengar itu, Chevalier." Karen datang dengan nampannya yang berisi sandwich sayuran.

Ann mengerling melihat Fiore turut di belakang Karen, menyeruput segelas susu. Ekspresinya menyiratkan ketidaktertarikan.

"Jelaskan padaku, oh, teman sekamarku yang terhormat, buat apa belajar sihir yang tidak kugunakan?" Blair setengah menggoda Karen. "Kamu juga boleh menjawab, nona terpintar di Kelas Sembilan."

Fiore nyaris tersedak, Ann sementara menahan tawa.

Karen menggeleng-gelengkan kepala, "Simpelnya," ia memutar bola matanya, seperti mencari alasan. "Biar kamu lulus, Chevalier?"

Hening mendera, sebelum Ann akhirnya tidak bisa menahan tawa. Ia tergelak sampai memukul meja saking gelinya. Karen bersemu merah, memalingkan muka. Blair tersenyum lebar nan miris.

"Memangnya kamu tidak punya potensi sihir sama sekali?"

"Bukan begitu, aku cuma tidak ada minat dengan sihir. Hidupku sudah seratus persen alkimia!" kilahnya.

"Coba perlihatkan cincinmu." pinta Karen

Blair memperlihatkan Cincin Peri-nya di atas meja, ia berfokus sampai cincinnya berpendar kemerahan. Fiore mendengung di samping Ann, turut memperhatikan.

"Reaksinya lebih bagus ketimbang Lucia," ucap Fiore. "Kalau Lucia itu benar-benar, murni fortifikasi kekuatan, tidak ada energi yang membantunya meminjam potensi alam."

"Sebentar, Ibu Guru Fiore, saya tidak paham kata-kata anda." sela Ann, menaikkan tangannya tanda interupsi.

"Kamu ini ya," Fiore mendecak. Alisnya berkedut. "Inti sihir itu saja, kok, meminjam potensi alam. Aplikasi Sihir adalah cara bagaimana seseorang bisa meminjam potensi alam."

"Jadi semua orang bisa memakai sihir asal memegang Cincin Peri, maksudmu, Fio?"

Fiore mendecak lagi, "Bisa dibilang, ya. Karena di Angia, Cincin Peri dianggap sebagai katalis untuk meminjam potensi alam."

"Kamu ingat pelajaran Sejarah yang diajarkan Penyihir Masyhur saat di kereta Redcrosse, Chevalier?" imbuh Karen. "Saat itu beliau bilang karena Sylph sudah tidak lagi eksis di Angia, manusia tidak bisa seenaknya memakai sihir tanpa katalis."

Ann menelengkan kepala, Blair turut. Mereka berdua mencoba mengingat-ingat.

"Itu lho, soal batu yang ditemukan di Norma, namun pada suatu hari, Bloodcalyx menjadi substitusi katalis sihir di Angia." Fiore menambahkan dengan tidak sabar.

"Ohh ..." Ann rasanya ingat bagian itu, terutama di bagian lukisan yang mirip di langit-langit mansion Leanan. Fiore tapi sudah keburu menatapnya sinis, mengiranya bercanda. "Aku ingat soal itu, tenang saja, Ibu Guru Fiore."

Di lain pihak, Blair tergemap. Ia menunduk, sesekali menggaruk pipinya. Ia membalik halaman buku ke salah satu topik yang membahas soal Bloodcalyx.

Sesuai apa yang Ann dan yang lain pelajari seputar Bloodcalyx saat ini adalah batu itu dapat ditemukan di berbagai tempat di Angia dan Spriggan, juga menjadi katalis sihir seperti apa yang tadi Fiore pinta mereka ingat-ingat.

Pada buku, tertulis deskripsi singkat mengenai batu itu. Bloodcalyx adalah nama sebutan Angia untuk sebuah batu yang membantu seseorang menghubungkan diri dan sirkuit sihir mereka dengan garis ley, sumber sihir. Warnanya yang gelap seperti darah dan memiliki struktur seperti kelopak bunga membuat namanya terdiri dari 'kelopak' dan 'darah'.

Akan tetapi, hal yang lebih melekat pada Ann adalah Lukisan Pertama dan Perang Seratus Hari.

"Bloodcalyx, ya ..."

"Ada apa, Chevalier?" tanya Karen penasaran.

"Aku ingat membantu Instruktur Bathory dan Instruktur Lysander membuat bahan silinder orgel dari Bloodcalyx," Blair bercerita. "Jadi Bloodcalyx itu sangat hebat ya, segala jenis energi bisa dikembangkan dari sana."

"Orgel?" imbuh Ann. "Maksudmu, orgel yang kita temukan di Leanan? Apa orgel itu memuat sebuah kode atau lagu?"

"Aku tidak ingat lagunya, tapi menurut Instruktur Bathory sih itu lagu tidur yang berisi kisah Para Penyihir Titania yang di dalamnya terdapat tanda sihir khusus yang dibuat sang penyihir."

Fiore dan Karen membelalakkan mata, mereka masing-masing saling bertatapan. Ann menyadari perubahan sikap mereka dan segera menginterjeksi, "Setelah kalian berduel, kalian semakin berteman baik, apa kalian juga punya kode-kode tertentu untuk berkomunikasi?"

"Apa sih, Ann," sergah Fiore menepis tangan Ann. "Aku ingat lagu itu disebutkan di buku Sejarah, cuma tidak ada yang ingat lagunya."

Karen, di lain pihak, menjawab, "Lagu itu sangat terkenal di Spriggan, Fiore."

Semua mata langsung menatap ke arah Karen. Karen sampai menarik tangannya dari atas meja. "A-Apa? Aku tidak bisa bernyanyi."

"Kalau kamu butuh pendamping nada, kurasa Fiore bisa memanggil panahnya dan memetik dawainya." sambut Ann.

"Panahku bukan alat musik!"

Blair tertawa. "Wow, obrolan soal Bloodcalyx bisa bercabang kemana-mana ya. Sampai Sejarah segala," ungkapnya takjub. "Jadi misalkan ada yang bisa mengambil alih Bloodcalyx yang digunakan di seluruh Angia, apa itu berarti dia bisa mengontrol sirkuit sihir seluruh orang dalam waktu yang bersamaan?"

Fiore menaikkan alis. Begitu juga Karen. Sementara, Ann sendiri merasa teori tersebut familier.

"Rasanya itu terlalu ... hebat?" komentar Karen. "Kalau bisa seperti itu, rasanya seperti cuci otak massal. Seram sekali. Apa kamu terlalu banyak membaca buku konspirasi, Chevalier?"

"Ah, tidak kok! Aku hanya menyambungkan apa yang kita ketahui soal Bloodcalyx!" seru Blair.

"Jadi, apa kamu tertarik soal sihir sekarang?" tambah teman sekamarnya itu.

"Tidak terlalu!"

"Ehh ..."

Blair dan Karen terus berbincang lebih lanjut soal Bloodcalyx, sesaat Ann masih terpaku pada teori yang baru saja Blair ucap. Fiore, menyadari diamnya, menyenggol lengannya.

"Tuh, kamu bengong aneh lagi. Ada apa, sih?"

Ann menggeleng cepat, namun kali ini ia tidak menanggapi Fiore dan segera keluar dari ruang makan, mendadak firasat tidak enak meruap ke seluruh tubuhnya.

Gambaran kacau apa yang baru saja terbersit di pikirannya?


Poison TravelerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang