XLIV. | Latihan Warden Bebas

33 11 3
                                    

Kelas siang di awal minggu baru dimulai dengan Latihan Warden, salah satu kelas yang tidak begitu Ann pahami dari sekian banyak kurikulum yang harus diampu oleh Kelas Sembilan. Akan tetapi, Ann lega bisa mendapatkan Latihan Warden di saat seperti ini. Ann tahu akan ada satu orang yang ... paling tidak ... sangat bahagia dengan keberadaan kelas ini.

"Hari yang cerah ya, teman sekamarku!"

Gloria sumringah, menepuk bahu Ann agar dia berjalan lebih cepat ke arah lapangan utama. Anak-anak Kelas Sembilan yang lain sudah berjalan lebih dulu dari mereka, menyongsong sinar matahari terik yang menghujani lapangan luas yang dikerumuni oleh kotak-kotak besi.

"Ya, ya. Latihan Warden yang sulit." pungkas Ann.

"Mengendarai Warden mudah, kok! Yang penting kamu harus terbiasa!" ucapnya dengan nada gembira. "Atau, mungkin kamu harus coba duel dulu baru tertarik dengan Warden?"

Ann menghela nafas panjang, "Terdengar semakin merepotkan."

"Ayolah, Ann! Aku akan bujuk Instruktur Lysander untuk kita bisa main, oke?"

Ann sekedar tersenyum simpul melihat Gloria yang berseri-seri. Langkahnya yang beberapa hari tampak lesu kini melonjak-lonjak, seperti ada pegas terpasang di sepatunya.

Menurut Ann, lebih aneh melihatnya lesu, walau wajar saja Gloria lesu mengingat dua temannya tengah absen: Karen dan Hana. Karen yang sakit-sakitan biasanya tidak akan muncul di kelas selama tiga hari atau lebih. Sementara, tidak ada kabar baru mengenai Hana. Instruktur Bathory mungkin sengaja tidak terlalu membicarakan banyak soal Hana agar kelas bisa lebih fokus.

Hari itu, Instruktur Lysander kembali mengulang cara pengoperasian Warden kepada mereka semua sebelum memperbolehkan siswi-siswi mengendarai Warden sesuai pilihan masing-masing.

Mengendalikan Oberon terasa berbeda bagi Ann setelah sekian lama ia tidak memegang Warden. Memang, pada Ekskursi Daerah mereka membawa Warden, tapi Warden tidak boleh diturunkan terkecuali dalam keadaan mendesak. Ann tidak merasa kaku dengan tombol kontrol, malahan ia merasa segalanya menjadi lebih ringan. Ia belum bisa mengalahkan bagaimana Gloria mampu menebas manekin yang disiapkan untuk latihan, atau mencoba menembak sasaran, akan tetapi kurang lebih ia tahu apa yang harus dilakukan.

Seperti segalanya menjadi 'jelas'.

"Dari kalian, apa ada yang ingin melakukan sparing?"

Suara Instruktur Lysander di interkom gabungan membuat gerakan-gerakan latihan mereka terhenti. Deru mesin yang semula kencang menjadi sempurna sunyi.

"Kalian bertiga, melawan saya." lanjutnya.

"Tetap tidak adil, Instruktur!" sergah Blair di pojok lapangan.

"Saya yakin Kadet Wiseman sangat ingin berduel."

"Ja-jangan samakan kami dengan Gloria Wiseman, Instruktur!" Val turut menyanggah.

Oberon milik Gloria mendekat ke arah manekin latihan milik Ann. Ia melambaikan tangan Warden-nya. Ann hanya bisa memicingkan mata dan menggeleng.

"Boleh saya mengajukan diri?" Muriel dalam tipe Lysander mengayunkan kapaknya sekali. Ia turut berdiri di samping Oberon milik Gloria. Kini, giliran suara Gloria muncul di interkom gabungan, bersorak-sorai.

"Ayolah, Ann! Aku yakin kita pasti bisa!" pinta Gloria sekali lagi. Kali ini, Muriel ikut melambaikan tangan Lysander-nya.

Sepertinya ia tidak bisa menolak, melihat anak-anak Kelas Sembilan lain tetap bergeming - dan ia mungkin tidak mau mengecewakan Gloria yang sudah segembira itu.

Instruktur Lysander menggunakan Titania-Alpha, ia menguasai bagian lapangan sebelah kiri sementara tiga Warden Kelas Sembilan bersiap di daerah kanan. Yang tidak berpartisipasi dalam pertandingan diharapkan turun dari Warden dan menonton di pinggir lapangan.

Peraturannya sederhana: siapa yang berhasil menumbangkan Warden lawan lebih dulu dialah yang menang. Instruktur Lysander meminta Ketua Kelas menjadi wasit untuk melihat Warden kubu mana yang lebih dulu tumbang.

"Ada taktik tertentu, Gloria?" tanya Muriel yang mengambil porsi tengah formasi mereka. Mereka diperbolehkan berdiskusi dalam interkom pribadi selama satu menit.

"Hmm, Instruktur Lysander pengguna senapan sihir, sih. Dia mungkin akan mencoba mencari celah dari Oberon kita. Kamu punya ide, Ann?"

Ann melirik ke arah Titania-Alpha yang mengambil kuda-kuda menembak. Instruktur Lysander adalah pengajar kelas Ekonomi yang dengan jelas mengaku kurang menyukai teknik, tapi ia tidak main-main dengan ilmu dan pengalamannya seputar Warden. Dengan mudahnya kemungkinan Instruktur akan tahu kalau mereka tidak serius atau berpikir bahwa seorang murid tidak bisa menang dari seorang guru.

"Kurasa kita bisa ... pasang Muriel sebagai umpan. Tubuh Warden tipe Lysander yang besar dan kokoh memungkinkan pertahanan lebih. Lalu kita coba serang Instruktur dengan dua Oberon kita."

"Oke!"

Bunyi peluit nyaring pertanda pertandingan dibunyikan, dan baik Gloria maupun Ann segera bertolak untuk menyerang Warden Instruktur Lysander dengan gerak melingkar.

"Jadi itu tujuan kalian."

Dengan mudah, Titania-Alpha menghindar tebasan pembuka Lysander milik Muriel. Senapan miliknya terangkat di udara untuk melesatkan tembakan presisi ke arah Ann. Ann berhasil menghindar, walau ia hampir menukik terlalu dalam dan nyaris membenamkan kaki Warden ke lapang pasir.

Muriel kembali mencoba menghadang Titania-Alpha, kali ini dengan tubuh kapak dan serangan mendorong. Titania-Alpha pun melompat, mendekat ke arah Oberon milik Gloria dan kembali menyarangkan tembakan.

"Tidak semudah itu, Instruktur!"

Tombak Oberon menangkis tembakan itu dan segera mundur menuju ke belakang Lysander. Titania-Alpha mencari jarak aman untuk menembak, mengarah kembali ke Ann yang sedikit kesulitan untuk berjalan.

"Muriel!"

CLANG!

Tembakan itu mengenai badan armor Lysander tepat waktu, namun mereka tidak mengantisipasi jarak tembakan yang begitu singkat. Peluru kosmik berikutnya mengenai telak badan kokpit Lysander dan membuatnya jatuh.

Bunyi peluit berkumandang lagi, menandakan pertandingan telah berakhir. Muriel terkekeh, meminta maaf pada Ann dan Gloria melalui interkom pribadi. Mereka hanya turut tertawa, dan lalu membantu Lysander yang jatuh itu berdiri.

"Sayap Peri! Instruktur menantang Lysander!"

"Kadet Wiseman, dilarang mengumpat," ucap Instruktur Lysander, menginterupsi. Ia menurunkan senapannya. "Saya kira kalian akan menyerang membabi-buta, ternyata kalian melakukan koordinasi serangan yang lebih pintar. Bagus."

Ann melirik ke arah penonton, anak-anak Kelas Sembilan bertepuk tangan menanggapi pertandingan mereka dengan antusias. Mereka pun tampak berseri-seri.

Setidaknya, Ann turut lega bahwa semangat mereka sudah mulai kembali. [ ]


Poison TravelerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang