Intermission 007: Hari Tabur Bunga

41 13 0
                                    

Berdiri di puncak paling atas di Kota Barrows memang paling menyenangkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berdiri di puncak paling atas di Kota Barrows memang paling menyenangkan.

Paling tidak, itu yang ia rasakan dulu ketika ada di sana sebagai anak kecil.

Kota Barrows bukanlah kota terbesar di dunia ini, itu kata kakaknya, tapi menurutnya yang lebih kecil dari apapun di kota itu, Kota Barrows dengan undakan tinggi dan orang-orangnya yang ramah merupakan sebuah dunia besar.

Sekarang, memang dia belum dewasa, belum bisa disebut 'besar' sebagaimana definisi orang tua mereka bilang tentang 'orang besar', tapi ia masih merasa dirinya sangat, sangat kecil di kota yang kini menurutnya asing.

"Lucia, kamu nggak ikut pulang kayak Val?" sebuah suara muncul dari tangga di bawahnya.

Fiore pun tampak kecil - ralat, dia memang kecil - apalagi dengan dirinya memeluk sebuket bunga penuh anyelir putih. Lucia menemukan dirinya tengah melamun di pelataran antara rumah ibadah dan kantor walikota Barrows, sementara siswi-siswi lain Kelas Sembilan tengah menikmati jam kosong sebelum mereka akan berangkat kembali ke Dresden.

Ekskursi yang berjalan selama tiga hari dua malam itu berjalan cukup sukses - tidak ada masalah berarti, tidak ada yang terluka, mereka bahkan bisa mengalahkan monster-monster kecil di hutan maupun di jalan tanpa ribet. Setelah pengumuman jam kosong, Val yang hendak mampir ke rumahnya diikuti hampir mayoritas penghuni kelas. Beberapa seperti Hilde dan Karen memilih untuk beristirahat di barak. Dan ada juga mereka yang menuju kota untuk berkeliling, sementara guru mereka tampak berbicara dengan walikota Barrows di dalam balai kota.

Lucia dan Fiore termasuk yang datang ke kota, walau mereka tidak berjanji akan bertemu. Lucia berjalan-jalan di sekitaran kota sementara Fiore bilang kalau tadi dia menuju hutan untuk melihat orang silih-berganti menaruh bunga di atas lahan terbuka.

Jalan bawah tanah yang kemarin mereka singgahi sudah ditutup sempurna oleh Blair dan Instruktur Bathory. 'Kuda' yang merupakan kenop pemutar disembunyikan oleh anyelir putih palsu yang sengaja dibuat Blair. Cara pembuatan yang cepat membuat Blair dipuji sebagai penyihir, yang tentu saja dihardik lantang olehnya yang berkata 'alkemi itu bukan sihir!'.

Soal buket bunga yang didapat Fiore, tadinya ia hendak membeli satu tangkai, ketika seorang ibu tiba-tiba datang menemuinya dan berterima kasih sudah menemukan anaknya yang hilang dua hari yang lalu. Ibu itu membelikan Fiore buket anyelir besar setelah mendengar Fiore hendak membeli anyelir, dan si pirang kecil itu tergopoh-gopoh membawa buketnya kemana-mana.

"Mau kamu taruh di mana anyelir itu, Fiore?" tanya Lucia.

"Tadinya aku mau ke hutan lagi, tapi terlalu ramai." Fiore melirik ke rumah ibadah. "Jadi antara kutaruh di rumah ibadah atau di balai kota. Kira-kira bagusan yang mana, Lucia?"

Lucia memperhatikan dua gedung yang bersisian dengan seksama. Balai kota saat ini juga sesak dengan orang. Mereka mengembalikan fog vision pinjaman ke balai kota dan juga urusan-urusan lain. Para peladang menulis ucapan terima kasih mereka di papan utama kota, kini sedang mereka sibuk hiasi dengan anyelir putih.

Poison TravelerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang