BAB 17

567 65 23
                                    

Cerita ini dalam proses editing. Nikmati selagi belum banyak yang berubah. SETIAP CHAPTER DALAM CERITA WAJIB DI BACA URUT! Yang ketahuan, maaf, TERPAKSA AKU BLOCK.

Playlist "My Lieutenant General" on Spotify :

1. No Time To Die - Billie Eilish

2. Love Is A Losing Game - Sam Smith


***


"Apa katamu?!"

Wajah Frent menjadi merah padam, kehilangan senyumannya. Frent sontak membalikkan tubuhnya dan menatap punggung Athena yang sedang mengepalkan tangan di bawah meja dan memiliki degup jantung begitu kencang ketika pengakuan itu akhirnya terucap.

Dibalik ruangan interogasi itu, Reed, Damian, dan Xavier membulatkan mata. Terkejut luar biasa. Kedekatan Athena dengan Xavier akan diakui banyak orang tanpa banyak kalimat, tetapi saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk mendengar pengakuan tersebut. Ada begitu banyak dugaan, pertanyaan, serta keraguan, Xavier bernapas tertahan dan hatinya sedang mengeluh. Apa maksud Athena sebenarnya? Ketidakpedulian dan ego yang sempat Xavier teguhkan ditertawakan begitu mendengar pengakuan cinta.

Frent kemudian mendengus sinis, menoleh ke kaca dua arah. "Kenapa kau menyukai pria brengsek sepertinya? Bagaimana bisa kau tidak jera setelah dicaci maki seperti itu?!"

Athena hanya tersenyum tipis. Kepalanya menunduk, memperhatikan tangannya yang saling bertaut. "Dia adalah lelaki yang baik. Aku menyukai bentuk perhatiannya padaku, terutama saat dia menolong dan merawat kakiku yang terluka."

"Hentikan!" Frent menggeram dan berjalan mendekat. Pria itu memukulkan kepalan tangannya ke meja besi. "Aku tidak akan masuk dalam jebakan sandiwara dari Agen Federal sepertimu!"

Namun, Athena menggeleng, menatap Frent dengan degupan jantungnya yang hebat. "Aku tahu dia mendengarkan dari balik ruangan ini. Untuk apa aku berbohong kepadamu?"

Xavier masih bergeming dari pejakannya ketika mendengar pengakuan itu sekali lagi. Untuk pertama kalinya mengerti bagaimana bibir begitu tak berdaya dan terasa kelu sedangkan sudut hati yang berharga teramat ingin memiliki pemahaman dan kepercayaan. Pengakuan cinta yang diucapkan oleh seseorang sudah lama sekali tidak pernah Xavier dapatkan.

Athena kemudian menatap Frent dengan benar, mengerutkan kening. "Kenapa kau begitu membencinya? Kau tahu kalau Jenderal Xavier meledakkan tempat itu atas perintah dari Jenderal Lincoln."

"Dia bisa saja menolak perintah itu! Ilsya dan anak-anaknya sama sekali tidak bersalah!"

Frent sekali lagi menggunakan kepalan tangannya pada meja besi sebelum Athena berdiri di hadapannya. Maka pada saat itulah Xavier akhirnya bisa melihat dengan jelas wajah Athena walau tampak pucat. Tak tahu sebab mengapa mata biru Athena terlihat sayu dan pengakuan yang baru saja diucapkan kini mengejek egonya. Memori Xavier ketika menatap gadis itu dengan dingin dan memebri hinaan sungguh sedang menamparnya keras-keras. Terlambat.

Saat itu Frent menunduk, seolah sedang melihat wajah Ilsya di lantai. "Aku menyayangi Ilsya, dia sudah seperti adikku. Mohammed Ghani telah menyeretnya ke dalam dunia kelam, membuatnya tak bahagia, tetapi Ilsya justru datang mengorbankan nyawa untuk seseorang yang tidak seharusnya muncul di hidupnya. Suatu hari, Ilsya menyembunyikanku di rumahnya ketika kelompok Mohammed Ghani mencariku. Sejak hari itu, aku ingin membawa Ilsya dan anak-anaknya pergi dari Afghanistan. Membawa mereka pergi dari neraka itu."

My Lieutenant GeneralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang