BAB 57

388 51 42
                                    

Cerita ini dalam proses editing. Nikmati selagi belum banyak yang berubah. CERITA WAJIB DI BACA URUT !

Yang ketahuan, maaf, TERPAKSA AKU BLOCK (MUTE). Lebih baik kalian silent readers daripada cerita yang aku tulis susah-susah ini dibaca acak.

Playlist "My Lieutenant General" on Spotify : 

1. The Road -  Havasi

2. Saturn - Sleeping At Last

3. Broken Vow - Lara Fabian (optional dari aku tapi tidak ada di playlist My Lieutenant General.)

Aku harap kalian mendengarkan lagunya & menikmati bagian ini.

***

"Marcus, apa dia baik-baik saja?"

Kepanikan yang sama terjadi di dalam ambulance begitu Xavier mempertanyakan keadaan Athena. Marcus terlihat menggeleng lirih. Mata hitamnya memperhatikan pendarahan di sekujur tubuh Athena. Dia bertanya-tanya dalam hati apa sebabnya. Tetapi Marcus yang berpengalaman dengan penyakit manusia, tidak memiliki keberanian untuk memberikan diagnosa sahabatnya pada Xavier. "Aku tidak bisa menjelaskannya dengan kata-kata, Xavier. Aku terpaksa membawanya ke rumah sakit terdekat karena dia membutuhkan pertolongan secepat mungkin...."

"Dan Grace... bisakah kau datang? Athena membutuhkanmu sebagai temannya untuk—" Marcus tidak mampu melanjutkan kalimatnya. Dia menunduk, menutup wajah dengan tangannya.

"Tentu, tentu saja. Aku sudah meninggalkan camp. Helo juga menuju ke rumah sakit. Aku akan sampai lima menit lagi. Ya Tuhan, Athena." Grace mengeluh lirih dan merespon panggilan Marcus secepatnya. Dia segera menaiki mobil dan mengemudi dengan cepat. Grace menangis ketakutan.

Saat itulah, napas Xavier hampir tercekat sebelum kakinya menginjak pedal sedalam-dalamnya. Mengemudi kesetanan sekali. Mobil melaju kencang menembus keramaian jalanan Mexico. Menyibak keramaian. Tampaknya Langit sengaja menciptakannya agar ia terlambat menemui Athena. Lidahnya kelu ketika Marcus sendiri tidak mampu menjelaskan keadaan Athena.

Bertahanlah sebentar lagi. Tolong. Kalimat yang selalu dituliskan dalam surat indah, juga Xavier Langdon rapalkan dalam hati. Wajah Athena sudah menghiasi kepalanya dan hampir membuatnya tidak bisa fokus saat menyetir. Dadanya sesak oleh bisikan mimpi buruk.

Ambulance yang membawa Athena, segera sampai di sebuah rumah sakit sederhana. Grace tiba hampir bersamaan ketika Marcus diikuti oleh Reed. Beberapa tenaga medis lainnya segera membawa tubuh Athena yang lemah untuk masuk ke dalam ruang operasi. Suara perawat saling sahut-menyahut, berlarian membawa alat-alat medi. Pasien yang mereka tunggu-tunggu akhirnya tiba. Kumpulan orang berprofesi mulia itu segera mengerumuni ranjang Athena dan membawanya ke ruangan darurat.

"Daniel." Marcus mengangguk sekilas pada teman sesama dokter yang akan menangani Athena. "Tolong, selamatkan dia," pinta Marcus.

Dokter bernama Daniel itu tidak sempat mengangguk karena bergegas berlari menolong Athena. Kepergiannya menyisakan Reed, Marcus, dan Grace. Ketegangan yang jauh lebih menyiksa itu harus mereka rasakan sambil berdiri cemas menunggu Athena. Ketiganya pun berulang kali melihat pintu rumah sakit, menunggu kehadiran seseorang yang paling Athena butuhkan.

My Lieutenant GeneralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang