BAB 38

615 59 29
                                    

[Cerita ini dalam proses editing. Nikmati selagi belum banyak yang berubah.]

Playlist "My Lieutenant General" on Spotify :

1. Selfish Love - Jessie Ware

2. Air on a G String - Johan Sebastian Bach, HAUSER (repeat sampai akhir cerita.)

[Semua playlist ada di spotify, cek bio di profil untuk akses link Playlist "My Lieutenant Generalatau scan Spotify Codenya di atas]

***

Aktifitas panas pagi itu diakhiri dengan permohonan Athena yang kelelahan. Mereka memutuskan untuk mandi terpisah karena Athena tahu, Xavier Langdon itu tidak pernah puas.

Matahari sudah menyingsing tinggi saat Xavier meraih telepon hotel untuk memesan makan siang sebelum ia melakukan panggilan video dengan BAU. hari ini adalah hari terakhir untuk Xavier bisa menyempurnakan skenario mereka, maka ia segera menyibukkan diri dengan dokumen-dokumen Misi Savino, termasuk profil Alessandro Savino.

Setiap kali melihat foto Alessandro, mata Xavier berkilat marah dan geraman halus meluncur dari bibirnya. Sampul berkas berwarna cokelat itu hampir ia robek andai saja tidak mengingat Athena akan mengomel dan memarahinya sampai telinga Xavier berdarah-darah. Analis profil yang cerewet dan keras kepala itu sangat serius dengan misi Savino. Xavier terkadang bingung apakah Athena sungguh takut untuk pergi atau benar-benar serius ingin pergi. Ia duduk dengan penuh kekesalan di kursinya.

"Oh lihat ini, kalian yang meminta kita semua untuk berdiskusi tapi kalian sendiri yang terlambat. Kenapa kalian susah sekali dihubungi? Kami semua sudah menghubungi kalian sejak subuh! Sejak kau membatalkan hari penjemputan Alessandro!"

Begitu panggilan video tersambung, Reed tampak begitu kesal sambil dahinya berkerut. Jenderal Xavier hanya terdiam, mengangkat dagunya angkuh. Lalu ia melihat Marcus yang rupanya juga sedang bersama Reed dan Grace. Pria itu duduk di samping Grace.

"Di mana Athena?" tanya Marcus. Reed pun ikut mengedarkan pandangan menelusuri isi kamar Xavier pada layar LED televisi yang menggantung di dinding ruangan BAU.

Xavier hanya menjawab cuek diam-diam menyimpan senyuman miringnya sambil membaca dokumen-dokumen, "Dia masih mandi."

"Ini pertama kalinya aku mendengar Athena bangun terlambat." Grace yang paling memahami Athena memicingkan matanya curiga dan tampak bingung sambil menoleh ke arah dua temannya. Marcus dan Reed mengangguk setuju. Ketiganya saling berpandangan heran.

Xavier tetap menyimpan senyuman miringnya. Salahkan Grace yang hanya memesan satu kamar sehingga Athena harus ia buat bangun kesiangan dengan sengaja. "Dia kelelahan karena kami mengevaluasi skenario hingga subuh."

Kemudian keheningan terjadi dalam beberapa saat. Grace masih memicingkan mata lalu diam-diam menyenggol kaki Reed dan Marcus meskipun Xavier tidak bisa melihatnya. "Apa dia berbohong?"

Pertanyaan itu menimbulkan kecurigaan pada analis profil yang jenius seperti Reed. Dia pun menelan ludahnya susah payah sembari melirik Grace. Mereka bertiga sedang membayangkan terjadi sesuatu yang tidak seharusnya antara Athena dan Xavier. Namun sebelum sempat manusia kutu buku yang paling Xavier sebalkan itu berkata, ia sudah mendahuluinya. "Kita harus menyusun rencana baru. Besok Athena akan berangkat."

"Ya, tentang itu.... Saat Athena bersama Alessandro, kita tidak bisa mengikuti mereka. Satu-satunya harapan hanya alat interkom di cincinnya. Interkom di telinga terlalu beresiko, Athena tidak akan bisa mendengar kita tetapi kita bisa mendengarnya."

My Lieutenant GeneralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang