BAB 34

522 57 46
                                    

Playlist "My Lieutenant General" on Spotify : 

1. Le Cygne (The Swan) - Camille-Saint Saens 


[Semua playlist ada di spotify, cek bio di profil untuk akses link Playlist "My Lieutenant General" atau scan Spotify Codenya di atas. Aku tunggu support kalian ya !]


***

Matahari selalu bersinar hangat saat menerpa kulit. Sinarnya yang indah selalu menjadikan rambut pirang semakin menyilaukan. Dua mata biru selalu tampak menawan seperti berlian dan terang seperti langit cerah. Semestinya begitu. Hari ini sinar matahari yang seharusnya hangat justru menyengat perih. Untuk pertama kalinya, sinar matahari tidak mampu memberikan kilauan di mata biru Athena. Kabut kesedihan menghalangi keindahannya sedangkan senyuman yang secerah matahari itu tidak terbit sama sekali.

Athena tidak mengharapkan apapun ketika membuka matanya dan menemukan cahaya terang menembus tirai. Penolakan semalam sudah cukup untuk membuat hatinya hancur dengan sempurna. Apabila menemukan keberadaan Xavier, ia tidak tahu apakah masih ada sisa hati yang dapat dihancurkan. Semua butiran pil yang dikatakan ampuh untuk menghilangkan kegelisahan dan mengusir mimpi buruk itu nyatanya hanya bualan saja. Apa yang terjadi setelah Xavier pergi, Athena justru berbaring dan menatap langit-langit kamar karena tidak berhasil menggapai alam mimpi. Keresahan memeluknya erat-erat sampai membuat sesak.

Sudut bibir terasa perih karena Athena mengigitnya berkali-kali untuk menahan sisa potongan hatinya agar tidak hancur. Sudut matanya terasa terbakar dengan air mata yang jatuh terus menerus. Untuk terakhir kalinya, Athena mengusap wajahnya sekeras mungkin lalu mulai memoles riasan di depan cermin. Kesalahan di malam itu berhasil menertawakan dan menampar wajahnya keras-keras kemudian membanting hatinya ke relung dunia. Athena menelan bulat-bulat semua perasaan itu dan bertahan hingga langit hampir senja lalu bangkit untuk menjadi orang lain—Charlotte White.

Gaun panjang yang terbuka dan ketat membalut tubuhnya dengan sangat baik. Payet emas menghiasi punggung dan bahunya. Kedua tangannya menunjukkan kebebasan, seperti halnya pesta Alessandro Savino. Sepatu hak tinggi akan membuat setiap langkahnya mempertunjukkan tungkai kaki yang jenjang. Gaun itu terlihat indah dan memiliki warna hijau zamrud, selayaknya mata hijau yang selalu Athena sukai.

Kali ini Athena memastikan diriny atahu tidak ada seorang pun dikamarnya. Tidak ada Xavier. Tidak ada perpisahan. Usai menatap pantulan diri di cermin dan menggunakan interkom di telinga dan cincin di jari tengah, Athena berjalan keluar dari kamar hotelnya.

Charlotte White harus tetap tersenyum lebar ketika melangkah keluar melewati kamera-kamera pengawas. Itulah profil yang selama ini disusun dan Athena banggakan dengan menunjukkan kepada semua orang yang sedang melihat dari balik layar bahwa ia baik-baik saja.

Grace dari ruangannya sedang tersenyum tatkala Athena menaiki mobil yang menjemputnya. "Luar biasa—aku suka sekali gaun itu, Athena. Cantik sekali untukmu."

Setidaknya pujian Grace membuat Athena tersenyum simpul. Mobil yang ditumpanginya meninggalkan hotel saat Clara terdengar menggumam tanda setuju. "Apa kau sudah siap, Charlotte White?"

"Ya." Athena mengangguk melirik sopir dari cermin. "Aku tidak pernah seyakin ini sebelumnya."

Perjalanan menuju rumah Alessandro Savino di tengah kota membutuhkan waktu setidaknya satu jam. Waktu-waktu itu seharusnya menyenangkan karena Athena memiliki kesempatan untuk menikmati pemandangan kota, tetapi ia justru memperhatikan bangunan, mobil-mobil, dan lampu jalan yang berterbangan dari jendela, melamuni hatinya yang kacau.

My Lieutenant GeneralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang