Playlist "My Lieutenant General" on Spotify :
1. Moonlight Sonata (1st Movement) - Ludwig Van Beethoven, Betoven Collection
2. Dance For Me Wallis - Abel Korzeniowski
***
Bagaimana cara Xavier menjawab pertanyaan Athena?
Lelaki itu juga lebih banyak terdiam sejak Athena bertemu dengannya. Meskipun begitu Athena mempertahankan senyuman walaupun merasa ganjil. "Semua orang yang aku temui memberikan sambutan menyenangkan. Semua departemen terkejut, begitu juga dengan DIA. Ada apa denganmu? Kenapa—"
"Ada apa denganku?! Seharusnya bertanya padamu—kau sama sekali tidak bisa dihubungi!"
Untuk sekian lamanya Xavier tidak pernah meninggikan suara, kali ini ia melakukannya dengan rahang yang mengeras dan tangan yang terkepal erat. Athena mengerjap dalam keterkejutan dan memilih terdiam beberapa saat dan memberi waktu pada mereka untuk mengerti apa yang sebenarnya terjadi. "Aku tidak sempat melihat ponsel. Semua orang menyambut dan aku hanya ingin fokus dengan itu. Aku minta maaf—"
"Kenapa kau selalu berbuat seperti ini?" Xavier mendesis tajam. Alisnya bertaut dan mencengkram tepi meja kerjanya dengan erat sambil menatap Athena lurus.
Jantung Athena berdegup nyeri. Sudut hatinya hampir tercubit lantaran Xavier tampak marah sehingga meninggikan suaranya. Namun, kebingungannya terlalu besar daripada mencoba memaklumi amarah Xavier. Lantas mendekat, Athena menyentuh kepalan tangan Xavier yang keras. "Maaf. Aku tidak bermaksud membuat kamu khawatir. Sungguh, aku hanya ingin memberikan kejutan."
Keheningan hampir terjadi begitu lama.
Athena menatap Xavier dengan sorot redup dan senyumannya kini sudah hilang. Daripada merasa ganjil, berikutnya Athena larut dalam ketidaktahuan sebab keinginannya untuk mendapatkan sambutan justru mendapatkan amarah dan sorot khawatir yang berlebihan. Athena melakukan apa yang diyakini benar ketika melihat Xavier melunakkan amarah sejak ia menyentuh tangannya.
"Xavier, ada apa? Kamu terlihat tertekan."
Tidak ada kalimat apapun yang diberikan walaupun bentuk kepedulian itu sangat menyenangkan, Xavier memilih memalingkan wajah. Sorot teduh Athena dan kebingungannya membuat Xavier tertohok atas perbuatannya sendiri. Ia telah membohongi gadis itu terlalu lama. "Aku butuh waktu."
Kekhawatiran dan bentuk amarah itu terjadi lantaran ada hati tulus yang sempat mengkhawatirkannya. Athena selalu mengerti Xavier dengan baik. Ia lalu tertawa kecil sebagai bentuk penghiburan dan meraih bahu Xavier agar menatapnya. "Kalau begitu, apakah masih tidak ada pelukan dan sambutan untukku?"
Athena membentangkan tangannya kembali seraya tersenyum. Saat itu juga Xavier merengkuh Athena ke dalam pelukan eratnya. Kekhawatirannya meluap bebas ke udara. Tidak ada yang Xavier syukuri daripada memeluk Athena begitu erat. "Kenapa kau selalu membuatku khawatir?"
"Aku pikir dengan melakukan ini dan datang tiba-tiba akan membuatmu terkejut dan senang. Aku sengaja tidak mengatakan apapun saat kamu berangkat ke Pentagon pagi ini."
Permohonan maaf yang berulang kali diucapkan itu semestinya tidak terjadi apabila Xavier dapat lebih baik lagi menjaga Athena dan meneyelesaikan Operasi Silvont. Kekawatirannya pun tidak diperlukan. Xavier menggeleng, gadis itu tidak melakukan kesalahan apapun. Perasaan yang nyata mengembas besar di dadanya saat menatap Athena. "Ya, selamat datang. Aku senang dan percaya dengan keputusanmu—tetapi tolong jangan melakukan hal seperti ini lagi padaku."

KAMU SEDANG MEMBACA
My Lieutenant General
RomancePekerjaan sebagai Analis Profil di FBI mengharuskan Athena untuk memahami perilaku manusia. Namun, Athena takut karena pekerjaannya, ia akan benar-benar dibuat jatuh cinta oleh seorang Letnan Jenderal bintang tiga karena ketika Athena sudah terjun d...