BAB 93

246 37 19
                                    


Playlist "My Lieutenant General" on Spotify :

1. Moonlight Sonata (1st Movement) - Ludwig Van Beethoven, Betoven Collection

2. Dance For Me Wallis - Abel Korzeniowski


***


"Xavier, apa maksudmu? Bukankah seharusnya kedatanganku di sini adalah hal yang bagus? Apa sudah tidak seperti itu lagi sekarang? Kamu tidak suka melihatku?"

Xavier tidak menjawab pertanyaan Athena sama sekali. Lelaki itu juga lebih banyak terdiam sejak Athena bertemu dengannya hari ini. Bibir yang tidak kering dibasahi oleh ujung lidah lantaran Athena tiba-tiba merasa gelisah. Meski begitu ia tetap berusaha tersenyum di hadapan Xavier meski rasanya aneh. "Semua orang yang aku temui memberikan sambutan menyenangkan. Semua Departemen terkejut, begitu juga dengan DIA. Tapi ada apa denganmu, Xavier? Kenapa—"

"Ada apa denganku, katamu?! Aku yang harusnya bertanya padamu! Kau sama sekali tidak bisa dihubungi!"

Saat itulah, untuk sekian lamanya Xavier tidak pernah meninggikan suara, kali ini lelaki itu melakukannya dengan rahang yang mengeras dan tangan yang terkepal erat. Athena mengerjap. Terkejut, ia memilih terdiam beberapa saat. Athena hanya menatap Xavier karena dirinya juga memerlukan waktu untuk mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada mereka berdua. "Aku tidak sempat melihat ponsel. Semua orang menyambut dan aku hanya ingin fokus dengan itu. Aku minta maaf sudah—"

"Kenapa kau selalu berbuat seperti ini?" Xavier mendesis tajam. Alisnya bertaut tidak suka dan lelaki itu mencengkram pinggiran meja kerjanya dengan erat sambil menatap Athena lurus.

Jantung Athena berdegup dengan kencang. Meski ia terkejut dan sudut hatinya hampir tercubit lantaran Xavier teramat marah hingga meninggikan suaranya, Athena masih begitu bingung mengapa lelaki itu tiba-tiba menjadi murka. Ia lantas mendekat, menjulurkan tangan untuk menyentuh kepalan tangan Xavier yang keras. "Maaf.... Aku tidak bermaksud membuatmu khawatir. Sungguh, aku hanya ingin memberikan kejutan."

Keheningan hampir terjadi begitu lama. Athena menatap Xavier dengan sorot redup dan senyumannya kini sudah hilang. Apa yang sebelumnya terjadi, gadis itu sempat tersenyum lebar sekali. Xavier lalu membentaknya dan senyuman itu hilang karenanya. Amarah yang menggebu-gebu kini harus meredup, Xavier hampir tidak bisa bernapas dengan benar saat kepalan tangannya disentuh begitu lembut oleh Athena.

"Xavier... ada apa? Kenapa kamu seperti ini? Kamu terlihat tertekan."

Tidak ada kalimat apapun yang diberikan. Bentuk kepedulian itu sangat menyenangkan tetapi Xavier memilih memalingkan wajah dan mengusap wajahnya kasar. Tidak sanggup menatap Athena dan membohongi gadis itu terlalu lama. "Aku butuh waktu."

Perlahan-lahan Athena menghembuskan napas. Ia tersenyum penuh arti dengan sorot redup. Kekhawatiran dan bentuk amarah itu terjadi lantaran ada hati tulus yang sempat mengkhawatirkannya. Athena selalu mengerti Xavier dengan baik. Ia lalu tertawa kecil sebagai bentuk penghiburan. Athena meraihnya bau Xavier agar lelaki itu menatapnya. "Kalau begitu, apakah masih tidak ada pelukan dan sambutan untukku?"

Athena membentangkan tangannya kembali seraya tersenyum. Sambutan yang paling Athena butuhkan itu tak lama kemudian akhirnya datang. Saat itu juga Xavier merengkuh Athena ke dalam pelukan eratnya. Bibir Athena yang melengkung dalam di balik bahu tegap Xavier, begitu kontras dengan kekhawatiran yang terlukis di wajah pemilik hatinya. Wajah tampan itu melengkungkan alis, mengkhawatirkan banyak hal sembari memeluk Athena erat-erat. "Kenapa kau selalu membuatku khawatir?"

My Lieutenant GeneralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang