EPILOG

1K 39 32
                                    

Playlist "My Lieutenant General" on Spotify :

1. In The Embers - Sleeping At Last

2. La La Land - Lola & Hauser

Epilog ini akan sangat berbeda dari epilog-epilog novel yang pernah ada. Panjang sekali. Tapi epilog ini juga berbeda, karena hati yang menulisnya, suara hati yang mengisahkannya, dan harapan-harapan besar yang mewujudkan kisahnya sampai akhir.

Selamat menikmati salam perpisahan Athena dan Xavier, untuk pembaca setia dan tersayangku.

***

Duka dan kehilangan.

Semua prajurit akan merasakan dua hal tersebut. Menghadapi dengan terpaksa adalah resikonya. Terkadang dua hal tersebut sebanding dengan perjuangan yang mereka lakukan, tetapi dampak setelahnya terhadap kehidupan dan sisa-sisa waktu mereka, tidak dapat dibandingkan sama sekali. Tidak ada di dunia ini yang dapat disetarakan dengan nyawa manusia.

Tubuh-tubuh yang bersimbah darah, sempat terhentak di udara ketika peluru panas menembus daging. Mereka berjatuhan seperti bintang. Lalu bergeming selama-lamanya layaknya daun kering yang jatuh di tanah gersang dan tak tertiup angin, menunggu agar ada seseorang yang mengubur jasad mereka di dalam tanah dan diberikan penghormatan terakhir.

Orang-orang itu adalah yang selalu meninggalkan nama untuk dikenang. Wajah dalam foto untuk ditatap. Suara yang diputar melalui video untuk didengar setiap malam sambil dibisikkan kata rindu. Wujud perbuatan mereka akan dilanjutkan, diingat, dan dikisahkan kepada anak-anak hingga cucu-cucu mereka setiap saat. Mereka bukanlah hanya prajurit, melainkan seorang sahabat, keluarga, orang tua, anak, kekasih, suami, maupun istri yang paling setia. Bunga-bunga indah kali ini bermekaran untuk menemani sekaligus mengharumkan perjuangan dari jasad mereka yang akan pergi untuk selamanya.

Satu persatu tangkai bunga diletakkan di atas peti. Charles, Hailey, Cecilia, Marcus, Grace, dan Reed meletakkan mawar putih sambil menitikkan air mata duka, cinta, dan kerinduan yang teramat besar. Tangisan pilu mereka berjatuhan seperti hujan di langit kelabu ketika menatap wajah-wajah yang mereka kenali ada dalam bingkai pigura. Lalu mereka semua yang masih hidup, teringat dengan memori menyenangkan maupun menyedihkan yang sempat mereka lalui bersama pahlawan-pahlawan itu.

Semua orang yang berduka pada hari tersebut, silih berganti memberikan mawar putih sebelum pergi meninggalkan pemakaman, Namun Charles, Hailey, Cecilia, Marcus, Grace, dan Reed, tidak pernah memunggungi peti jenazah. Setidaknya untuk terakhir kali, sorot pandangan tulus dari mereka yang masih hidup dan mencinta sampai akhir hayat, menyertai prajurit-prajurit dan teman-teman setia mereka.

Grace dan Reed berdiri di samping Athena dan Xavier. Dua insan yang paling tangguh.

Mereka berdua selamat.

***

Lima hari yang lalu, ketika puing terakhir berdebam di tanah mansion, Charles sempat mengangkat wajahnya dan menyaksikan bahwa mansion Xavier dan Athena benar-benar hancur lebur. Pandangannya kabur oleh air mata, debu, dan tanah. Kakinya gemetar ketika menyadari bahwa dirinya sendiri pada waktu itu masih selamat.

"Athena.... Putriku...." Bibir Charles bergetar ketika menyebutkan nama putri semata wayangnya. Kala itu dia menerbangkan harapan walaupun terlambat. Meski begitu Charles tetap melangkah lebih dekat ke tempat di mana Athena dan Xavier memperjuangkan waktu terakhir mereka, yaitu Lingkaran Neraka. Sesekali Charles terbatuk sambil melindungi wajahnya dari debu demi melihat dan memanggil nama Athena dengan lebih jelas.

My Lieutenant GeneralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang