BAB 67

372 40 11
                                    

Cerita ini dalam proses editing. Nikmati selagi belum banyak yang berubah. SETIAP CHAPTER DALAM CERITA WAJIB DI BACA URUT! Yang ketahuan, maaf, TERPAKSA AKU BLOCK.

Playlist "My Lieutenant General" on Spotify :

1. Jupiter - Sleeping At Last

[Semua lagu ada di Playlist Spotify aku (akses ada di bio/scan code di atas)]

Skenario mungkin belum selesai, akan selalu ada pintu-pintu dan kesempatan-kesempatan yang lain. Mimpi indah. Mimpi buruk. Badai beserta pelangi setelahnya. Tapi bagi Athena & Xavier, tidak ada yang lebih penting selain mendapatkan dukungan dari kalian. 

Happy reading!

***


Esok harinya.

Pagi berikutnya dan perjumpaan mereka berikutnya.

Tetapi hari itu merupakan perjumpaan pertama bagi Athena. Keluarga Langdon datang esok harinya tepat ketika jarum jam yang menggantung di dinding rumah Xavier berhenti di angka tujuh. Dua pintu utama rumahnya yang besar dan megah terbuka lebar. Xavier sudah berdiri di depan pintu, menyambut kedatangan keluarga yang jarang sekali ia temui. Mereka kemudian saling berpelukan. Melepas rindu.

"Nenek."

Xavier menyapa lalu memeluk neneknya untuk yang pertama kali. Memberikan kehangatan melalui pelukannya pada wanita yang sudah memiliki tanda tak lagi muda di wajahnya. Berkeriput, tetapi masih terlihat cantik dan berjiwa muda. Lalu Xavier tersenyum lebar ketika neneknya juga tersenyum sumringah.

"Rieta."

Orang kedua yang Xavier peluk adalah bibinya. Berdua berpelukan erat. Xavier melampiaskan rindunya pada seseorang yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri. Selama mereka berpelukan, neneknya sudah berjalan ke sana kemari di dalam rumah. Mengedarkan pandangan dengan mata yang memicing penuh curiga, sibuk memeriksa debu di setiap sudut.

"Apakah kau sehat, Xavier?" Rieta tersenyum. Pertanyaan itu akan selalu ditanyakan oleh orang terkasih dan pertanyaan itu adalah pertanyaan wajib untuk Xavier yang memiliki pekerjaan beresiko. Hal tersebut juga akan selalu ditanyakan Rieta selama merawat Xavier dari kecil. Lelaki itu mengangguk singkat sebagai jawabannya. Lalu pelukan keduanya berakhir, Rieta berjalan menyusul neneknya.

"Hey." Pelukan ketiga Xavier lakukan bersama kakeknya. Mereka melakukannya dengan singkat tetapi sudah lebih dari cukup bagi Xavier untuk melepas rindunya.

Ia memiliki pelukan keempat dan terakhirnya bersama sang Paman. Hugh memberikan senyum simpul lalu bergurau, "Apa kau sudah membersihkan rumahmu?"

"Sedari dulu aku memastikan rumahku tidak pernah kotor dan tetap terawat." Xavier tertawa halus di pelukan Hugh. Pelukannya bersama Hugh sedikit lebih lama daripada kakeknya. Pria yang sejak kecil dia panggil zio itu menikah dengan Rieta ketika Xavier masih berada dalam kandungan ibunya. Pelukan mereka terlepas lalu saling tersenyum akrab. Xavier terkadang bertanya-tanya, apakah dulu dalam ingatan masa kecilnya Hugh terlihat mirip dengan ayah Xavier ketika kakak-beradik itu berdiri berdampingan. Sehingga Xavier bisa menemukan cara untuk mengingat wajah ayahnya melalui Hugh. Menatap Hugh lama-lama.

"Dimana Matteo?" Selanjutnya Xavier mengernyit bingung dan menoleh ke kanan dan ke kiri. Lalu membuka pintu rumahnya yang besar. Melongok keluar setelah itu menutup pintu. Barangkali ia tidak menyadari keberadaan seseorang dan tidak memberikan pelukan kelima.

My Lieutenant GeneralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang