Cerita ini dalam proses editing. Nikmati selagi belum banyak yang berubah. SETIAP CHAPTER DALAM CERITA WAJIB DI BACA URUT! Yang ketahuan, maaf, TERPAKSA AKU BLOCK.
Playlist "My Lieutenant General" on Spotify :
1. Love Story - Lola & Hauser
2. Broken Vow - Lara Febian
3. Amen - Natalie Taylor
Bagian ini akan sedikit lebih panjang dari biasanya. Kalian bisa membuatku senang dengan vote & comment cerita ini :) Selamat membaca!
***
"... bagaimana menurutmu, Dr. Wilson?"
Athena sedang melamunkan sesuatu ketika Profesor Dobrik bertanya kepadanya. Lamunan usai meski sejak tadi Athena cukup sadar untuk mendengarkan penjelasan dan pertanyaan Profesor Dobrik. Ia berdiri dan bergerak gelisah beberapa saat sempat melirik isi pesan singkat Xavier di ponsel. Setelah itu Athena menjawab singkat, tersenyum, dan mengangguk. "Ya, itu benar."
Kemudian Profesor Dobrik mengembalikan fokusnya untuk menatap ke depan, ke arah semua peserta pelatihan. Athena sekali lagi hampir tidak bisa fokus mendengarkan seluruh penjelasan Profesor Dobrik karena hati dan pikirannya sedang menggaungkan nama pemilik hatinya.
Malam ini bibir Athena lebih banyak tersenyum oleh banyak hal. Termasuk ketika mendapatkan pesan singkat dari Xavier beberapa saat yang lalu. Pemilik hati yang Athena harapkan kehadirannya, baru saja mengatakan melalui pesannya bahwa lelaki itu akan pulang malam ini juga. Atau paling lambat, Athena akan menemuinya esok pagi. Tidak mengapa. Kapapun itu, asalkan bisa menemui Xavier, memeluknya, dan melihat mata hijaunya maka ia rela menunggu. Hampir semalaman sampai seharian ini usai melepas kepergian Xavier, diam-diam Athena menunggu kabarnya. Athena berharap lelaki itu baik-baik saja. Sesekali ia melirik ponsel sembari terus berharap bahwa ia akan mendapatkan pesan maupun panggilan sekali lagi. Kerinduannya menguat begitu hebat padahal sebelumnya ia pernah merasakan kerinduan yang jauh lebih berat ketika berada di Gharco.
Senyuman Athena masih terbit begitu indah bahkan setelah pelatihan bersama Profesor Dobrik berakhir. Kesempatan berjalan dengan lancar, Athena teramat senang. Ia melakukan segalanya dengan baik. Menjelaskan dengan rinci, menjawab setiap pertanyaan dengan penuh pengalaman, menceritakan pengalaman dari kasus-kasus lama dengan kesungguhan dan keseriusan. Selama melakukannya, irama jantung selalu saja begitu kencang. Tangannya bahkan sempat gemetar karena perasaan gugup. Namun semua perasaan itu menyenangkan karena Athena sudah lama tidak pernah merasakannya. Suasana yang mengalir dalam ruangan begitu hebatnya menampilkan memori selama tujuh tahun yang Athena ukir dalam hidupnya. Detik itu juga, bentuk rasa syukur ia bisikkan dalam hati karena berhasil melalui segalanya dengan baik.
"Apa kau baik-baik saja? Kau sempat tidak fokus tadi." Profesor Dobrik berjalan mendekat. Mereka masih berada di atas panggung dekat podium sebelum akhirnya menuruni anak tangga bersama-sama. Athena menggeleng sembari membetulkan letak tas di bahunya.
"Aku hanya ingin cepat pulang ke rumah. Suamiku akan pulang hari ini." Athena tersenyum lebar. Kaki yang sudah berpijak di atas lantai hampir ingin segera berlari kencang pulang ke rumah. Ia sukses melupakan penyakit yang suka tiba-tiba datang menggelitik tubuhnya. Kecemasan yang sempat dirasakan juga menghilang begitu mudahnya.
Profesor Dobrik lalu terkekeh. Bibirnya hendak terbuka dan membawa Athena untuk melanjutkan nostalgia bersama sebelum beberapa orang datang hampir bersamaan. Ekspresi penuh kekaguman orang-orang itu tergambar jelas, baik Profesor Dobrik maupun Athena bisa melihatnya. Mereka sedang menunggu untuk mendapatkan tanda tangan maupun berfoto bersama keduanya. Beberapa dari mereka pun melayangkan pertanyaan untuk Athena.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lieutenant General
RomancePekerjaan sebagai Analis Profil di FBI mengharuskan Athena untuk memahami perilaku manusia. Namun, Athena takut karena pekerjaannya, ia akan benar-benar dibuat jatuh cinta oleh seorang Letnan Jenderal bintang tiga karena ketika Athena sudah terjun d...