[Cerita ini dalam proses editing. Nikmati ceritanya sebelum banyak berubah.]
***
Xavier Langdon gagal mencegah mimpi buruknya terjadi.
Napas berat Xavier tercekat saat melihat Athena kini berada dibawah dekapan Andrea. Ya ampun, aneh sekali Langit memberi lelucon. Frent pernah melakukannya kepada Athena dengan pecahan gelas di tempat yang sama kini Andrea menekan pisaunya. Perbedaan itu sama sekali tidak mengurangi kengeriannya.
Di sisi lain, Athena hampir-hampir tidak memercayai apa yang sedang terjadi. Bukan ini yang ia bayangkan ketika berbicara dengan Andrea. Tubuhnya membeku di hadapan kengerian dari sorot mata Xavier, Clara, Reed, dan Marcus. Mereka telah membidik Andrea dengan pistol ketika Athena bahkan tidak mampu meraih miliknya.
"Andrea, apa yang kau lakukan?!" Loko berteriak panik. Dia sudah bangkit dari ranjang ketakutan kalau-kalau bidikan para prajurit militer itu beralih padanya untuk mengancam Andrea.
"Bunuh saja aku!" Andrea berseru pada Xavier. Itulah pembalasannya.
Xavier menggertakkan giginya. Napasnya sudah menderu kencang sementara matanya memerah dan tangannya begitu erat menggenggam pistol. Matanya beralih pada mata biru Athena bergantian. "Lepaskan dia!"
Athena tidak bisa menemukan cara untuk menemukan kewarasannya. Memori buruk itu berputar seolah ia sedang menaiki komidi putar dengan selayang pandang tragedi Detroit di hadapannya. Memori itulah yang selalu hadir di dalam mimpinya.
Xavier mendesis dengan gigi yang bergemeletuk. "Betapa tidak tahu malunya. Tuhan telah memberimu kesempatan sekali lagi agar kau bisa hidup dengan benar tetapi lihatlah apa yang justru kau lakukan? Apa kau akan melakukan kesalahan yang sama? Kau akan melewatkan kesempatan untuk bersama Maria?"
Mata Andrea bergetar dan menatap Xavier sambil menelan ludahnya. Dia melirik Athena saat Clara mencoba berjalan mendekat.
"Kami akan membiarkanmu pergi jika kau melepaskan Dr. Wilson."
Detik itulah Athena menyadari bahwa ia mengantongi obat penenang di saku. Tawaran Clara tidak bisa dibiarkan begitu saja. Mereka tidak boleh kehilangan Andrea dan Loko jika masih ingin menjalankan misi mereka. Untuk itulah ia mencoba mengambil kesempatan untuk menggerakkan tangan kanannya merogoh saku celana dan mengibaskan tangan kirinya di depan semua orang. "Turunkan pistol kalian."
Bagaimana pula Xavier akan menurunkan pistolnya? Ia menggeleng keras dan tidak akan mengulangi kesalahan yang kedua kalinya. Demi Tuhan. Xavier tidak bisa bernapas dengan benar.
Permintaan Athena hanya disadari oleh Reed dan Marcus. Keduanya melemparkan lirikan sebelum saling mengangguk. Marcus mencoba memberi isyarat kepada Clara dan Xavier. "Tidak apa-apa."
Ketika Clara tidak mengerti, Reed menunjukkan apa yang sedang digenggam oleh tangan kirinya. Barulah Clara menurunkan pistolnya.
Kini hanya Xavier yang masih menodongkan senjatanya. Mata hijaunya menatap Andrea dan leher Athena dengan tajam. Napasnya menderu sekaligus tercekat hingga rasanya mustahil.
Ketegangan itu sangat Loko benci khususnya bagaimana temannya kehilangan kontrol. Dia memutuskan untuk mendekat. "Hei. Mereka akan membawa kita pulang, apakah kau tidak ingin bertemu atau setidaknya melihat Maria?"
"Tidak ada yang bisa membawa kita pulang." Andrea menggeleng pada Loko.
"Tetapi aku ingin bertemu dengan putriku. Bukankah kau pernah berjanji akan mempertemukanku dengan keluargaku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lieutenant General
RomancePekerjaan sebagai Analis Profil di FBI mengharuskan Athena untuk memahami perilaku manusia. Namun, Athena takut karena pekerjaannya, ia akan benar-benar dibuat jatuh cinta oleh seorang Letnan Jenderal bintang tiga karena ketika Athena sudah terjun d...