Cerita ini dalam proses editing. Nikmati selagi belum banyak yang berubah. SETIAP CHAPTER DALAM CERITA WAJIB DI BACA URUT! Yang ketahuan, maaf, TERPAKSA AKU BLOCK.
Playlist "My Lieutenant General" on Spotify :
1. Adagio In G Minor - HAUSER
2. I Will Find You - Audiomachine
Selamat menikmati bagian ini :)
***
"Jenderal? Apa kau baik-baik saja?"
Saat itu sudah malam hari ketika Grace memutuskan datang ke mansion Xavier dan Athena. Malam-malam, lelaki menghubunginya. Grace tidak tahu apapun tentang skenario Langit, tetapi ketika mendengarkan suara serak dan penuh permohonan tersirat di telepon, saat itu juga dia tahu bahwa sesuatu yang tidak semestinya telah terjadi.
"Di mana Athena?" Namun, ketika sampai, Grace tidak menemukan di mana Athena berada dan mansion itu terasa sepi, suram, dan ironi.
Xavier menggeleng, hampir lemah. "Dia pergi."
Pengumuman itu menyakitkan bagi Xavier. Grace mengerjap pada lelaki di depannya penuh arti. Sosok yang biasanya selalu bersemangat saat bekerja, kepemimpinan, dan kemampuannya yang sangat hebat, selalu visioner dan prediksinya yang selalu benar serta dibanggakan banyak orang, kini tertunduk dalam-dalam di sofa sementara ajudannya berdiri mendampingi. Kelelahan menggantung di bawah kelopak mata. Entah sudah berapa lama terjadi, Grace mendapati Xavier seperti itu.
Grace Joy meletakkan tas-tasnya dan mulai membuka layar laptop di meja ruang keluarga, seolah tahu apa yang akan dilakukan. Namun, dia menatap keputusasaan Xavier yang juga memedihkan hatinya. "Apa kau mau menceritakan apa yang terjadi, Jenderal? Apa yang harus aku lakukan?"
Semestinya itu pertanyaan Xavier saat hampir terpejam. Bibirnya hampir tak mampu karena penjelasan yang harus Xavier berikan itu adalah untuk membuktikan seberapa bodoh dan berdosa dirinya yang sesungguhnya. "Semalam, Athena melihatku bersama Dunai Katrina di kamar hotel."
"Oh, Tuhan—tidak mungkin." Detik itu juga Grace terkesiap, membekap mulutnya. "J—Jenderal.... Apa kau sudah menjelaskan semua padanya?"
Xavier tertawa sinis. Tangannya bergerak dan jarinya merentang lebar ke depan untuk melihat cincin pernikahannya yang baru disematkan kembali setelah Athena pergi. "Aku tidak bisa menjelaskannya lagi saat Athena tidak menemukan cincin di jariku. Aku sungguh bajingan. Bagaimana bisa seorang lelaki melupakan janji pernikahannya meskipun saat bekerja lalu berbuat seperti itu? Beritahu aku, Grace. Apakah ada bajingan seperti itu selain aku?"
Ketika itu Grace masih membekap mulutnya sembari menatap jemari Xavier. Dia menggeleng dan tampak sedih. "Jenderal, aku sungguh menyesal, tetapi jangan berkata seperti itu. Semua orang tahu kau tidak memiliki niat apapun dibalik keputusanmu."
Malam itu adalah waktu kesekian kalinya bagi Grace untuk menjadi saksi bagaimana Xavier tersiksa atas setiap kehilangannya. Hatinya terenyuh. Dengan seluruh keberadaan dan keahliannya, Grace memutuskan untuk menghidupkan laptop dan menggerakkan jemarinya di papan ketik. "Baiklah, aku akan membantumu mencarinya. Dia pasti pergi dan tidak membawa ponsel sekaligus barang-barangnya, bukan? Aku akan melacak keberadaan Athena melalui GPS mobilnya."
Keterdiaman Xavier dilakukan karena sebetulnya Grace tidak perlu penjelasan atau persetujuan. Kewarasan Xavier terkikis oleh wajah dan senyuman tulus Athena yang sangat dirindukan sejak mengecewakannya begitu parahnya. Xavier menoleh lagi, tersenyum sinis, "Kknapa kau masih ada di sini setelah aku mengatakan semuanya? Kau adalah sahabat baiknya, seharusnya kau memakiku dan pergi dari sini."

KAMU SEDANG MEMBACA
My Lieutenant General
RomancePekerjaan sebagai Analis Profil di FBI mengharuskan Athena untuk memahami perilaku manusia. Namun, Athena takut karena pekerjaannya, ia akan benar-benar dibuat jatuh cinta oleh seorang Letnan Jenderal bintang tiga karena ketika Athena sudah terjun d...