Playlist "My Lieutenant General" on Spotify :
1. All Our Endless Love (feat. Matt Berninger) - the bird and the bee
2. Je peux Entrende Ta Musique a Travers La porte - Tyufyakin Konstantin
***
Berdua, berpelukan.
Sepanjang malam Athena dan Xavier melakukannya meskipun tidak pernah mendapatkan kepuasan untuk menebus kerinduan-kerinduan itu. Waktu telah membuat mereka menunda terlalu lama untuk bertemu. Penantian dan pengorbanan mereka tidak setimpal dengan penyesalan dan rasa kehilangan. Langit terlalu banyak memberikan skenario-skenario yang tidak seorang pun pernah menduga. Seberapa keras mereka menyiapkan pertunjukan, jalan akhirnya selalu bergantung dari keputusan Langit.
Athena berhasil menjemput alam mimpi, terima kasih pada buaian Xavier yang menenangkan. Lelaki itu tidak tidak berhenti memberikan usapan lembut di bahu dan punggung Athena. Sesekali ia akan memastikan, apakah selimut menyelimuti dengan rapat dan tidak membiarkan angin membuatnya menggigil.
Mentari akhirnya benar-benar menyapa dan memberikan sinar hangat untuk menerangi rambut pirang yang Xavier sukai walaupun belum berkesempatan memberi kilauan pada mata biru yang indah. Gadis itu masih tertidur di pelukan Xavier sampai pagi dan membuat matahari menjadi iri, karena ada sosok lain yang memberikan kenyamanan padanya.
Waktu yang telah berlalu juga telah membuat mereka sibuk memikirkan masa depan dan detik waktu yang berada di depan mata akan berlalu seperti apa. Mata hijau Xavier terbuka dari tidurnya sekalipun tidak mendapatkan malam yang nyenyak. Sesekali ia terjaga di tengah malam hanya untuk memastikan bahwa seseorang yang berada di dalam pelukannya sungguh nyata. Keberadaan Athena jauh lebih berarti dari apapun.
Jam dinding menunjukkan pukul sembilan pagi ketika Xavier dapat melihat Profesor Gilbert dan beberapa perawat hendak memasuki ruangan, tetapi Cecilia, teman Athena mencegahnya. Dokter bergelar profesor yang telah merawat Athena sejak kecil itu mengangguk mengerti dan tersenyum tipis ketika melihat apa yang terjadi dari balik tirai, merasa lega bahwa Athena telah menemukan sandarannya.
Setelah kepergian Profesor Gilbert, mata hijau Xavier menunduk pada kekasih hatinya yang masih tertidur nyenyak. Namun, gigi gerahamnya terasa kencang ketika gaun rumah sakit Athena sedikit tersingkap dan memperlihatkan bahunya yang lebam membiru dengan banyak bekas tusukan jarum dan goresan panjang. Xavier bergegas membetulkan dengan kehati-hatian dan menahan amarahnya dari hembusan napas.
Sepanjang malam Xavier tidak berhenti menenangkan sarafnya yang pedih setiap kali mengingat Alessandro Savino. Kematiannya seolah tidak pernah cukup untuk menebus perbuatan yang kejam. Bahkan ketika membawa selimut sembari mencengkramnya untuk menyelimuti Athena dengan kehangatannya sendiri, Xavier merasa tidak pernah cukup.
Seandainya saja. Seandainya saja. Xavier akan selalu berandai-andai apabila ia tidak membiarkan skenario mereka terwujud atau apabila Xavier tidak pernah memiliki mimpi buruk, maka ia akan melangkah lebar untuk membawa Athena pulang sebelum sempat gadis itu bertemu dengan Alessandro Savino.
Perandaian itu tidak ada ujungnya, tetapi Xavier memiliki janji lain. Kepala Athena bergerak-gerak tidak nyaman pelan di antara lengan Xavier. Deru napasnya yang lembut menjadi berhembus cepat dan tersengal. Xavier mengusir untaian rambut yang barangkali mengganggu Athena dalam tidurnya dan menguraikan sedikit pelukan demi melihat dengan jelas apa yang sedang terjadi. Kedua alis gadis itu ternyata sedang bertaut dan telinga Xavier mendengar rintihan lirih. "Athena?"

KAMU SEDANG MEMBACA
My Lieutenant General
RomancePekerjaan sebagai Analis Profil di FBI mengharuskan Athena untuk memahami perilaku manusia. Namun, Athena takut karena pekerjaannya, ia akan benar-benar dibuat jatuh cinta oleh seorang Letnan Jenderal bintang tiga karena ketika Athena sudah terjun d...