BAB 30

519 57 7
                                    



Playlist "My Lieutenant General" on Spotify :

1. In The Thrill Of It All- Sam Smith

2. Saturn - Sleeping At Last


Enjoy!


***

Seandainya saja sepatu itu mengetuk di atas lantai, maka suaranya akan nyaring sekali. Derap langkah Athena di tanah camp yang gersang menghentak pasti lantaran emosinya bergemuruh di dalam hati. Ketika melangkah keluar dari tenda komando Jenderal Xavier, rasanya seperti berhasil keluar dari neraka. Lega sekali.

Jika Athena sempat berdebar kencang karena perasaan gugup, maka saat ini disebabkan karena luapan amarah. Jika pipinya sempat tersipu kemerahan, maka sekarang disebabkan karena menahan emosi yang luar biasa hebatnya. Ingin meledak begitu saja seperti granat. Telinganya masih terasa panas karena suara Jenderal Xavier terus menggemakan "Wanita lain."

Sepanjang langkah, Athena mendengus tidak percaya bahwa dirinya baru saja di banding-bandingkan dengan wanita lain. Hati dan perasaan yang terikat pada sosok lelaki itu, menjadi berdenyut-denyut sakit karena rupanya, Xavier Langdon menganggapnya berbeda. Seolah Athena tidak pernah memiliki tempat di sana.

Belum pernah ada laki-laki yang membandingkan dirinya dengan wanita lain. Bahkan mantan kekasihnya tidak pernah mengungkit masa lalu mereka di depan Athena. Namun Athena justru mendapatkan perasaan kesal tersebut dari lelaki yang memenuhi hatinya. Letnan Jenderal yang menyebalkan justru membandingkannya dengan wanita lain. Memperkuat kenyataan seolah Athena memang tidak bisa mendekati sosoknya yang diidamkan kalangan perempuan di bumi. Mempertegas, bahwa dirinya memang lebih pantas memendam perasaan dan memilih satu kesempatan saja.

Athena bukanlah seseorang yang mudah larut dalam emosi sesaat. Ketika ia berada di dalam kamar mandi, Athena melepas bajunya cepat dan segera mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Berharap, berdiri dibawah guyuran air dapat menenangkan emosinya sendiri dan air yang dingin itu menghapus segala kekecewaan dan amarah apabila tidak ingin tenaganya akan semakin terkuras dan penyakitnya kembali buas hanya karena Xavier Langdon. Athena bahkan tidak menemukan satu kata umpatan yang dapat mewakili semua umpatan di dunia untuk pantas disematkan di belakang nama Xavier Langdon.

Melewatkan makan malam dirasa keputusan yang paling tepat karena Athena ingin tidur lebih awal. Tenaganya sudah habis dan lagi-lagi penyebabnya adalah Xavier Langdon. Pagi-pagi ia telah memanggang kue untuk lelaki itu dan di penghujung hari ia justru dibuat kesal. Empat pil pahit sebagai rutinitas malam menutup kegiatannya sebelum tidur. Athena bahkan menambah dua pil lebih dari pada biasanya dengan harapan bisa tertidur nyenyak.

***

Kekesalan dan juga kekecewaan Athena terlupakan bersamaan dengan matahari yang bersinar di keesokan harinya. Athena menyantap sarapan dengan lahap. Pagi itu cukup cerah dan suasana hati Athena lebih baik dari pada sebelumnya karena ia tidak perlu berhadapan dengan Xavier Langdon. Sepanjang mengunyah makanan, di dalam hatinya tidak berhenti mengucap rasa syukur bahwa lelaki itu telah melakukan sarapannya lebih dulu.

Athena duduk bersebelahan dengan Reed ketika larut dalam lamunan. Temannya itu sedang meneguk minuman untuk mendorong semua makanan yang tersisa di kerongkongan. Matanya melirik jendela dengan pemandangan sibuk diluar sana. "Jam berapa Jenderal Xavier dan John pergi ke Bacalar?"

My Lieutenant GeneralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang