BAB 52

356 48 28
                                    

Cerita ini dalam proses editing. Nikmati selagi belum banyak yang berubah. CERITA WAJIB DI BACA URUT ! Yang ketahuan, maaf, TERPAKSA AKU BLOCK (MUTE). Lebih baik kalian silent readers daripada cerita yang aku tulis susah-susah ini dibaca acak.

Playlist "My Lieutenant General" on Spotify :

1. Writing's On The Wall - Sam Smith

2. The Path Of The Silence - Anne Sophie Versnaeyen (Repeat sampai akhir cerita)

[Athena butuh support dari kalian karena dia tidak tahu, apakah Langit akan berpihak padanya atau tidak....]

Semoga kalian menikmati bab ini.

***

Bumi selalu berotasi selama dua puluh empat jam. Satu hari. Manusia, hanya memiliki waktu dua puluh empat jam sebelum mereka bisa melihat cahaya mentari yang indah dan merasakan hangat sinarnya lalu memulai harinya yang baru. Sebelum manusia menghadapi kesempatan selanjutnya.

Waktu mungkin akan berjalan lambat namun terasa begitu cepat secara bersamaan. Tidak bisa diulang. Tidak bisa dipercepat. Diperlambat ataupun dihentikan. Tidak ada manusia yang memiliki kekuatan tersebut. Langit pun memberikan waktu selama dua puluh empat jam agar manusia bisa meresapi setiap detik waktu yang berlalu dalam hidupnya. Memaknai, arti kehidupan yang sudah diberikan untuknya. Menikmati, segala kenikmatan maupun kesakitan dari penyesalan dan juga skenario yang Langit berikan dalam dua puluh empat jam tersebut. Tidak semua orang menikmati dengan cara yang sama. Mungkin setiap manusia tidak bisa memaknai dua puluh empat jamnya dengan baik. Tetapi dua puluh empat jam bagi beberapa orang yang tidak dalam keadaan baik-baik saja, maknanya menjadi lebih dari sekedar kata 'berarti'.

Begitu juga aturan dua puluh empat jam bagi Athena. Dua puluh empat jamnya selama tiga belas hari terakhir berlalu begitu saja dan beberapa di antaranya tidak begitu indah. Namun dua puluh empat jam kali ini sangat 'berarti'. Segenap doa telah diucapkan oleh hati. Dengan harapan, dapat menuntunnya menuju hari esok yang memiliki sejuta arti. Sebab dua puluh empat jamnya menjadi batas waktu teraman sebelum darah Athena membasahi tanah karena ulah Alessandro Savino.

Begitu juga aturan Dua puluh empat jam bagi Xavier Langdon. Baginya terasa begitu konyol. Masa penantian tersebut sangat memuakkan. Begitu banyak perandaian di antara Dua puluh empat jam tersebut. Seandainya menjadi lebih cepat, seandainya menjadi lebih lambat. Seandainya.

Dada Xavier terasa penuh. Sesak oleh himpitan emosi keinginan menghukum Langit karena telah menciptakan aturan tersebut untuknya. Tetapi Dua puluh empat jam kali ini, hanya memiliki satu arti penting. Menyelamatkan Athena.

Semua menjadi baik-baik saja selama beberapa hari terakhir. Kemarin mereka masih menikmati angin semilir yang membuat nyaman. Biarpun mendapatkan hujan rintik-tintik, semua tak menjadi masalah. Sampai akhirnya mereka mendapatkan kejutan. Badai yang sebenarnya. Ketenangan bak samudra itu berubah 180 derajat menjadi malapetaka yang tak terelakkan. Mata Xavier sudah berkilat marah ketika pagi yang seharusnya terasa melegakan karena malam sebelumnya mereka berhasil menemukan chip Alessandro Savino, ia justru mendapatkan kejutan di sela-sela Dua puluh empat jamnya.

"Apa katamu?!"

Xavier berdiri dengan wajah memerah. Kedua tangan yang sejak dulu selalu terkepal, menjadi semakin terkepal keras dan memutih di setiap buku tangannya. Teramat siap menghancurkan dunia. Napas beratnya terus menderu kencang karena semua anggota timnya mengatakan hal yang serupa seperti Grace ketika memberitahunya untuk pertama kali di pagi buta.

My Lieutenant GeneralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang