BAB 32

544 60 19
                                    


[Cerita ini dalam proses editing. Nikmati ceritanya sebelum berubah banyak.]

CERITA WAJIB DI BACA URUT!!!!
(yg ketahuan terpaksa aku report. Maaf. Lebih baik kalian silent reader drpd cerita yg susah aku bikin ini dibaca gak urut.)

Playlist "My Lieutenant General" on Spotify :

1. The Moon - Glen Hansard, Marketa Irglova 

2. Love Is A Losing Game by Sam Smith"... and though I battle blind, Love is a fate resigned."  Relate sekali lagu ini sama Athena & Xavier. Tentang cinta, Takdir (Skenario) dan Tuhan (Langit).

Jangan lupa support dan dengarkan playlistnya ya!

***


Terluka, terancam nyawa, ditawan musuh, kehilangan salah satu anggota badan, dan berbagai macam kehilangan lainnya adalah resiko menjadi seorang prajurit.

Ketika bayi baru saja lahir ke dunia, kedua mata diciptakan untuk melihat dunia yang indah. Tuhan menciptakan langit untuk dikagumi dan disyukuri. Namun, menjadi seorang prajurit mengharuskan mereka menghadapi kekejaman dunia. Suka atau tidak suka. Takdir sudah tertulis jelas, tetapi tidak ada yang tahu bagaimana isi skenarionya. Sepatu bot yang melangkah untuk melawan sisi dunia yang kejam, saat itulah sebuah keyakinan sudah tersemat; keyakinan untuk siap kehilangan teman maupun kehilangan nyawa sendiri.

Untuk itulah tidak boleh ada penyesalan dan keraguan. Tidak boleh ada keyakinan apakah hari esok akan menjadi milik diri sendiri atau keraguan untuk melangkah maju. Hal-hal itu harus diterima dengan hati yang rela lantaran sudah terlanjur memilih.

Itulah yang dirasakan oleh Clara, Will, dan Kyle ketika mereka mendengar kabar bahwa John tidak baik-baik saja. Tepat satu hari sebelum memulai perang yang sebenarnya, mereka kembali ke kamp untuk menemui John sebelum terlambat. Tiga pasang kaki yang selalu melangkah penuh semangat itu bukan berlari kencang untuk melawan musuh, tetapi langkah mereka begitu sedih karena tujuannya adalah ruangan medis di mana teman mereka berada. Ketiganya itu bersyukur begitu mendapati John ternyata sudah siuman sebelum mereka tiba. Langit, berbaik hati memberi kesempatan untuk mereka.

"Apa yang terjadi, John?" Clara mengenggam tangan John dengan matanya yang sembab.

Sementara itu John melihat langit-langit ruangan medis lalu memejamkan mata. "Saat aku akan menurunkan Loko dan Andrea, Jenderal Xavier mendengar sebuah granat tangan dilemparkan. Lalu dia berlari—meredamnya dengan karung pasir. Jenderal Xavier mempertaruhkan nyawanya sendiri dengan menggunakan tubuhnya sebagai perisai lalu menarikku menjauh. Kami tidak sempat menyelamatkan Loko dan Andrea, karena mereka lebih dekat dengan granat.

"Setelah itu, ketika aku mencoba menghampiri tubuh Loko dan Andrea, Jenderal Xavier menarikku kembali agar menjauh, tetapi aku tidak mendengar seruannya. Saat itulah bom yang kedua meledak. Letaknya di bawah truk yang terparkir tidak jauh dari tempatku berdiri. Jenderal Xavier sudah berlari hampir meraihku, tapi aku sudah terlempar lebih dulu sebelum dirinya. Bila saat itu Jenderal Xavier tidak meredam bom yang pertama dan tidak menggunakan tubuhnya untuk melindungiku, mungkin tubuhku sudah tercerai berai seperti Loko dan Andrea. Aku bahkan tidak akan selamat dari ledakan bom yang kedua."

Marcus telah mendengar kisah itu sebelum Clara dan yang lainnya datang, tetapi saat mendengarnya lagi dia tetap menatap penuh haru. Kyle selanjutnya memeluk John dan Will mengusap kepalanya. Grace menyaksikan dengan menahan air matanya saat melihat Will yang tampak tegar dan selalu membuat orang disekitarnya tertawa kini tampak murung.

My Lieutenant GeneralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang