BAB 94

219 27 7
                                    

Cerita ini dalam proses editing. Nikmati selagi belum banyak yang berubah. SETIAP CHAPTER DALAM CERITA WAJIB DI BACA URUT! Yang ketahuan, maaf, TERPAKSA AKU BLOCK.

Playlist "My Lieutenant General" on Spotify :

1. The Path Of Silence - Anne Sophie Versnaeyen

2. Adagio In G Minor - Tomaso Albinoni, Chamber Orchestra Of Miemo

***

Waktu yang berjalan adalah sebagai bentuk pertunjukan dan wujud nyata dari skenario Langit.

Athena dan Xavier hanya bisa berharap bahwa mereka telah melakukan segalanya sebaik mungkin sedangkan entah kejutan apa yang akan mereka hadapi di menit selanjutnya, atau di esok harinya. Hanya bisa berperan, tanpa mengetahui apa saja yang akan terjadi. Skenario dan berbagai macam kejutannya, memang tidak ada yang tahu. Terkadang menyenangkan, meski seringkali mengejutkan dan menyakitkan. Namun apabila mendapatkan satu saja kejutan menyakitkan, rasanya akan teramat sakit. Tidak bisa dielak maupun disangkal sama sekali.

Ada atau tidak ada belas kasihan, tetap harus melaluinya.

Nama yang Grace sebutkan, tiba di pendengaran Athena melalui udara ketegangan di ruangan diskusi Pentagon yang tak besar. Tubuhnya mematung. Leher yang masih memiliki bekas luka akibat dari skenario tak terduga dan salah satu skenario menyakitkan atas apa yang terjadi setelahnya, berdenyut keras. Mata Athena bergetar dan napasnya menjadi tersengal. Sakit dan tercekik oleh masa lalu.

Grace sedang menatap Athena lurus ketika dia menyebutkan nama Frent. Kini semua orang juga menatapnya, penuh empati. Tangan Xavier yang sejak tadi bertengger di bahu Athena yang lemas, kini terasa semakin erat dan lelaki itu memutar tubuh Athena agar menghadapnya. Xavier menatap gadis itu dengan cemas, sorotnya begitu dalam.

"Athena...."

Panggilan Xavier menyadarkan Athena tetapi gadis itu tetap tidak menemukan cara untuk membuka bibir yang terkatup. Tubuhnya hanya bisa gemetar, Athena ingin meraih tangan Xavier dan menggenggamnya erat untuk memperoleh kekuatan tetapi ia tak cukup mampu untuk melakukannya. Dahi Xavier pun berkerut samar, lelaki itu sepertinya tahu bahwa dirinya sedang terkejut bukan main. Sebelah tangannya yang lebar dan hangat , menyentuh sisi wajah Athena dan mengusap lembut.

"Apa kau baik-baik saja?"

Semua orang tahu apa jawaban sebenarnya dari kalimat Xavier. Athena tidak perlu menjawabnya karena seluruh ekspresi dan sikap tubuhnya sudah lebih dari cukup untuk menjelaskan bahwa dirinya tidak baik-baik saja. Grace pun terlihat bingung hendak melakukan apa, dia ingin melanjutkan kalimatnya sedangkan di sisi lain temannya sedang berhadapan dengan trauma dan berwajah pucat. Ketegangan antara John dan Clara juga sedang terjadi. John masih ingat apa yang sebenarnya terjadi di Detroit dan Clara ikut terkejut meski dia tidak memiliki peran dalam skenario mengejutkan itu.

"Aku baik-baik saja." Wajah Athena berpaling, kepalanya mengangguk dengan terpaksa.

Xavier hampir sama terkejutnya tetapi kewarasan memanggil begitu kencang. Ia lalu menatap Grace dan Reed yang sudah siap terhadap segala penemuan mereka.

"Apa kau yakin Frent orangnya?"

Grace yang mengangguk pasti, sudah cukup membuat detak jantung Athena berdegup semakin kencang.

Setelah itu Grace saling melempar lirikan dengan Reed. Pemuda itu lalu menghela napas sejenak sambil melirik Athena, "Aku belum menyelesaikan penjelasanku... bahwa pemilihan Markas Detroit sebagai alamat pengiriman sepertinya sengaja dilakukan agar kau menyadarinya, Jenderal. Dia mencoba mengingatkanmu apa arti Detroit. Yaitu sebuah masa lalu, teror, dan apa arti keberadaan Athena sesungguhnya bagimu. Apa kau ingat kalau Frent Mills pernah memberimu sebuah teror melalui surat?"

My Lieutenant GeneralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang