Kehidupan manusia di dunia ini bermusim. Tak selalu hangat, terkadang badai juga akan datang menerpa.
Berputar bagikan roda. Tak terus menerus di atas, sewaktu-waktu juga akan jatuh ke bawah.
Seandainya dia tahu hidupnya yang dulu hangat akan diterpa badai. Yang dulunya di atas tiba-tiba jatuh tanpa terkendali, tentu dia akan memilih untuk menghentikan waktu agar tak terus bergulir.
Perempuan itu kini tengah berlutut di dekat pusara dalam keadaan berlinang air mata. Karangan bunga ucapan duka cita serta bunga-bunga segar yang memenuhi area pemakaman seakan mengantar kepergian Ayahnya menuju tempat peristirahatan terakhir.
Hal yang paling dia takutkan di dalam hidupnya benar-benar terjadi. Dia kehilangan pahlawan. Sosok yang selalu memenuhi kebutuhan finansialnya, figur yang telah membantu mendongkrak namanya di dunia entertainer demi mewujudkan mimpinya sedari kecil menjadi seorang selebriti papan atas, serta seseorang yang akan berubah menyeramkan apabila putri kesayangannya disakiti.
Ayahnya adalah satu-satunya orang yang bersedia memberikan kasih sayang tanpa menuntut balasan apapun hingga napas terakhirnya.
Hidup sebatang kara tidak pernah menjadi keinginan setiap insan di muka bumi ini. Satu-satunya jalan keluar yang ada dipikirannya hanyalah mati. Akan tetapi ucapan terakhir Ayahnya seolah memberinya peringatan.
"Apapun yang terjadi selanjutnya, jangan pernah menyerah untuk berjuang melawan kerasnya kehidupan. Percayalah rencana Tuhan akan selalu lebih besar dari rencana manusia. Kau adalah putri kecil Ayah yang cantik dan membanggakan. Masih ada banyak hal indah yang harus kau nimkati di dalam hidup ini. Berjanjilah kepada Ayah untuk selalu berbahagia."
Tangisnya pecah mengingat kenangan terakhir yang mereka buat beberapa hari lalu. Tak disangka-sangka pula akan menjadi yang terakhir. Dalam benaknya dia bertanya-tanya. Bagaimana jika dia tidak bisa memenuhi pesan terakhirnya Sang Ayah untuk selalu berbahagia saat dia kehilangan penopang untuk terus bergerak maju?
Entah sudah berapa lama dia berdiam diri disana. Termenung dalam kesedihan hingga air matanya terasa kering. Dia bangkit sembari menghusap pusara Ayahnya—memberi ciuman terakhir sebelum meninggalkannya.
Memutar tubuh, dia dikejutkan dengan kehadiran seorang pria beberapa kaki di belakangnya. Berdiri dengan kedua tangan tersimpan di dalam saku celana. Netra hijau terang langka itu menubruknya santun. Membuat keduanya bersitatap dalam diam untuk beberapa saat.
Mengapa dia memerhatikanku seperti itu?
Keadaan makam sore hari itu sangat sepi. Tak ada orang lain selain dirinya dan pria bersetelan formal serba hitam itu. Barang kali dia pikir pria itu hendak mendatangi pusara kerabatnya tetapi saat pria itu mencoba menghalau langkah kakinya dengan tubuh yang menjulang tinggi, dia semakin yakin bahwa tujuan pria itu adalah untuk menemuinya.
"Berhentilah menangis."
Bariton berat nan serak itu terdengar sangat sopan menyapa telinganya. Namun sayang suasana hatinya sedang tidak baik untuk meladeni seseorang yang mencoba melakukan modus disaat suasana tengah berkabung.
"Kau menghalangi jalanku. Minggir!" Titahnya sama sekali tidak ramah.
Pria itu masih enggan beranjak dari posisinya. Tidak juga mengalihkan pandangan, lamat-lamat masih memperhatikannya dalam diam. Apa yang dia katakan bagaikan angin lalu. Dan hal itu semakin membuatnya naik pitam.
"Ck! Siapa kau sebeneranya? Aku tidak merasa pernah mengenalmu."
"Aku calon suamimu."
Dahinya mengernyit dalam waktu singkat. Dia tergelak. Calon suami? Dia tahu ada begitu banyak penggemar yang bermimpi untuk menikahinya. Begitu banyak juga hati pria yang dia patahkan karena enggan berkomitmen. Tetapi, dia sama sekali tak menyangka akan ada seseorang seberani pria di hadapanannya dalam menyuarakan halusinasi.
***
𝐻𝒶𝓅𝓅𝒾𝑒𝓇 𝒯𝒽𝒶𝓃 𝐸𝓋𝑒𝓇
Bagaimana tanggapan kalian mengenai prologue?
Ini akan jadi cerita pertamaku about married life, sekaligus cerita pertamaku membangun tokoh dengan usia dan karakter yang berbeda jauh. I hope you like it.
Siapa yang udah tambah ke perpustakaan atau daftar bacaan? Acungkan tangan☝🏻
VOTE & COMMENTS
Sampai jumpa di Chapter satu yang akan aku publish setelah book SOB tamat.
Thank you - V
KAMU SEDANG MEMBACA
Happier Than Ever
RomanceKisah tentang kehidupan yang bermusim, tak selalu hangat, terkadang badai juga datang. Berputar bagaikan roda, tak terus menerus di atas, sewaktu-waktu juga akan jatuh ke bawah. Begitulah Veronica Estella mendeskripsikan kehidupannya. Setelah Ayahny...