Chapter 53

1.8K 187 320
                                    

Satu minggu sudah berlalu dan rumah itu mengantarkan rasa nyaman untuk keduanya. Selain unsur kemewahan yang ada disana, Veronica juga menyukai fakta dimana mereka hanya tinggal berdua tanpa adanya orang lain.

Xeron memutuskan untuk tidak memperkerjakan asisten rumah tangga atas perintah Veronica. Diganti dengan seorang helper yang akan datang setiap akhir pekan untuk membersihkan rumah. Selebihnya, mereka berdualah yang mengatur.

Di minggu pagi, Xeron mengajak Veronica untuk jogging bersama di sebuah taman yang lokasinya tidak jauh dari rumah mereka. Kegiatan lari pagi semacam ini menjadi sesuatu yang langka mengingat betapa sibuknya mereka.

Walaupun sedikit malas bangun pagi karena semalam dia harus pulang larut untuk menyelesaikan kegiatan syuting, Veronica pun akhirnya menyetujui ajakan Xeron dengan alasan kapan lagi bisa quality time bersama Xeron Alexander.

"Pelan-pelan, Xeron." Veronica memegangi lututnya dan sedikit membungkuk. Tetesan keringatnya berjatuhan.

Xeron yang semula sudah berada cukup jauh di depan pun akhirnya berbalik. Pria itu berlutut di depan Veronica. Mengikat sebelah tali sepatu Veronica yang terlepas tanpa dia sadari.

Hal-hal sekecil itu tidak luput dari perhatian Xeron. Tentu saja hal itu membuat Veronica bersemu merah. Dia merasa sangat diperhatikan.

"Kalau jatuh karena menginjak tali sepatu sendiri bagaimana?" Omel Xeron.

"Aku bahkan tidak tahu jika tali sepatuku lepas. Lagi pula aku kan punya superhero yang bisa menolongku."

Kemudian Xeron bangkit berdiri setelah memastikan kedua tali sepatu Veronica terikat dengan kuat.

"Dan ditertawakan oleh orang-orang di sekitar?"

Veronica langsung toleh kanan-kiri. Ternyata mereka sedang jadi pusat perhatian. Mungkin beberapa diantara mereka mengenali sosok Veronica Estella atau mungkin juga terpana melihat adengan romantis yang baru saja Xeron lakoni.

Tatapan was-was Veronica menerawang ke sekitar, "Aku berani bertaruh, mereka sedang berdoa di dalam hati agar memiliki suami sepertimu."

"Aku tidak akan jadi suami siapa-siapa lagi selain dirimu. Ayo, kita lanjut lari!" Xeron menarik pergelangan tangan Veronica.

Langkah kaki Xeron terlalu besar dan terkesan tergesa-gesa. Veronica jadi sulit mengimbangi. Dia merasa seperti anjing peliharaan yang sedang diseret-seret oleh majikannya.

"Xeron, aku sudah tidak kuat lagi. Bagaimana jika kita istirahat sebentar?"

"Istirahatnya disana saja." Xeron menunjuk tempat yang lebih sepi pengunjung dan itu lumayan jauh. Veronica jamin napasnya sudah putus duluan sebelumnya sampai disana. "Sedikit lagi, sayang."

Veronica menggelengkan kepalanya. "Aku menyerah. Kakiku sudah tidak kuat untuk berlari."

Kemudian Xeron membungkuk di depannya. Menawarkan punggungnya untuk dinaiki. Veronica yakin disini tidak hanya dia yang merasa lelah. Jadi mana mungkin Xeron kuat menggendongnya sampai tempat tujuan.

"Naiklah. Tidak apa-apa. Aku kan kuat."

"Oke, Hulk!"

Akhirnya Veronica pun naik ke atas punggung Xeron. Dia bergelayutan disana. Sesekali menyembunyikan wajahnya pada bahu lebar Xeron. Walaupun berkeringat dan basah, Xeron tetap saja wangi. Veronica juga heran. Bagaimana bisa?

Setelah diturunkan di bangku taman, Veronica pun duduk disana sambil meregangkan otot kakinya. Sedangkan Xeron pergi untuk membeli air mineral karena Veronica terus mengeluh jika dia bisa mati di tempat akibat dehidrasi.

Happier Than EverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang