Chapter 62

1.5K 167 174
                                    

w a r n i n g 🔞

Tidak ada pelukan hangat yang biasanya akan selalu membungkus tubuhnya agar tak kedinginan di setiap malam. Veronica mengerjapkan mata yang masih sangat mengantuk itu secara perlahan-lahan. Tempat tidur di sebelahnya kosong. Xeron tidak ada.

"Xeron." Panggilnya dengan suara lemah khas bangun tidur. Tidak ada sahutan membuat Veronica memanggil lebih keras, "Sayang dimana?"

Dengan menggunakam sandal bulu agar telapak kakinya tidak kedinginan, Veronica pun membuka pintu kamar mandi. Nyatanya pintu itu tak terkunci yang artinya Xeron tidak ada di dalam.

Suara gemericik terdengar dari arah jendela balkon. Tirainya berterbangan tertiup angin. Jendela tidak tertutup padahal Veronica ingat sudah menutupnya sebelum tidur.

Veronica menopang dagunya pada pembatas balkon. Mengamati pemandangan kolam renang di bawah sana. Xeron baru saja menceburkan dirinya—entah sudah untuk yang keberapa kali—menghilang di balik air berwarna biru.

Berenang di jam satu lewat lima dini hari. Xeron ingin cari penyakit ya!

Mengambil jubah tidur, Veronica pun melangkah turun sambil menggunakan benda itu untuk menutup gaun malam menerawang yang dia kenakan. Tak lupa, dia juga membawa handuk untuk Xeron.

Xeron masih berada di bawah air saat Veronica menemukan botol wine—yang hampir habis—berdiri di pinggir kolam renang. Dia melepaskan sandal bulunya. Mengambil botol wine tersebut sambil memasukan kakinya ke dasar. Dia sudah tidak peduli bagaimana dinginnya air kolam saat menyentuh telapak kakinya. Yang dia ingin tahu, alasan mengapa Xeron bisa uring-uringan begini.

"Veronica." Mata Xeron memerah saat bertemu dengan mata Veronica. Mungkin efek tekena air kolam. "Apa yang kau lakukan di—"

"Seharusnya aku yang bertanya, apa yang kau pikirkan hingga memutuskan berenang di jam satu dini hari dan meninggalkanku tidur sendirian?" Kemudian Veronica mengangkat botol wine di tangannya. "Kau membutuhkan alkohol hanya saat kau merasa tidak baik-baik saja. Jadi ada apa ini, sayang?"

Xeron menyentuh lutut Veronica kemudian meletakan dagunya di atas sana sembari menatap Veronica lamat-lamat. "Aku tidak bisa tidur."

"Ada sesuatu yang sedang mengganggumu sampai kau tidak bisa tidur?" Veronica menarik dagu Xeron saat dia hendak berpaling. "Matamu tidak bisa berbohong, Xeron."

Keterdiamam Xeron membuat Veronica geram sendiri. Dia bangkit dan melepas jubah tidurnya. Angin langsung meniup gaun malamnya dan tidak lagi peduli pada tubuhnya yang mungkin akan mengigil setelah mengikuti ide yang ada di otaknya.

"Jangan turun. Dingin, sayang." Kata Xeron.

Tak menghiraukan ucapan Xeron, Veronica pun langsung menyeburkan dirinya. Xeron dengan sigap menangkap pinggang gadis itu dan membawa tubuh Veronica masuk ke dalam dekapannya. Giginya mulai bergemeluk.

"Sudah aku bilang dingin. Bandel."

Veronica melepaskan tangan Xeron dari tubuhnya. Mencoba menyesuaikan diri dengan suhu air kolam. Veronica pun menyelam, sengaja menggerakan kakinya terlalu keras agar percikan air mengenai wajah Xeron. Dia sampai pada ujung kolam dalam waktu singkat.

"Tidak terlalu dingin."

"Kita selesai. Ayo kembali ke kamar."

"Tidak mau."

Kembali menyelam, Xeron pun berenang dengan cepat untuk menghampiri Veronica. Belum sempat Veronica berkelit, pinggangnya sudah dulu di dekap di bawah air. "Mau kabur kemana?"

Happier Than EverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang