"Apa yang ingin Ayah bicarakan padaku?"
"Kita santai dulu. Kau bisa meminum kopimu. Mumpung masih hangat." Ayah menyeruput kopinya yang baru saja diantarkan oleh seorang helper.
Mereka berbicara di teras belakang rumah pada pukul sepuluh malam. Ibu sudah tidur sebelum Xeron datang. Jarum jam yang terus bergerak pada arlojinya membuat Xeron kehilangan waktu lebih lama untuk pulang.
"Kita langsung saja. Aku tidak ingin membuat Veronica menunggu lama."
"Kau tipe suami yang takut Istri."
"Veronica sedang hamil dan aku sudah meninggalkannya terlalu lama hari ini. Jadi apa yang ingin kau bicarakan?"
Ayah meletakan kembali cangkirnya di atas meja, "Aku ingin menjemput Leah pulang. Dia sudah hampir satu tahun berada di Yayasan itu. Aku tahu, apa yang dia dapatkan disana sangat membantunya untuk sembuh. Tapi Leah juga tidak bisa terus menerus mendekam disana dan tidak bisa menghirup udara bebas bukan? Aku ingin meminta bantuanmu untuk berbicara dengan Alicia. Aku sudah mencoba membicarakan ini beberapa kali tapi Alicia selalu berkata bahwa lebih baik Leah tinggal disana sampai dia benar-benar pulih."
"Mama Alicia pasti tahu apa yang terbaik untuk Leah. Kita tidak harus terburu-buru."
"Tapi Ayah merindukan dia berada di rumah ini. Kami jarang memiliki waktu bersama. Sejak kecil aku selalu mengabaikannya. Aku memiliki kesibukan yang cukup padat sehingga tidak bisa setiap hari datang ke Yayasan untuk menengoknya. Setidaknya jika dia ada di rumah ini, aku bisa mengunjungi kamarnya setelah aku pulang bekerja dan memastikan bahwa dia sudah tidur dengan lelap atau aku bisa mengajaknya pergi ke tempat-tempat yang dia sukai untuk membuat sebuah kenangan yang akan terkenang indah di ingatannya."
Pria tua dengan beberapa rambutnya yang sudah memutih itu menepuk bahu Xeron, "Waktu terus bergulir, aku hanya takut tidak memiliki kesempatan untuk memperbaiki hubungan bersama Putriku."
Ada pertimbangan besar di dalam benak Xeron.
Disatu sisi dia merasa iba terhadap Ayah. Bahwa Ayah memang pantas diberi waktu dan kesempatan untuk memperbaiki hubungan bersama Putrinya. Begitu pun dengan Leah, dia juga berhak mendapatkan kasih sayang dari Ayah walau semuanya terasa sudah terlambat.
Tapi disisi lain, Xeron juga takut kondisi Leah justru semakin memburuk jika tidak diawasi oleh ahlinya. Terlebih lagi Xeron tahu Leah masih mengharapkannya walau perempuan itu pernah berkata akan merenima hubungan persuadraan mereka. Dan lagi, berita tentang kehamilan Veronica yang sengaja semua orang tutupi darinya agar kondisi kejiwaannya tetap stabil. Xeron takut jika Leah keluar, dia akan mengetahui kabar itu dengan sendirinya.
"Sebentar lagi kau akan menjadi seorang Ayah. Kau bisa membayangkan bagaimana perasaanmu jika harus hidup berjauhan dengan Putrimu ditengah-tengah rasa bersalah yang belum juga terobati. Aku tahu kau pasti mengerti bagaimana perasaanku, Xeron."
"Baik." Xeron menghela napas panjang. "Aku akan coba berbicara dengan Mama Alicia."
"Terima kasih."
Ayah mengulurkan tangan dengan wajah sumringah. Xeron pun langsung menjabatnya.
"Sebenarnya aku merasa iri padamu."
"Ya?"
"Kau bisa menjadi Suami dan Ayah yang baik untuk Istri dan Calon Anakmu. Kau selalu menjaga mereka dengan baik dan penuh kasih sayang. Sangat berbeda dengan apa yang aku lakukan dulu saat Leah masih berada di dalam perut Ibunya."
"Aku belajar dari banyak cerita yang aku dapatkan dari orang-orang di sekitarku. Aku bukan anak yang beruntung dan aku tidak ingin anakku juga merasakan hal sama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Happier Than Ever
RomansaKisah tentang kehidupan yang bermusim, tak selalu hangat, terkadang badai juga datang. Berputar bagaikan roda, tak terus menerus di atas, sewaktu-waktu juga akan jatuh ke bawah. Begitulah Veronica Estella mendeskripsikan kehidupannya. Setelah Ayahny...