Tidak ada tidur nyenyak semalam, Xeron terlelap pada pukul empat dini hari dan bangun pada pukul enam. Masih dengan posisi sama—memeluk tubuh Veronica yang bersandar di dadanya.
Xeron memindahkan kepala Veronica dengan hati-hati. Kala Veronica terusik, Xeron buru-buru menghusap puncak kepalanya seperti menenangkan bayi baru lahir. Menopang kepala dengan satu tangan, Xeron pun memperhatikan kecantikan Veronica yang tidak luntur bahkan ketika mulutnya sedikit terbuka saking lelapnya.
"Aku takut." Katanya, seolah-olah Veronica bisa mendengar keluh kesah yang mengganggunya sepanjang malam. "Aku benar-benar takut kehilangan kesempatan ini. Melihat wajahmu pertama kali saat aku membuka mata atau diam-diam memperhatikanmu saat kau sedang tidur."
Telunjuk Xeron berada di dahi Veronica, turun mengikuti bentuk hidungnya yang runcing.
"Aku berharap apa yang mereka katakan itu tidak benar."
Gerak telunjuknya turun menuju bibir dan berhenti tepat di dagu Veronica. Perasaan tak tenang mulai melandanya, lagi. Bagaimana jika semua itu benar?
"Benar atau pun salah, itu tidak akan mengubah segalanya. Tidak akan pernah ada yang berubah diantara kita."
Xeron meyakinkan dirinya sambil mengamati wajah gadis yang dia cintai itu lekat-lekat.
"Rumah tangga kita akan baik-baik saja. Masalah keluarga kita pasti akan surut. Kita akan memiliki seorang anak karena kau sudah menyiapkan diri untuk menjadi seorang Ibu. Dan, tidak ada satu pun hal yang bisa menghancurkan semua itu termasuk...masa laluku."
Xeron mengecup dahi Veronica. Untuk semakin menguatkan diri bahwa semuanya akan berjalan baik-baik saja. Seharusnya tidak ada kekhawatiran berlebihan yang perlu dia rasakan saat dia tahu rasa cintanya terhadap Veronica sama besarnya terhadap rasa cinta Veronica padanya.
***
Semua mulai berjalan membaik. Xeron sudah kembali melakukan aktivitas seperti biasanya. Setidaknya melihat Xeron menjadi workaholic jauh lebih baik dibandingkan dia harus melihat Xeron melamun meratapi kesedihannya.
Hubungan Xeron dan orang tuanya masih kambang. Terakhir kali mereka bertemu adalah pada malam hari di Yayasan Kesehatan Mental milik Dokter Alicia. Xeron juga tidak banyak bicara mengenai masalah keluarganya lagi. Dia selalu bilang semua akan membaik seiring berjalannya waktu.
Dan Leah, belakangan ini dia jauh lebih tenang. Tidak banyak hal mengganggu yang dia lakukan di Yayasan. Dia melakukan terapi dengan baik setiap harinya. Begitu kata Dokter Alicia.
"Kau ingat tanggal terakhir menstruasiku?"
Setelah kegiatan hari ini berakhir, Veronica memutuskan untuk berkunjung ke rumah Amanda karena syutingnya berakhir lewat awal dimana artinya jika dia pulang ke rumah, dia tidak akan menemukan Xeron disana karena belum pulang bekerja.
"Yang menstruasi kau. Kenapa yang ditanya aku?"
Veronica melangkah menuju kalender yang terpajang di dinding dekat dapur. Kecerobohannya sebagai seorang perempuan adalah tidak pernah ingat tanggal menstruasi terakhir karena tanggal menstruasinya tidak teratur tiap bulan.
"Ini sudah akhir bulan. Apakah bulan ini kau sudah menstruasi?"
Pertanyaan yang seharusnya mudah untuk dijawab itu membuat Veronica memutar otak, harus kembali mengingat-ingat.
"Belum. Sepertinya bulan lalu aku mendapat tamu bulanan pada tanggal belasan dan bulan ini nyaris berakhir namun aku belum juga mendapatkannya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Happier Than Ever
RomanceKisah tentang kehidupan yang bermusim, tak selalu hangat, terkadang badai juga datang. Berputar bagaikan roda, tak terus menerus di atas, sewaktu-waktu juga akan jatuh ke bawah. Begitulah Veronica Estella mendeskripsikan kehidupannya. Setelah Ayahny...