"Harus dengan cara apa aku berterima kasih padamu, Xeron?"
Siang hari itu, Dokter Alicia meminta waktu Xeron sebentar untuk menemuinya di Yayasan. Mereka berakhir dengan minum kopi bersama di ruang pribadi Dokter Alicia sambil membahas prihal Veronica.
"Sama-sama. Aku tidak ingin apapun. Aku hanya ingin melihat Veronica-ku bahagia. Itu sudah sangat cukup untukku." Balas Xeron meletakan cangkir kopinya di atas meja.
"Aku senang Putriku berada ditangan orang yang tepat. Terima kasih sudah menjaganya setelah Robbie tiada. Terima kasih sudah menjadi pelipur lara ketika dia selalu merasa sebatang kara. Dan, terima kasih sudah membuat Veronica mau menerimaku sebagai Mamanya. Aku tidak tahu lagi harus dengan cara apa membalas semua kebaikanmu, Xeron."
Xeron mengangguk dan melempar senyum. "Jadi apakah sekarang aku sudah boleh memanggilmu Mama Alicia?"
"Tentu saja." Dokter Alicia mengulurkan tangan untuk memeluk Xeron. "Oh ya, aku lupa menceritakan ini padamu, tapi kemarin tiba-tiba Veronica memberiku pertanyaan yang cukup mengejutkan."
"Apa itu?"
"Dia bertanya, 'Apa Mama mau menjadi seorang Nenek di usia yang masih sangat muda?'"
Xeron tampak sangat terkejut. "Veronica menanyakan hal itu, sungguh?"
"Sungguh. Aku berkata siap. Bukankah akan sangat menyenangkan jika aku diberi dua malaikat sekaligus—Putriku dan seorang cucu. Aku akan merawatnya dengan baik karena dulu aku tidak bisa melakukan itu pada Veronica kecilku. Astaga, aku jadi tidak sabar. Veronica bilang kau menginginkan anak perempuan, apa itu benar?"
Masih dengan air muka terkejut, Xeron pun menganggukan kepalanya sedikit malu-malu karena selama ini tidak banyak orang tahu mengenai keinginannya memiliki seorang anak perempuan.
"Aku masih menunggu Veronica siap."
"Dia bilang padaku bahwa dia sudah siap asal aku mau membantunya mengganti popok bayi."
Lagi-lagi Xeron melongo dibuatnya.
"Jadi apakah aku akan mendapatkan cucu dalam waktu dekat?"
Suara pintu yang terbuka seketika membuat dua orang itu menolehkan kepalanya dengan cepat. Leah berdiri di ambang pintu dengan tatapan waspada. "Apa maksud dari semua yang aku dengar baru saja?"
Dokter Alicia adalah orang pertama yang bangkit menghampiri Leah untuk diajak duduk bersama-sama disana.
"Aku butuh penjelasan, apa maksud pembicaraan kalian? Mengapa kau menyebut Veronica sebagai Putrimu? Dan, apa maksud dari cucu—" Tatapan Leah berpindah pada Xeron yang mematung di tempat duduknya. "Xeron, kau ingin memiliki anak dengan gadis itu?"
"Leah," Dokter Alicia duduk di sebelah Leah sembari menghusap pundaknya yang bergetar. "Aku tidak akan menjelaskan apapun padamu jika kau tidak bisa tenang."
"Bagaimana aku bisa tenang, Dok. Kau menyebut gadis itu sebagai Putrimu saat kau berjanji bahwa kau hanya akan menganggap aku sebagai satu-satunya Putrimu yang kau sudah mati itu. Setelah berhasil merebut Xeron dariku, apakah dia juga ingin merebut kasih sayangmu dariku?"
Leah menundukan kepalanya dan mulai terisak. Ada jejak luka yang tertinggal disana. Ketakutannya akan kesendirian dan rasa sakit. Berbagai janji manis yang orang-orang di sekitarnya ucapkan tapi tidak benar-benar mereka tepati. Leah merasa semua orang sudah mengkhiantinya semenjak Veronica hadir.
"Kenapa gadis itu selalu ingin mengambil apa yang aku punya?" Leah meninggikan suaranya, "Sampai saat ini aku bahkan masih belum bisa mengikhlaskan Xeron untuknya. Dia ingin mengambil semuanya dari. Posisiku, kebahagiaanku, dia menginginkan semuanya. Dia benar-benar jahat!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Happier Than Ever
RomansaKisah tentang kehidupan yang bermusim, tak selalu hangat, terkadang badai juga datang. Berputar bagaikan roda, tak terus menerus di atas, sewaktu-waktu juga akan jatuh ke bawah. Begitulah Veronica Estella mendeskripsikan kehidupannya. Setelah Ayahny...