Chapter 60

1.6K 182 227
                                    

Tentunya Veronica tidak puas hanya sampai disana. Setelah menarik dan mengeluarkan napas beberapa kali, Veronica pun memasang senyum. Seolah-olah dia tidak terganggu dengan ucapan Leah baru saja. Dia harus bisa mengontrol emosi dengan baik, dia pasti bisa menghadapi Leah sekalipun keriput di wajahnya akan muncul.

"Sepertinya masih banyak hal yang kau pendam seorang diri. Apakah kau butuh teman bicara?"

"Jangan berlagak seperti seorang psikiater. Kau bukan Dokter Alicia. Kau bukan siapa-siapa."

"Kalau begitu kau bisa menganggapku teman."

"Teman?" Leah terkekeh pelan. "Tidak pernah ada yang namanya teman. Orang-orang yang disebut teman hanya berdatangan saat mereka butuh dan hilang saat mereka dibutuhkan."

"Baiklah. Bagaimana dengan adik ipar?"

Leah berdecak. Kata adik ipar sepertinya terlalu sensitif diucapkan untuk saat ini. "Jangan banyak basa-basi. Sebenarnya apa tujuanmu datang kemari?"

"Aku ingin menjadi teman, adik ipar, atau apapun itu—aku bisa mendengarkan seluruh ceritamu. Kau tidak harus memendam semua itu sendirian dan menjadi seperti ini, Leah."

"Aku tidak butuh belas kasihanmu. Jangan sok menjadi pahlawan untuk membuat Xeron terkesima padamu."

Kesabaran manusia ada batasnya tapi Veronica berharap kalimat itu tidak berlaku untuk saat ini. Sabar. Tenang. Bukan kah dia datang untuk mendapatkan hasil?

Leah duduk pada kursi dan mengambil kuas untuk melanjutkan lukisannya. Paras Leah sangat cantik. Kulitnya putih walau sedikit pucat, rambut pirangnya panjang tergerai hingga punggung, dan bola matanya berwarna biru seperti samudra.

Apakah sulit bagi perempuan secantik Leah untuk mendapatkan pria lain selain Xeron? Jawabannya tentu saja tidak tapi perempuan itulah yang menutup rapat hatinya. Dia enggan melupakan Xeron padahal sesungguhnya dia bisa.

"Kau tahu dimana letak pintu, jadi bisa kah kau keluar dari tempat ini?" Leah menoleh. Tampak terganggu karena Veronica memperhatikannya secara terang-terangan. "Keluar, Veronica!"

"Kau pasti tahu resep membuat cumi saus tiram kesukaan Xeron. Bolehkah aku mengetahuinya?"

Pertanyaan itu membuat tatapan Leah menajam. Pertanda buruk. Tapi memang hanya topik tentang Xeron yang bisa membuat Leah banyak bicara.

"Oh aku tahu. Apakah kau dan Xeron sedang bertengkar karena kau ketahuan selingkuh dengan vokalis band itu?"

Tunggu dulu. Apakah Leah sedang membasah tentang Zac? Sial. Tentu saja. Mereka saling follow pada media sosial instagram. Dan Veronica mulai memikirkan ucapan Xeron bahwa sosial media bisa membuat orang-orang mengambil asumsi negatif tanpa tahu bagaiamana kebenarannya.

"Bagus. Tunjukan jati dirimu yang sebenarnya, Veronica Estella. Kau masih belia jadi wajar jika isi pikiranmu hanya bersenang-senang. Tapi tolong jangan pernah jadikan Xeronku korban. Dia terlalu baik untuk gadis nakal sepertimu."

Mungkin wajah Veronica sudah merah padam sekarang akibat menahan emosi. Gadis nakal katanya, tidak kah dia pernah bercermin?

"Jika kau ingin menikmati masa mudamu, lebih baik kau lepaskan Xeron. Usia Xeron sudah tidak muda lagi, dia butuh kehidupan yang tertata untuk masa depannya. Memiliki keluarga kecil yang bahagia bersama seorang anak perempuan cantik. Itu cita-cita terbesar Xeron. Apa kau bisa mewujudkannya? Tidak. Aku yakin kau bahkan takut tubuh rampingmu membengkak karena hamil."

Leah tersenyum penuh kemenangan saat tidak ada satu suara pun keluar dari bibir Veronica.

"Apakah Xeron tidak pernah mengatakan cita-cita terbesarnya padamu atau mungkin dia memang tidak ingin mewujudkannya bersamamu?"

Happier Than EverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang