"Kau tidak lupa kan sekarang hari apa?"
"Rabu."
"Ish, bukan itu." Amanda berdecak sebal. Mungkin sambil mengacak-acak rambutnya sendiri. "Apa sekarang kau sudah pantas ku panggil sebagai sahabat laknat?"
"Jangan suka mengata-ngatai perempuan hamil, dosamu bisa bertambah dua kali lipat."
"Aku sedang menginginkan sepatu Air Jordan. Ya, harganya lumayan sih, tapi aku yakin tidak akan menguras banyak tabunganmu."
"Beli sendiri. Kau pikir aku Ibumu!"
"Dasar sahabat laknat! Hari ini ulang ta—"
"Xeron memanggilku. Katanya aku harus minum susu. Aku tutup dulu. Da-ah, bestie!"
Veronica langsung menutup teleponnya sambil mengeluarkan tawa yang dia tahan sejak tadi. Dia pun melanjutkan kegiatan membuat sandwich sebagai menu sarapan pagi. Xeron sedang mandi dan dia tidak tahu jika Veronica sudah beranjak dari tempat tidur.
Namanya diteriaki oleh Xeron beberapa kali. Pria itu pasti bingung mencari keberadaannya.
Buru-buru dia menata dua potong sandwich-nya di atas piring sebelum membawanya ke meja makan.
Kaki Veronica melilit saat Xeron memandanginya dengan aneh. Mungkin karena celemek yang tampak kekecilan di tubuhnya atau karena ada alasan lain.
"Selamat pagi, suamiku."
"Selamat pagi, cantik." Xeron mengecup pipi Veronica yang sedikit berkeringat. "Tumben menyiapkan sarapan, biasanya kau masih betah rebahan di atas tempat tidur?"
"Dari kemarin kau selalu bilang aku aneh. Memangnya tidak boleh melayani suami sendiri?"
"Bukan begitu. Tapi kau sedang hamil besar, aku hanya tidak ingin kau kelelah—"
"Sssttt..." Telunjuk Veronica menekan bibir Xeron hingga berhenti berbicara. "Jangan banyak bicara. Ayo sarapan. Aku sudah lapar."
Xeron menarik kursi untuk Veronica. Sama seperti hari-hari biasanya, Xeron selalu memperlakukan dirinya seperti orang yang tidak bisa melakukan apa-apa sendirian. Namun perhatian kecil semacam itu nampak sangat manis.
Dibanding menghabiskan makanan di atas piringnya, Veronica memilih bertopang dagu dan memandangi Xeron yang sedang menusuk sandwich menggunakan garpu lantas memasukannya ke dalam mulut hingga pipi itu menyembul.
Veronica tersenyum. Tidak ada pemandangan pagi yang lebih indah selain memandangi ketampanan Xeron Alexander. Mungkin ini juga bawaan jabang bayi.
"Ada yang salah dari aku?"
"Tidak."
"Lalu kenapa menatapku seperti itu?"
"Tidak boleh ya?"
"Boleh, tapi..." Xeron melepaskan garpunya lalu menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. Bibirnya menyungging senyum kecil lalu menunduk. "Kau membuatku malu."
Guratan merah menyembur pada pipi Xeron yang membuat Veronica langsung mengulurkan tangan untuk menghusapnya. "Kau tampan."
"Berhenti memujiku atau kau akan tahu apa akibatnya."
"Itu pujian dari si jabang bayi. Mamanya hanya menyampaikan. Jadi jangan terlalu besar kepala."
Xeron terkekeh. Mengambil tangan Veronuca di atas meja lalu mengecupnya lama.
"Oh ya, Xeron, aku ingin meminta ijin." Kalimat itu terdengar ragu-ragu. Xeron sudah menantikannya namun Veronica masih diam seolah ada perdebatan batin di dalam dirinya. Apakah dia harus meminta ijin pada Xeron untuk pergi bersama Zac dalam rangka memberikan surprise ulang tahun Amanda atau dia bisa menyusul saja memberikan hadiah kepada Amanda tanpa melibatkan Zac?
![](https://img.wattpad.com/cover/273171655-288-k79808.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Happier Than Ever
Любовные романыKisah tentang kehidupan yang bermusim, tak selalu hangat, terkadang badai juga datang. Berputar bagaikan roda, tak terus menerus di atas, sewaktu-waktu juga akan jatuh ke bawah. Begitulah Veronica Estella mendeskripsikan kehidupannya. Setelah Ayahny...