Ucapan Amanda tidak sepenuhnya salah, Veronica memang pernah menyukai Zac karena Zac sangat tampan. Dibanding mengatakan cinta pada pandangan pertama, Veronica lebih mendeskripsikannya sebagai cinta monyet.
Saat pertama kali mengenal Zac, dia baru memasuki usia remaja dimana seorang gadis sedang gencar-gencarnya mencari pria untuk dijadikan seorang crush lalu dipamerkan kepada teman-temannya.
Selebihnya, Veronica menganggap Zac sebagai sahabatnya layaknya posisi Amanda di hidupnya. Sadar jika saat itu dia tidak ingin berkomitmen mengenai hubungan asmara yang akan berlanjut ke jenjang pernikahan. Amanda dan Zac paham betul rasa trauma yang Ibunya torehkan hingga Veronica sempat berpikir untuk melajang seumur hidup dibanding merasakaan kegagalan dan menciptakan duplikat kedua dari dirinya.
Maka bertemu kembali dengan Zac dan menjalin hubungan persahabatan seperti dulu terasa sangat menyenangkan.
"Kenapa banting-banting pintu segela?" Protes Veronica saat dia menemui Xeron di dalam kamar.
Xeron sedang berkutat dengan berbagai kertas yang dia keluarkan dari tas kerjanya. Serta laptop yang tampak baru saja dinyalakan. Baru juga pulang, sudah mengurusi pekerjaan lagi. Apakah hidup Xeron memang sebegitu membosankan?
"Aku tidak melakukannya." Xeron menoleh pada Veronica dengan wajah lelah. Kantung matanya terlihat lebih tebal. Veronica baru menyadarinya. "Kau sudah selesai?"
"Selesai apa?"
"Menelepon Zac."
"Sudah. Ternyata antingku jatuh di dalam mobil Zac. Anting itu sangat berarti untukku, itu pemberian Ayah di hari ulang tahunku yang ke tujuh belas. Zac berencana akan mengembalikannya jika dia memiliki jadwal tour ke Amerika."
Seharusnya Veronica tidak perlu menjelaskan panjang lebar, toh Xeron juga tidak bertanya. Tapi entah mengapa kini Veronica merasa jika hal-hal sekecil itu harus dia ceritakan kepada suaminya agar tidak mengundang kesalah pahaman.
"Bagaimana bisa antingmu jatuh di mobil Zac?"
"Oh itu..—" Mati sudah! Dia lupa menceritakan pada Xeron jika yang mengantarnya kembali ke hotel saat mereka masih berada di Paris adalah Zac. "Setelah mengunjungi studio musik milik Zac, dia juga yang mengantarku kembali ke hotel."
"Amanda juga diantar?"
Veronica meremas tangannya sendiri. Mengapa dia jadi segugup ini? Padahal pertanyaan itu sangat mudah di jawab.
"Ti-dak. Amanda masih di..—"
"Jadi kalian hanya berdua di dalam mobil?"
"Ya." Veronica mengangkat tangannya untuk menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia tidak harus gugup begini, toh dia dan Zac tidak macam-macam—hanya duduk berdampingan di dalam mobil. "Aku dan Zac itu teman lama. Dulu kami juga sering menghabiskan waktu—"
"Aku tahu." Potong Xeron cepat. Dia menduduki kursi dan mulai menatap berkas-berkasnya. "Mandilah kemudian istirahat. Kau pasti lelah setelah beraktivitas seharian."
"Kau sendiri tidak lelah?"
"Masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan."
Tuh kan, Veronica sudah hapal jawaban dari CEO super sibuk ini. Menghela napas, Veronica pun sengaja bersandar di dinding sebelah meja sambil melipat tangannya memperhatikan Xeron yang sedang serius. Dia pikir Xeron akan memberikan komentar, ternyata pria itu lebih diam malam ini.
"Aku ingin mandi."
"Silahkan. Jangan mandi malam-malam. Tidak baik untuk kesehatan tulang." Sahut Xeron perhatian namun terdengar dingin di telinga Veronica.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happier Than Ever
Любовные романыKisah tentang kehidupan yang bermusim, tak selalu hangat, terkadang badai juga datang. Berputar bagaikan roda, tak terus menerus di atas, sewaktu-waktu juga akan jatuh ke bawah. Begitulah Veronica Estella mendeskripsikan kehidupannya. Setelah Ayahny...