Chapter 43

1.7K 188 926
                                    

Seharusnya Veronica terbangun di atas sofa ruang tamu akan tetapi pemandangan yang dia liat ketika baru saja membuka mata adalah langit-langit kamarnya. Dia menatap ke sampingnya, tidak ada Xeron yang biasanya selalu mengisi tempat disana. Dia tidur sendirian dengan tubuh terbungkus selimut tebal hingga leher.

Apakah Xeron yang memindahkannya semalam?

Padahal semalam mereka bertengkar, tapi kenapa pria itu masih saja bersikap manis?

Baru hendak melangkah menuju kamar mandi untuk mencuci muka, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Mau tidak mau Veronica kembali berjalan menuju nakas. Jika Amanda sudah menghubunginya pagi-pagi begini pasti ada sesuatu hal penting menyangkut tentang pekerjaannya.

"Hallo."

"Vero, jadwal reading yang seharusnya tiga hari lagi akan dimajukan menjadi siang ini. Permintaan Sutradara tidak bisa diganggu-gugat, kau pasti sudah hapal bagaimana watak Mr.Fox." Jelasnya, langsung pada inti permasalahan.

"Aku benci mengatakan ini tapi kau akan kembali bertemu dengan Ben Andreas hari ini. Dia benar-benar akan menjadi aktor utama, lawan mainmu. Padahal aku sudah mencoba beberapa kali melakukan negosiasi dengan Mr.Fox, tapi lagi-lagi keputusannya tidak bisa diganggu gugat."

"Apakah aku tidak bisa mengundurkan diri saja? Toh, masih banyak aktris berbakat yang bisa memainkan peran itu lebih baik dariku."

"Sebenarnya bisa-bisa saja tapi dengan konsekuensi kau akan di blacklist dalam industri perfilman. Ditambah lagi kita akan membayar denda yang sangat besar dan jika kita coba-coba untuk kabur maka Mr.Fox bisa saja menganggap kita sebagai kriminal. Karirmu bisa saja hancur dan kau akan mengulang semuanya dari nol."

Veronica menghela napas keras. Amanda mungkin bisa merasakan betapa frutasinya dia sekarang. Kontrak film yang sudah dia tanda tangani adalah film bertema romansa. Itu artinya mau tidak mau dia dan Ben harus membangun kemistri—seperti apa yang selalu Ben katakan ketika bertemu dengannya. Sial, membayangkannya saja sudah membuat Veronica bergidik apalagi melakukannya.

"Aku tidak jamin bisa menampilkan yang terbaik jika lawanku adalah seorang Ben Andreas."

"Aku tahu. Aku sangat mengerti bagaimana perasaanmu, bestie. Tapi apa Mr.Fox bisa memahami itu? Tidak. Dia pasti akan mengoceh; jangan sangkut pautkan urusan pribadi dengan pekerjaan. Kita sudah sering bekerja sama dengannya, kau seperti tidak mengenalnya saja."

Amanda ada benarnya juga. Jika tiba-tiba Veronica membatalkan kontrak kerja sama bukan hanya karirnya yang akan hancur tapi namanya juga akan tercoreng. Orang-orang akan mengenalnya sebagai kacang lupa kulit. Karena diawal-awal karir, Mr.Fox lah yang memberi banyak kontribusi sehingga bakatnya diakui oleh banyak orang.

Sial, kenapa harus Ben Andreas yang menjadi lawan mainnya? Seperti tidak ada aktor lain yang lebih berbakat.

"Oke, nanti siang aku datang. Tapi kau harus berjanji tidak akan meninggalkanku sendirian?"

"Apa perlu aku sewakan bodyguard?"

"Jangan sekarang. Jika dia bersikap semakin kelewatan baru kita keluarkan manusia-manusia berbadan besar itu."

"Baiklah. See you, bestie."

Sambungan terputus dan Veronica menghela napas terlalu keras. Sampai orang—yang entah sejak kapan—berdiri di ambang pintu kamar itu berdeham. Veronica mendadak berdebar dibuatnya. Dia tidak berpikir untuk memulai pembicaraan dengan Xeron sepagi ini. Disaat dirinya belum tahu harus bersikap seperti apa setelah pertengkaran mereka semalam.

"Kau bicara dengan siapa?" Tanya Xeron terlampau santai. Seolah tidak pernah terjadi apa-apa diantara mereka sebelumnya. Xeron yang tenang sudah kembali lagi.

Happier Than EverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang