Chapter 17

1.8K 188 265
                                    

"Jadi perempuan yang tadi kita lihat kissing dengan Ben Andreas adalah perempuan yang mengirimkan pesan kepada Xeron Alexander berisi panggilan babe?" Amanda luar biasa tercengang mengetahui fakta tersebut. Dunia ini ternyata begitu sempit.

"Namanya Leah, dia suadara tiri Xeron."

"What the fvck?" Lagi-lagi Amanda dibuat tercengang hingga rahangnya nyaris jatuh. "Jadi perempuan itu terlibat brother complex dengan Xeron? Wah, manusia jaman sekarang benar-benar gila semua!"

"Xeron sudah move on, Leahnya yang masih gatal kepada suamiku."

"Astaga, berdosa sekali." Amanda beringsut mendekati Veronica. Setelah pemandangan mengejutkan yang Veronica lihat di club beberapa saat yang lalu, dia langsung menarik Amanda keluar dan buru-buru mengungsi di rumah sahabatnya itu. Karena tempat itu dirasa sangat aman untuk curhat. "Tapi kau yakin Xeron benar-benar sudah move on?"

"Mengapa kau bertanya seperti itu?"

"Pria itu lain dimulut, lain juga dihati. Memangnya apa yang membuatmu yakin jika Xeron sudah move on dari penyakitnya?"

"Aku mendengar sendiri jika Xeron melakukan penolakan kepada Leah."

"Hanya itu dasar mengapa kau bisa mengambil asumsi jika Xeron sudah move on?"

Veronica mengangguk dengan polosnya. Sumpah, jika menyangkut soal asmara pengalaman Veronica kalah telak dibandingkan Amanda.

"Begini, biar ku beritahu. Melupakan masa lalu itu tidak semudah membalikan telapak tangan. Apalagi ini kasus tentang cinta terlarang sepasang saudara. Mereka bersaudara, mereka pernah tinggal cukup lama dalam satu atap yang sama, dan..—Shit! Sebenarnya aku benci mengatakan ini, tapi mereka memikiki akses yang begitu besar untuk melakukan hal-hal di luar nalar. Seperti berhubungan sex."

"Xeron bahkan mengakui jika dia sudah menyentuh Leah."

Veronica memalingkan matanya. Dia benci terlihat menyedihkan di depan orang lain sekalipun itu Amanda, sahabatnya.

"Itu lah alasan mengapa aku minggat dan mengungsi disini beberapa hari yang lalu. Kendati memang belum ada cinta di antara aku dan Xeron, aku tetap saja sulit menerima kenyataan jika suamiku pernah melakukan perbuatan dosa bersama iparku sendiri."

"Tidak ada cinta kau bilang?" Tanya Amanda yang dibalas anggukan oleh Veronica. "Selama hampir satu bulan pernikahan, Xeron tidak pernah mengatakan kalimat cinta, seperti I love you misalnya?"

"Tidak. Aku sendiri bingung, apa yang bisa aku harapkan dari pernikahan ini."

"Ck. Padahal dimataku dia terlihat sangat bucin. Aku tidak menyangka jika Xeron Alexander memiliki sisi gelap di dalam dirinya, aku pikir dia lempeng-lempeng saja."

Belum usai sesi curhat-curhatan itu berlangsung, suara bel rumah Amanda terdengar. Sebelum dibuka pun mereka sudah tahu siapa yang datang, "Bersikap normal lah di depannya. Aku tidak ingin dikira menghasut otakmu jika tiba-tiba kau berubah setelah sampai di apartemen."

"Kau memang berhasil menghasut otakku. Kau membuatku jadi lebih was-was padanya."

"Intinya bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Jangan juga mengatakan apapun pada Xeron sebelum kita tahu apa hubungan Ben Andreas dengan perempuan jablay itu. Oke, bestie?"

"Ya, ya, cerewet!"

Xeron menjemputnya pada pukul sebelas lewat lima menit. Wajah pria itu tampak lelah ketika datang tapi dia tetap saja terlihat tampan dan menarik.

Selama di perjalanan, Veronica lebih banyak diam dan melamun menatap jalanan melalu kaca jendela mobil. Ketika Xeron bertanya, dia hanya membalas dengan dehaman. Padahal Amanda sudah memberitahu Veronica jika dia harus bersikap normal di depan Xeron, tapi dia tidak bisa. Pada dasarnya Veronica memang bukan manusia bermuka dua. Apa yang sedang dia rasakan, itu lah yang dia tunjukan.

Happier Than EverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang