Melalui celah jendela ruangan milik Dokter Alicia di Yayasan Kesehatan Mental, Xeron memperhatikan Leah yang sedang duduk bersama Dokter Alicia di salah satu bangku taman. Dia sudah cukup lama berdiri disana dalam diam. Mencoba mengamati mimik wajah Leah yang beragam. Mulai dari menunjukan raut kesedihan, ketakutan, senyuman tipis hingga perlahan-lahan melihat tawa Leah yang terlalu lepas.
Kondisi Leah memprihatinkan. Ayah mungkin tidak menyadari jika Putri kandungnya itu mengidap Bipolar sejak lama atau dia memang tidak terlalu memperdulikan prihal kesehatan mental. Beberapa orang memang sering menyepelakan hal tersebut tak terkecuali Ayah. Sehingga Xeron merasa selalu memiliki tanggung jawab atas Leah.
Kedua telinga Leah dipasangkan earpods oleh Dokter Alicia. Salah satu bagian dari terapi saat seorang psikiater memutarkan musik yang bisa menenangkan suasana hati pasiennya. Leah masih duduk disana dan tampak sangat tenang saat Dokter Alicia sudah bergerak meninggalkannya.
"Leah masih belum bisa menerima kenyataan. Mulai dari Ibunya yang sudah meninggal dunia, Ayahnya yang menikah lagi dan menurutnya lebih mementingkan Ibumu, dan yang paling membuatnya terpuruk adalah rasa takut akan kehilanganmu, Xeron."
Xeron menoleh ke belakang kala Dokter Alicia memasuki ruangan.
"Dia tidak kehilanganku. Sampai kapan pun aku aku akan tetap menjadi saudaranya. Hanya itu yang bisa aku lakukan dan aku sudah sering memberinya pengertian mulai dari cara halus sampai cara yang cukup keras. Tapi Leah tidak juga bisa mengerti. Dia malah semakin gencar membahayakan dirinya sendiri dengan tetap berada di dekat dengan Ben—yang juga sakit—hanya untuk mendapatkan perhatianku. Dengan cara apa lagi aku harus memberitahunya, Dok?"
"Ini akan sedikit sulit. Leah selalu berkata alasan untuk tetap mencintaimu jauh lebih besar dibandingkan alasan untuk melupakanmu hanya karena kau sudah menikah. Kau tahu apa maksud dari ucapannya itu?"
Xeron menggelengkan kepala. Leah sering mengatakan hal itu namun Xeron menanggapi itu sebagai karangan indah yang Leah rangkai dalam kepala sendiri karena dia menolak untuk move on.
"Sepertinya dia masih memendam sesuatu. Mungkin itulah alasan mengapa dia merasa menjadi orang yang paling tersakiti." Dokter Alicia memijat pelipisnya sejenak. "Aku akan mencoba bicara perlahan-lahan dengannya sampai tidak ada satu hal pun yang dia sembunyikan dariku."
"Aku tidak bisa mengawasi Leah seperti dulu lagi. Jadi boleh kah aku meminta tolong untuk tidak membiarkan Leah bertemu lagi dengan Ben? Pria itu sangat berbahaya. Dia bisa menyakiti siapapun tanpa terkecuali."
"Kau tenang saja, mulai sekarang aku akan menangani Leah lebih baik lagi."
"Terima kasih, Dokter Alicia. Maaf jika aku merepotkanmu. Aku tidak tahu lagi harus meminta bantuan kepada siapa lagi selain dirimu."
Pintu ruangan itu tiba-tiba dibuka keras hingga menimbulkan suara yang sukses membuat dua kepala itu menoleh dengan wajah terkejut. Leah datang dengan rambut yang sedikit basah akibat menerobos gerimis di luar sana. Lalu dia melepas earpods ditelinganya dan berbondong-bondong melangkah mendekati Xeron.
"Sejak awal aku melihat gadis itu, aku tahu jika kau sudah salah memilih seorang Istri." Leah mengulurkan ponselnya dengan suara menggebu-gebu. "Lihat ini! Dia sedang makan malam romantis bersama seorang vokalis band dan tanpa malu memamerkan pada media sosial mereka."
Tak cukup memperlihatkan postingan instastory terbaru Veronica, jika stalker Leah juga sampai pada akun pribadi milik Zac yang memiliki pengikut cukup banyak. Kali ini bukan sekedar instastory, Zac memposting foto Veronica di halaman instagramnya dengan caption yang bisa saja membuat orang-orang salah mengartikan kedekatan mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Happier Than Ever
RomanceKisah tentang kehidupan yang bermusim, tak selalu hangat, terkadang badai juga datang. Berputar bagaikan roda, tak terus menerus di atas, sewaktu-waktu juga akan jatuh ke bawah. Begitulah Veronica Estella mendeskripsikan kehidupannya. Setelah Ayahny...