"Benar tidak ada lagi yang kau sembunyikan dariku?" Itu adalah pertanyaan yang sudah Xeron tanyakan sebanyak tiga kali dalam kurun waktu kurang dari satu jam.
Veronica menoleh pada Xeron yang sedang mengendarai mobil. Susungguhnya Veronica sudah berusaha bersikap senormal mungkin untuk menutupi kekesalannya pada Ben Andreas. Tapi pada dasarnya Xeron ini terlalu peka.
Sekali lagi Veronica harus mengehela panjang napasnya. "Ini sudah ketiga kalinya aku menjelaskan padamu bahwa orang yang menelponku tadi adalah teman lamaku sesama artis."
"Tapi dia seorang pria."
"Dan kau sudah tahu itu. Untuk apa bertanya lagi?"
Kembali menoleh ke luar jendela, Veronica memijit kepalanya yang sedikit pening akibat meladeni Xeron. Padahal pagi tadi suasana hatinya sedang baik bahkan sangat amat baik untuk dihancurkan oleh seorang bajingan seperti Ben.
Dan kini rasa penasaran Xeron yang berlebihan membuat kepalanya ingin pecah. Bukannya ingin menutupi sesuatu, Veronica rasa ini bukan saat yang tepat untuk membicarakan Ben kepada Xeron. Mereka akan pergi lunch bersama dan seharusnya itu bisa menjadi momen yang romantis setelah percintaan mereka semalam.
Veronica hanya ingin membahas mengenai dirinya dan Xeron Alexander. Tidak perlu membawa-bawa nama orang lain. Setidaknya untuk hari ini.
"Veronica."
"Ya?"
"Pinjam ponselmu."
"Ha?"
Veronica tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya kala Xeron membuka telapak tangan di depannya. Xeron bukan tipe pria yang senang ikut campur prihal privasi pasangannya. Apalagi sampai meminjam ponsel segala. Itu terdengar seperti bukan seorang Xeron Alexander. Aneh. Sebenarnya pria ini kenapa?
"Ponselmu. Berikan padaku."
"Untuk apa?"
"Tidak boleh?"
Berhubung Xeron pernah memberi ponselnya kepada Veronica secara cuma-cuma hingga dia bisa mengobrak-abrik isi instagramnya, maka atas nama timbal balik, Veronica pun memberikan ponselnya kepada Xeron.
Xeron tersenyum ketika sudah mendapatkannya. Sedangkan Veronica hanya bisa melirik curiga kepada pria yang kini tampak kebingungan menatap layar ponselnya.
"Apa passwordnya?"
"Tanggal lahirku." Secepat itu Veronica menemukan perubahan pada ekspresi wajah Xeron. Dia pun memanjangkan lehernya untuk mengintip layar ponselnya yang sudah berhasil terbuka. Waw, impressive! Padahal Veronica sudah percaya diri sekali jika Xeron tidak bisa membukanya. "Kau tahu tanggal lahirku?"
"Apa yang tidak aku ketahui tentang istri kesayanganku?"
Veronica merasa senang atas itu tapi disisi lain dia merasa sangat keterlaluan karena tidak tahu tanggal lahir suaminya. Di wikipedia ada tidak ya? Setelah ini dia harus mencarinya.
"Wallpapermu cantik." Xeron mengomentari foto Veronica yang sedang berpose di depan menara Eiffel beberapa tahun silam. "Tapi akan lebih bagus lagi jika kau memasang foto kita berdua."
Idih.
"Sebenarnya untuk apa kau meminjam ponselku?" Veronica mengulurkan tangan hendak merebut benda pipih itu. Xeron yang sedang menyetir pun hampir kehilangan fokus karena ingin menghindari Veronica. Maka dari itu Veronica memutuskan untuk pasrah saja dari pada kehilangan nyawa. Rip privasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happier Than Ever
RomanceKisah tentang kehidupan yang bermusim, tak selalu hangat, terkadang badai juga datang. Berputar bagaikan roda, tak terus menerus di atas, sewaktu-waktu juga akan jatuh ke bawah. Begitulah Veronica Estella mendeskripsikan kehidupannya. Setelah Ayahny...