Chapter 74

1.4K 168 215
                                        

w a r n i n g 🔞

Xeron mungkin tak seharusnya datang saat tahu suasana masih terasa mencekam untuknya. Melihat bagaimana tatapan kebencian mengarah padanya ketika dia memasuki ruangan pribadi Dokter Alicia. Ayah sepertinya belum puas ingin memukulnya lagi sedangkan Ibu memilih enggan menatapnya.

Leah adalah orang pertama yang bangkit saat melihat kehadiran Xeron. Dia tampak jauh lebih baik dibandingkan terkahir kali. Tatapan prihatin Leah mengarah padanya, hendak menyentuh wajahnya yang meninggalkan bekas luka. Namun Xeron melangkah mundur lebih dulu tanpa melepaskan tangannya yang terkait erat dengan Veronica.

"Aku baik-baik saja, Leah."

Tatapan bengis Leah kembali menuju Ayah. Dia menuding Ayah menggunakan tangan kirinya. "Kau yang melukai Xeron?"

"Dia pantas mendapatkan semua itu setelah apa yang dia perbuat padamu."

"Apa yang dia perbuat padaku...?" Leah tergelak mendengar Ayah membela diri. "Kau pikir siapa yang selalu ada untukku saat aku berada di titik terendah hidupku? Dirimu? Tidak. Xeron yang selalu ada untukku. Dua kali aku nyaris mati dan Xeron selalu menjadi penyelamat. Dan, bisa-bisanya kau menyalahkan Xeron atas hasil dari segala perbuatan egoismu ini?"

Xeron tertunduk. Sejak dulu, Xeron selalu menahan Leah untuk meluapkan seluruh amarahnya terhadap Ayah demi kenyamanan mereka bersama. Tapi, kali ini sesuatu di dalam dirinya meminta untuk diam. Membiarkan Leah mewakili seluruh perasaannya.

"Tidak akan pernah ada cinta di antara dua orang saudara—sekalipun tak sedarah—jika bajingan ini tidak menggodamu sejak awal, Leah."

"Tutup mulutmu! Kau tidak tahu apa-apa." Teriak Leah membuat suasana menjadi lebih mencekam. "Bajingan yang sesungguhnya adalah dia yang diam-diam kembali menjalin hubungan dengan mantan kekasih disaat Istrinya sedang sakit keras."

Tangan kanan Ayah sudah melayang hendak menampar pipi Leah namun Ibu lebih dulu mencekalnya.

Xeron mendongak. Ibu bahkan tidak menghentikan Ayah saat dia dipukuli.

"Tampar aku!" Leah maju, semakin menantangnya. "Kau sudah menghukum Xeron, kau juga harus menghukumku. Apa yang sudah kami perbuat bukan hanya kesalahannya. Ini kesalahan kami berdua. Cepat tampar aku!"

Dada Ayah naik turun. Menahan besar keinginannya untuk melepaskan cekalan tangan Ibu lantas menampar bibir Leah yang dirasa kurang ajar.

"Jangan bertindak kasar lagi. Dia Putrimu. Terlebih lagi dia seorang perempuan, dia sama sekali tidak pantas untuk dipukul." Sahut Ibu.

Leah tertawa pelan. Apa yang Ibu katakan bak sebuah lelucon untuknya.

"Jangan bersikap seolah-olah kau peduli padaku, pada kami. Xeron selalu berkata kau adalah wanita yang baik. Sosok Ibu yang sangat luar biasa. Dia akan memberikan apapun untukmu, untuk kebahagiaanmu. Sekali pun dia harus mengorbankan perasaan dan nyawanya sendiri. Ya, selama ini kau memang selalu menunjukan kebaikanmu padaku. Aku juga berusaha untuk menghargai keberadaanmu demi menjaga perasaan Xeron. Tapi ketahuilah, kau tidak akan pernah terlihat baik. Jika kau wanita baik, sejak awal kau tidak akan mau menjadi selingkuhan Ayahku saat kau tahu Ibuku sedang sekarat dan membutuhkan sosok suami yang bisa merawatnya. Kau bahkan setuju menikah dengan Ayahku satu minggu setelah hari pemakaman Ibuku, juga tanpa restu dariku."

Wajah Ibu pias. Xeron bisa melihat bagaimana Ibu menahan keras air matanya agar tidak terjatuh. Biasanya Xeron akan datang untuk memeluk Ibu dan berkata bahwa Ibu tidak bersalah. Tapi kali ini dia memilih diam.

"Aku dan Xeron hanya dua orang kesepian yang mendambakan kasih sayang. Hidup kami sama hancurnya, sama berantakannya. Dan siapa yang bisa mengobati kami selain kami berdua? Tidak ada. Selama ini Xeron selalu memintaku untuk bersikap seolah semuanya baik-baik saja di depan kalian. Aku menahan kemarahan ini sejak lama demi kebahagiaan kalian berdua. Dan, saat kami berdua pernah melakukan kesalahan, lantas kalian lupa apa penyebab semua itu bisa terjadi? Kalian melupakan kesalahan kalian yang nyaris membuat dua orang anak tak berdosa ini lebih menginginkan untuk tidak dilahirkan? Kalian sangat egois!"

Happier Than EverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang